Gol Zhou Yi membuat Dortmund unggul pertama kali dalam pertandingan ini, tapi keunggulan 1-0 belum bisa dianggap aman, apalagi dalam Derby yang penuh tensi tinggi.
Sudah pasti Schalke 04 akan melancarkan serangan balik gila-gilaan untuk menyamakan skor bahkan membalikkan keadaan.
Pada situasi seperti ini, Schalke 04 pasti sedang panik.
Karena itu Dortmund perlu melakukan perubahan ritme permainan.
Caranya sederhana - Kalau kamu ingin bermain cepat? Aku akan memaksamu bermain lambat.
Saat Zhou Yi mendapatkan bola, dia tidak lagi mengoper ke depan, tapi lebih banyak operan menyamping dan mundur, lalu bergerak mencari ruang untuk menerima operan rekan setim.
Sebelum menerima bola, dia sudah mempersiapkan target operan berikutnya, lalu segera mengalirkan bola begitu menyentuh kakinya.
"Dengan gerakan seperti ini, Zhou Yi menghindari kejaran bek lawan sekaligus memperlambat ritme permainan secara bertahap."
Pemain Schalke 04 U19 yang tertinggal skor mulai kehilangan kesabaran, tackle mereka pun semakin kasar.
Sebagai playmaker Dortmund, Zhou Yi terus menerus dihadang. Meski bergerak cepat, tetap saja kakinya berkali-kali ditendang hingga terjatuh. Kausnya dipenuhi noda coklat tanah akibat sering berguling di lapangan.
Peluit wasit utama terus berbunyi, menginterupsi alur pertandingan berulang kali.
Setiap kali Zhou Yi terjatuh, Nyonya Wagner di tribun berteriak histeris.
"Bu..." Kottane memandang ibunya dengan kesal, "Ini cuma nonton bola, tidak perlu lebay seperti ini kan?"
"Kamu tidak khawatir dengan Zhou Yi?!" Mata Nyonya Wagner menyorot tajam ke arah putrinya.
"Khawatir?" Kottane menahan keinginannya untuk menggelengkan kepala di hadapan ibunya. "Dia licin seperti belut. Lihat saja meskipun jatuhnya dramatis, sebenarnya tidak ada cedera serius."
"Tidak apa-apa? Memar di sekujur tubuhnya itu bagaimana?"
"Itu cuma noda rumput, Bu." Kottane menjelaskan sambil menunjuk lapangan. "Gerakan jatuhnya yang berlebihan justru melindungi diri... Walaupun kadang terkesan diving. Intinya dia baik-baik saja, tidak perlu panik."
Nyonya Wagner tidak percaya pada perkataan putrinya. Dia masih mengepal tinju, mengangkat bahu, menundukkan leher, menatap tegang ke dalam lapangan. Setiap kali Zhou Yi ditabrak, tubuhnya gemetar seolah dialah yang terkena benturan.
Meski tidak setegang ibunya, Kottane menyipitkan matanya sambil mengawasi Zhou Yi.
……
Peter Hyballa yang sebelumnya gembira atas gol Zhou Yi kini tak bisa bersukacita lagi.
Jelas terlihat pemain Schalke 04 sengaja menargetkan Zhou Yi.
Tak bisa terus membiarkannya di lapangan. Meski stamina Zhou Yi mungkin bertahan hingga menit 80 atau 90, sekarang dia harus segera diganti.
Jika Zhou Yi cedera, bagi Hyballa kerugiannya jauh lebih besar daripada kalah dalam Derby Ruhr.
Zhou Yi telah memenangkan hati Hyballa yang kritis dengan kemampuan operannya dan penguasaan situasi pertandingan. Dia juga meraih kepercayaan rekan setim. Kini dia tak diragukan lagi sebagai pemain inti Borussia Dortmund U19. Pemain kunci tak boleh mudah cedera.
Maka pada menit ke-77, Zhou Yi digantikan oleh Hyballa.
Tiga assist, satu gol - performa Zhou Yi nyaris sempurna.
Setelah Zhou Yi keluar, Borussia Dortmund U19 bermain lebih defensif. Mereka mengandalkan kerja sama Mario Götze dan Mark di area depan untuk melancarkan serangan balik, mengancam gawang Schalke 04 agar lini pertahanan mereka tak leluasa maju.
Aneh juga, Jintchek adalah salah satu pilar utama penyerang, tapi kerja samanya dengan Götze tidak sebaik Mark.
Mungkin karena Mark lebih lincah dan memiliki gaya bermain yang lebih variatif, sementara Jintchek yang tingginya 188 cm masih tergolong striker tradisional.
Mark bukan tipe striker tradisional. Pergerakan posisinya lincah, mampu mengontrol bola dengan baik, bisa melakukan tembakan maupun memberikan operan ke rekan setim.
Karakteristik ini justru memudahkannya membangun kombinasi permainan dengan Götze.
Bahkan tanpa Zhou Yi, performa Mark tetap solid.
Meski tidak menambah gol, kontribusi Mark sekarang sudah tidak bisa diukur sekadar dari jumlah gol.
Akhirnya, berkat pertahanan solid Borussia Dortmund U19 dan gangguan efektif dari duo Götze-Mark di lini depan, mereka menang 4-3 atas Schalke 04 dalam derbi Ruhr U19 di kandang lawan.
Dengan ini, mereka menyelesaikan double atas Schalke 04 U19 di musim ini - pada pekan ke-8 putaran pertama, Dortmund menang 2-1 di kandang sendiri.
Usai pertandingan, suporter Schalke 04 di tribun berangsur pulang. Pemain akademi yang menyaksikan pertandingan juga cepat menghilang, kekalahan membuat mereka murung dan enggan berlama-lama.
Di level U17, Dortmund kalah dari Schalke 04. Tapi di U19, situasinya terbalik - Schalke 04 yang ketinggalan.
Persaingan antara dua musuh bebuyutan ini bersifat menyeluruh, merasuk ke setiap tingkatan.
……
Pemain Borussia Dortmund yang memenangkan pertandingan sangat gembira. Mereka mulai merayakan di ruang ganti bahkan sebelum naik bus, dan terus merayakan sepanjang perjalanan di dalam bus.
Orang yang paling bahagia tentu saja Mark.
Sebelum pertandingan, dia sama sekali tidak menyangka akan mendapat kesempatan bermain dalam laga ini.
Tak disangka akhirnya dia tidak hanya masuk sebagai pemain pengganti, tapi juga mencetak dua gol dan memberikan satu assist, menjadi tokoh kunci yang membalikkan kekalahan tim menjadi kemenangan.
Hasil latihan keras selama lebih dari sebulan terwujud dalam pertandingan ini, yang menuai bukan hanya sukacita kemenangan, tapi juga kepercayaan diri.
Pengaruh terbesar keyakinan ini bagi Mark adalah menyadarkannya bahwa jalan yang dia tempuh sekarang benar, dan dengan terus bertahan seperti ini, pasti akan mencapai tujuan impiannya!
……
Setelah bus tiba di Basis Pelatihan Brackel, tim langsung bubar. Karena memenangkan derby Ruhr ini, Jabala yang biasanya keras kepala memberikan libur langka. Pemain yang bertanding besok tidak perlu datang ke basis pelatihan, sedangkan yang tidak bermain tetap harus melakukan latihan pemulihan.
Zhou Yi dan Mark langsung pulang menggunakan mobil ayah Mark dari Basis Pelatihan Brackel – Pak Wagner tua mengemudi mengikuti bus tim Borussia Dortmund dari Gelsenkirchen hingga ke Brackel.
"Di dalam mobil, Nyonya Wagner terus memuji putranya dan Zhou Yi atas performa mereka."
"Suasana hati kedua anak itu juga sangat baik. Sepanjang perjalanan, mobil dipenuhi tawa dan canda. Sejak Markus naik ke U19, ini pertama kalinya suasana keluarga seharmonis ini."
"Seperti biasa setelah menang pertandingan, keluarga Markus dan Zhou Yi pergi ke restoran langganan mereka untuk merayakan kemenangan, baru kemudian pulang ke rumah."
"Ketika Zhou Yi membawa handuk dan pakaian ganti menuju kamar mandi untuk mandi air hangat, Kottane menyandar di pintu kamarnya, melipat tangan sambil mengikuti pergerakan Zhou Yi dengan tatapan tajam."
"Zhou Yi yang menyadari tatapannya justru berhenti dan menoleh: 'Apa aku tampan?'"
"Kottane mendengus: 'Gila.'"
"'Lalu kenapa kau menatapku?'"
"'Tidak ada. Hanya ingin memberimu saran, imut Asia.'"
"'Saran apa?'"
"'Gunakan air dingin untuk berendam.'"
"'Hei, apa ada masalah antara kita?' Zhou Yi terkejut mendengar saran itu."
"'Maksudmu?' Kottane tak mengerti."
"'Lalu kenapa suruh aku mandi air dingin?'"
"Mendengar ini, Kottane akhirnya mengangkat mata: 'Berendam air dingin setelah cedera bisa mempercepat pemulihan... Jangan bilang kau tidak cedera.'"
"Mulut Zhou Yi yang baru terbuka pun terkunci rapat."
“Dia memang terluka, bukan hanya memar di tubuh akibat benturan, tapi juga benjolan di kaki karena ditendang dan diinjak. Meski tidak parah, tetap saja ini termasuk cedera, hanya saja cedera seperti ini sudah biasa bagi pemain sepak bola, Zhou Yi juga tidak terlalu dipusingkan.”
“Mengapa aku harus mendengarkanmu?” Zhou Yi membalas bertanya.
Kottane mendengus: “Percaya atau tidak terserah, ini hanya saran dari orang yang belajar ilmu kedokteran olahraga untukmu, keputusan ada di tanganmu sendiri.”
Kottane secara sukarela menyebutkan bidang studinya, ini memicu rasa penasaran Zhou Yi: “Ngomong-ngomong, aku selalu punya pertanyaan. Kamu yang sangat membenci atlet, tidak mau adikmu main sepakbola profesional, mengapa memilih ilmu kedokteran olahraga sebagai jurusan kuliah?”
Kottane sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaannya: “Tidak ada komentar.”
Melihat situasi ini, Zhou Yi tahu Kottane tidak akan memberitahunya, lalu mengangkat bahu: “Baiklah. Tapi kalau sampai flu, ini salahmu!”
“Idiot, mandi air dingin tidak akan membuatmu flu! Flu disebabkan oleh virus atau infeksi bakteri, tidak ada hubungannya dengan mandi air dingin. Tapi ingat, setelah mandi air dingin harus menjaga kehangatan tubuh, kalau sampai flu jangan salahkan aku.”
Setelah berkata demikian, Kottane berbalik masuk ke kamar, menutup pintu dan tidak lagi menanggapi Zhou Yi.
Zhou Yi menatap pintu yang tertutup, memiringkan kepala sambil berpikir sejenak, lalu melanjutkan langkah menuju kamar mandi.
Di kamar mandi, dia mengisi bak mandi dengan air dingin, lalu melepas pakaiannya. Melihat bak air yang sama sekali tidak beruap ini, dia ragu cukup lama.
Kemudian dia mengangkat satu kaki mencoba memasukkan kaki ke air, tapi begitu menyentuh permukaan air, langsung ditariknya kembali——"Aduh, dingin banget! Jangan-jangan dia mau menjerumuskanku?"
Zhou Yi merenung lama, akhirnya nekat, mengatupkan gigi, menutup mata, dan cepat-cepat menceburkan diri ke bak mandi...
Seketika, suara jeritan dahsyat menggema dari kamar mandi: "Aaaaaaaaahhhhh!!!!"
Mark mendengar jeritan Zhou Yi, buru-buru membuka pintu dan berlari ke kamar mandi: "Ada apa? Terjadi apa, Zhou Yi?!"
"Nggak...nggak apa-apa... Aaaaaah!!!" Jeritan Zhou Yi kembali terdengar dari kamar mandi.
"Ini sebenarnya ada apa? Aku masuk ya!" Mark memutar gagang pintu.
"Jangan! Jangan masuk! Beneran nggak apa-apa, cuma airnya terlalu dingin aja... Aaah!!!" Zhou Yi menggerakkan lengannya, kulit yang baru mulai beradaptasi langsung merasakan dingin menusuk lagi, membuatnya menjerit-jerit.
Kottane yang sedang duduk tenang membaca buku di kamar, mendengar jeritan Zhou Yi yang seperti serigala melolong, tersenyum geli.
