Zhou Yi yang berhasil melepaskan diri dari Mark membuka pintu ruang ganti, tapi yang mengejutkannya, semua orang sudah berkumpul di dalam bahkan ada satu orang tambahan.
Sosok yang dikerumuni rekan setim di tengah... Mario Götze!
Zhou Yi langsung mengenalinya.
Götze yang melihat ada yang masuk pun menoleh ke arah pintu, bertatapan dengan Zhou Yi.
Saat melihat Zhou Yi, wajah bonekanya menunjukkan ekspresi tak percaya. Tanpa basa-basi dia meninggalkan semua orang di sana dan berjalan langsung menuju Zhou Yi.
Di depan Zhou Yi, dia mengamati dari atas ke bawah, kiri ke kanan dengan seksama. Tatapan itu membuat Zhou Yi merinding.
Zhou Yi menoleh mencari bantuan Mark, baru sadar Mark tertinggal di belakang.
Sambil condong ke belakang, dia bertanya: "Apakah kamu rabun jauh?"
Götze terkejut mendengar pertanyaan itu: "Kamu bisa bahasa Jerman?"
"Lalu bahasa apa yang kamu dengar tadi?" balas Zhou Yi.
"Bukan, maksudku kenapa kamu bisa bahasa Jerman?"
"Belajar, dong." Zhou Yi mulai merasa anak ini ada masalah di kepala.
Götze sepertinya juga menyadari pertanyaannya terlalu bodoh, sehingga ia berusaha menyelamatkan citranya: "Tidak, maksudku bukan begitu. Aku bertanya kenapa kamu ada di sini?"
Zhou Yi mengerlingkan mata: "Maksudmu aku tidak pantas berada di sini? Wajar saja kalau direkrut Borussia Dortmund karena performa bagus..."
Kini dia meragukan kesan lamanya terhadap Götze - apakah selama ini salah menilai?
Saat bertukar jersey dulu tidak terasa si anak ini sebodoh ini...
Mungkin karena waktu itu aku tidak bisa bahasa Jerman, jadi kami tidak berkomunikasi?
Seluruh anggota U17 di ruangan itu bingung menyaksikan interaksi Götze dan Zhou Yi - setelah pertandingan dulu, Götze yang aktif menukar jersey dengan Zhou Yi. Mereka semua mengira hubungan kedua orang ini baik. Tapi pertemuan kali ini terasa aneh... Sebenarnya akrab atau tidak sih hubungan mereka?
"Ohh..." Götze baru tersadar setelah mendengar penjelasan Zhou Yi. "Maaf, maksudku bukan begitu, sebenarnya aku bermaksud..."
Dalam hati Zhou Yi sudah tak terhitung berapa kali mengerling - maksudmu yang mana sebenarnya?!
Tapi karena Götze menyadari ucapannya mungkin menyinggung Zhou Yi, Zhou Yi pun tidak bisa benar-benar mengira ada permusuhan di antara mereka.
Dari interaksi singkat ini, Zhou Yi menilai meski Götze agak bodoh, tapi tidak jahat.
Dugaan ini segera terbukti di percakapan selanjutnya.
Götze melihat untuk sementara tidak bisa menjelaskan dengan jelas, akhirnya mengulurkan tangannya: "Hei! Pokoknya selamat bergabung dengan Borussia Dortmund! Ini adalah pilihan yang tepat!"
Penjelasan ini cukup tulus, Zhou Yi juga menjabat tangannya.
Kemudian mengutarakan kebingungannya: "Bukankah kamu sudah pindah ke tim utama? Kenapa aku dengar kamu ke U19?"
Pertanyaan ini menghilangkan senyum dari wajah Götze, ia mengeluh: "Nggak ada cara, persaingan di tim utama terlalu ketat, susah dapat main."
Zhou Yi tidak menyangka Götze begitu terbuka mengakui kesulitannya di tim utama tanpa menutup-nutupi.
Ini membuat penilaiannya terhadap Götze kembali mengalami perubahan.
Götze kemudian mengepal tinju: "Tapi aku tidak akan lama di U19, aku akan berlatih dan bermain di U19 dengan target kembali ke tim utama!"
"Semangat! Targetku juga tim utama!" kata Zhou Yi.
"Semangat, aku akan menunggumu di tim utama!" Götze tertawa riang.
Setelah berbincang dengan Zhou Yi, Götze melambaikan tangan ke rekan setim di belakang: "Sampai jumpa, semuanya!"
Rekan setimnya juga antusias membalasnya, Götze berbalik keluar pintu, di depan pintu ia bersisian dengan Marco tapi tidak menyadarinya, langsung pergi.
Marco menatap punggung Götze yang menjauh sebentar, lalu terkejut: "Mario?! Kenapa dia datang?"
Zhou Yi yang sedang memiliki beban pikiran, berkata sambil lalu: "Sepertinya datang menjenguk mantan rekan setim."
“Aaa! Aku juga mantan rekan setimnya! Tapi malah ketinggalan!” teriak Mark dengan penyesalan.
Zhou Yi mengabaikannya, terus merenungkan masalahnya sendiri.
Yang mengganggu pikirannya adalah informasi yang didengarnya dari Mark kemarin - hal itulah yang membuatnya linglung sampai bola direbut Mark dan menerobos area penalti.
Pemain sekelas Götze yang jenius pun sulit mendapatkan tempat di tim utama, akhirnya harus kembali ke U19.
Persaingan di tim utama jauh lebih sengit dari yang dibayangkannya.
Tampaknya, mendapatkan kesempatan bermain di tim utama sangat sulit, tingkat kesulitan mewujudkan impian melebihi perkiraan.
Tapi apakah harus mundur karena ini?
Tidak.
Jika ingin menyerah, seharusnya dia sudah melakukannya saat duduk di bangku cadangan yang panas selama final seleksi nasional "Pewaris Lapangan Hijau", bukan sekarang.
Sudah kulihat secercah dunia baru yang indah, pemandangan yang sama sekali berbeda - mana mungkin masih berpikir untuk menyerah?
"Hei Mark. Aku ingin masuk ke tim utama," katanya pada Mark.
Mark yang sedang menyesali gagal berbicara dengan Götze berhenti menarik-narik rambutnya saat mendengar perkataan Zhou Yi.
"Aku juga! Tapi keinginan saja tidak..." dengusnya, tapi kali ini dia tidak menyelesaikan kalimat, teringat ucapan serius Zhou Yi kemarin.
Jika benar ingin mewujudkan mimpi, harus benar-benar berusaha sekuat tenaga.
"Zhou Yi... apa kau akan berusaha sekuat tenaga?" tanyanya dengan ragu.
“Tentu saja.” Zhou Yi berkata, “Aku tidak akan tinggal lama di sini, aku akan ke U19, lalu ke tim utama, dalam waktu dekat. Nanti kita pergi bersama, Mark!”
Mark tampak ragu: “Aku… aku juga bisa?”
“Kenapa tidak bisa? Kamu lupa keunggulanmu?” kata Zhou Yi, “Dan kita juga bisa latihan khusus!”
“Latihan khusus?” Mark membelalakkan matanya, tak paham bagaimana cara mereka berlatih khusus.
“Ya, latihan khusus!” Zhou Yi mengangguk penuh keyakinan, seolah sudah punya metode latihan sempurna.
……
Belakangan Zhou Yi agak menyesal menyebut soal latihan khusus ke Mark, karena sejak itu sepanjang hari Mark terus bertanya cara latihan khusus, seperti ada lalat yang berdengung di telinganya tanpa henti, sulit diusir.
Sampai latihan klub berakhir, Zhou Yi naik mobil Pak Wagner tua, Mark masih bertanya: “Kenapa kita belum latihan khusus? Kita sudah mau meninggakan lapangan latihan!”
“Kita tidak akan melakukan latihan khusus di sini.” Kata Zhou Yi.
“Tidak di sini?” Mark terkejut, lalu mengerutkan kening, “Biar kupikir… dekat rumahku ada lapangan sepakbola, tapi biasanya ramai pemain, mungkin tidak ada ruang untuk latihan khusus kita…”
“Kita juga tidak akan latihan khusus di lapangan sepakbola.” Kata Zhou Yi.
“Tidak latihan khusus di lapangan? Apa di gym?”
“Kita juga tidak latihan khusus di gym.”
"Ini... aku jadi nggak ngerti, Zhou Yi. Kita nggak di lapangan bola atau gym, terus mau latihan khusus di mana lagi?"
"Di PS3-mu." Zhou Yi terpaksa menjawab.
Mark memandangi Zhou Yi seperti melihat alien. Setelah beberapa saat, dia bereaksi: "Zhou Yi, kalau mau main Pro Evolution Soccer (PES) nggak usah muter-muter gini..."
Zhou Yi melotot: "Nah makanya aku nggak mau ngomong! Kamu terus nanya, tapi pas dijelasin nggak ngerti. Mending diam aja nunggu latihan khusus, tenang, pasti latihan beneran!"
Mark akhirnya menutup mulutnya.
Dia merasa tindakan Zhou Yi di luar logikanya, tapi melihat keyakinan temannya itu, yang bisa dilakukan cuma menunggu bentuk latihan khusus seperti apa...
……
Setelah makan malam, Zhou Yi masih harus belajar bahasa di kamarnya. Bagi Mark di sebelah, setiap detik terasa seperti setahun.
Waktu semakin mepet, dia benar-benar nggak kebayang gimana cara latihan khusus mereka.
Latihan di game? Bagaimanapun dipikir, mustahil.
Apa yang akan dilakukan Zhou Yi?
Akhirnya setelah satu jam, guru bahasa pamit dari keluarga Wagner. Mark langsung menyambar Zhou Yi: "Latihan khusus, latihan khusus!"
"Iya iya, bentar lagi." Zhou Yi langsung menuju kamar Mark.
Menyalakan konsol, membuka game, namun alih-alih memilih mode versus biasa, Zhou Yi masuk ke menu edit pemain.
Kemudian Zhou Yi mulai fokus... membentuk wajah.
Awalnya Mark sangat tidak sabar, tapi ketika menyadari... Zhou Yi sedang membuat wajahnya, dia jadi tertarik: "Eh, bagian ini salah, mataku jelas besar! Di sini, gaya rambutnya tidak tepat... Dan sini, bibirku kan sangat seksi!"
Zhou Yi malas berdebat, langsung menepuknya dan menunjuk ke pintu.
"Ada apa?"
"Pergi lihat cermin sendiri. Lihatlah perbedaan besar antara khayalan dan kenyataan."
"Hei!"
Akhirnya Zhou Yi berhasil membuat wajah Mark yang sekitar 70% mirip aslinya. Tidak bisa lebih sempurna karena versi game ini hanya memungkinkan customisasi sampai level ini, lagipula ini bukan game khusus untuk membentuk wajah.
Setelah wajah selesai, Zhou Yi mulai mengatur postur virtual Mark. Tanpa bertanya, langsung memasukkan data tinggi badan dan berat badan dengan akurat. Mark yang berdiri di samping terkejut: "Kau bahkan tahu tinggi badanku! Tahu berat badanku!"
Zhou Yi sulit menjelaskan, tidak mungkin mengatakan dia sudah melihat data tinggi-berat Mark di dunia virtual FIFAOL3 kan?
Postur diatur, kemudian kostum seragam yang disesuaikan dengan kebiasaan Mark saat latihan.
Terakhir adalah pengaturan atribut-atribut kunci.
Data Pro Evolution Soccer dan FIFAOL3 tidak sepenuhnya sama, tapi secara garis besar mirip. Beberapa parameter hanya berbeda nama tapi maknanya sama.
Maka Zhou Yi mengatur satu per satu tanpa jeda, sama sekali tidak ragu.
"Selama proses ini mulut Mark tidak berhenti berbicara."
"Ini tidak benar! Kecepatanku mana mungkin segitu rendahnya? Kekuatan fisikku juga tidak mungkin separah ini!... Dan yang paling tidak bisa kuterima - nilai tembakanku kok cuma 44?! Aku ini penyerang! Data ini bahkan lebih buruk dari bek kan?!"
Zhou Yi mengabaikan celotehan Mark, akhirnya menyelesaikan pengaturan data terakhir. Setelah menekan tombol simpan, total skor Mark muncul di layar: 52.
"Semua data disesuaikan dengan kemampuan aslimu, tidak ada kesalahan sama sekali. Ini adalah kemampuan sejatimu di dunia sepakbola, Mark."
Zhou Yi menutup pembicaraan.
Tentu saja, semua data ini mengadopsi sistem atribut FIFAOL3 yang memetakan realitas secara sempurna, dengan penilaian atribut akurat untuk setiap pemain.
Total skor Mark Wagner bahkan lebih rendah dari Zhou Yi.
Zhou Yi sekarang memiliki total skor 62. Untuk kelompok usia 17 tahun, skor ini cukup membuat media menjulukinya "remaja jenius" dan "bintang masa depan".
Mark menatap angka total skor itu dengan mulut ternganga.
