Di hari ketiga latihan, sesi permainan tetap diadakan.
Kali ini sebelum latihan menyerang, ketika pelatih kepala J berdiri di depan tim namun belum sempat bicara, Zhou Yi, Götze dan Mark sudah spontan maju dari barisan.
Mereka tahu tidak bisa mengelak.
Melihat tingkah mereka, semua orang pun tertawa lagi.
Schneider tertawa paling keras. Mungkin yang lain tertawa baik-baik, tapi Schneider jelas sedang mengejek.
Dia senang melihat Zhou Yi dan Mark dalam kesulitan.
Bukannya kalian hebat saat Derbi Ruhr? Kenapa sekarang lesu seperti ini?
Dasar suka cari perhatian! Dasar perampas gol-golku!
Pantas!
Setelah maju, Zhou Yi berkata ke J: "Pelatih, kami perlu berdiskusi strategi."
J mengangkat bahu: "Silakan. Beri tahu saya setelah selesai."
Para penonton mulai bubar, sementara Zhou Yi menarik Mark dan Götze ke lingkaran tengah.
"Ada ide brilian apa kali ini?" Götze sudah pasrah, siap-siap menggendong orang.
"Bagaimanapun kita membagi tugas, tetap akan ada minimal dua bek yang mengawal masing-masing kita, benar?" tanya Zhou Yi ke Götze.
Götze mengangguk: "Tentu. Setiap saat, di mana-mana."
“Jadi jika kita ingin berhasil maju ke depan gawang untuk melakukan tembakan, kita harus melepaskan diri dari dua orang yang mendampingi kita.”
“Sejauh ini yang kamu katakan hanya omong kosong, Zhou Yi.” Götze berbicara blak-blan.
Zhou Yi tidak berdebat dengannya, melanjutkan analisis: “Bagaimana cara kita melepaskan diri? Menurutku hanya dengan memanipulasi ritme permainan.”
“Ritme?” Götze heran.
“Ya, sepak bola ada di kaki kita. Inisiatif ada di tangan kita. Kita yang menentukan cara bermain, baik operan maupun tendangan jauh. Lawan tidak tahu apa-apa sebelum kita bertindak. Jika mereka bertahan dengan pola tertentu, kita ubah ritme dan strategi. Ritme operan, ritme pergerakan posisi, ritme serangan... Dengan mengacaukan berbagai ritme ini, lawan akan bingung dan tak tahu cara bertahan. Begitu peluang kita muncul!”
Mark terdiam takjub, sementara Götze mengerutkan kening: “Tapi ini menuntut reaksi cepat kita terhadap setiap bola...”
“Tepat! Operan cepat, kontrol cepat, pergerakan cepat.” Kata Zhou Yi. “Hanya dengan ketiga elemen ini dari kita bertiga, kita bisa membobol pertahanan mereka.”
“Tapi ini sulit...” Götze sudah membayangkan kompleksitas koordinasi mereka bertiga.
“Tentu sulit, tapi ini satu-satunya cara. Jika kalian tidak ingin terus lari bolak-balik sambil menggendong beban puluhan kilo, kita harus lakukan ini.” Suara Zhou Yi tegas.
“Baiklah...” Götze akhirnya menyetujui.
Mark tentu saja juga tidak keberatan, bagaimanapun Zhou Yi bilang, dia akan lakukan.
"Ingat, operan cepat, terima cepat, lari cepat!" Zhou Yi menepuk tangan sambil berkata.
Kemudian dia memberi isyarat ke pelatih Jebara bahwa mereka sudah siap.
Sebuah peluit berbunyi, latihan... ah bukan, permainan dimulai lagi.
Tapi kali ini, hasilnya bahkan lebih buruk dari dua hari sebelumnya.
Begitu berhadapan langsung dengan orang itu, semua operan jadi salah, penerimaan bola juga salah, pergerakan posisi makin berantakan - kadang operannya terlalu keras, kadang melenceng, kontrol bola terlalu kasar, atau malah gagal mengontrol, lari terlalu cepat atau terlambat...
"Tim penyerang, minus 1 poin!"
"Tim penyerang, minus 2 poin!"
"Tim penyerang, minus 3 poin!"
"Tim penyerang, minus 4 poin!"
Permainan kali ini berakhir bahkan lebih cepat dari dua hari sebelumnya...
Melihat tiga orang itu dengan beban masing-masing tersandung-sandung bergerak, gelak tawa riang rekan setim bergema di lapangan.
"Apa mereka sudah menyerah?!" Schneider tertawa terbahak-bahak dengan sangat berlebihan. "Ini strategi bunuh diri namanya!"
Tapi di pinggir lapangan, Jebara justru menyipitkan matanya sambil mengamati ketiga remaja itu.
Tiga hari, tiga permainan dengan tiga strategi berbeda - dari tendangan jauh sampai operan pendekatan, dan hari ini. Jelas terlihat mereka menggunakan akal, terutama hari ini yang terlihat seperti bunuh diri di mana setiap ronde berakhir begitu cepat. Tapi Jebara punya pandangan berbeda.
Tiga hari tiga kekalahan memang memalukan, tapi mungkin ketiga anak ini perlahan semakin mendekati gambaran ideal dalam benaknya...
……
Baik tim muda maupun tim utama, jadwal latihan harian tidak selalu sama. Tidak setiap hari ada dua sesi latihan. Ada beberapa hari yang hanya memiliki satu sesi latihan.
Tim U19 memiliki tiga hari dalam seminggu dengan satu sesi latihan, dan dua hari dengan dua sesi latihan.
Hari ini hanya ada satu sesi latihan. Setelah latihan pagi selesai, sore hari bebas aktivitas.
Usai latihan, para pemain berjalan menuju ruang ganti sambil membicarakan rencana bersantai di sore hari.
Ada yang ingin pulang tidur atau main game.
Ada yang mau kencan, ada juga yang berencana belanja.
Biasanya, Zhou Yi dan Mark akan menambah latihan kekuatan dan daya tahan selama setengah jam.
Tapi Zhou Yi memanggil Götze.
"Ada acara sore ini, Mario?"
"Aku tidak ada rencana," jawab Götze.
"Bagus. Latihan khusus."
Mark terkejut mendengar rencana Zhou Yi.
Götze juga bingung: "Latihan khusus apa?"
"Latihan cara tidak kalah dalam permainan," kata Zhou Yi. "Konsep operan cepat, kontrol cepat, dan lari cepat memang benar. Kekalahan hari ini membuktikan kemampuan kita masih kurang. Jadi aku ingin meningkatkan melalui latihan khusus bertiga."
Götze tampak ragu.
Zhou Yi menyemangati: "Mau setiap hari menggendong Sobiech 196cm lari bolak-balik?"
Mendengar ini, Götze langsung setuju: "Baik, aku ikut."
Zhou Yi menatap Mark.
"Tidak masalah," kata Mark yang selalu patuh pada Zhou Yi.
“Baik, nanti aku dan Mark masih harus latihan tambahan. Kita bertemu di rumah Mark sore ini, di dekat rumahnya ada beberapa lapangan sepak bola, kita akan latihan di sana. Kamu tahu alamat rumah Mark?”
Götze menggelengkan kepala.
“Mark, beri tahu dia.”
Akhirnya Mark memberitahu alamat rumahnya kepada Götze, Götze mencatatnya, ketiganya sepakat bertemu di rumah Mark pukul 1:30 sore.
Mengapa harus sepagi ini? Karena lapangan baru sepi di siang hari, mulai pukul 4:30 sore, lapangan-lapangan ini akan dipenuhi orang yang main bola, sama sekali tidak memungkinkan untuk latihan khusus tiga orang...
……
Setelah menyelesaikan latihan kekuatan dan stamina di basis pelatihan sepak bola, Zhou Yi dan Mark pulang ke rumah untuk makan siang dengan cepat, setelah istirahat singkat, Götze sudah mengetuk pintu rumah Mark.
Ketiganya membawa tas perlengkapan, menggendong bola sepak, berjalan menuju lapangan sepak bola di dekat rumah Mark.
Di tengah terik siang, benar-benar tidak ada seorang pun. Mereka bisa menggunakan lapangan sepuasnya.
Di Jerman, lapangan sepak bola gratis seperti ini tersebar di mana-mana. Jika kamu terbang melintasi kota-kota Jerman dan melihat ke bawah dari jendela pesawat, akan terlihat banyak lapangan sepak bola seperti ini.
Inilah salah satu alasan mengapa sepak bola Jerman bisa begitu kuat.
Lapangan sepak bola gratis yang bisa ditemui di mana saja, dan dirawat dengan baik, bukan tanah terlantar yang dibiarkan rumputnya tumbuh liar.
Dengan fasilitas keras seperti ini, ditambah budaya sepak bola sebagai perangkat lunak yang merasuk ke setiap sudut masyarakat.
Wajar saja sepak bola Jerman begitu jaya.
Zhou Yi dan teman-temannya memilih lapangan sepak bola secara acak. Ketiganya meletakkan tas, mengganti sepatu, lalu mulai pemanasan.
Meski ini latihan khusus tanpa pelatih, pemanasan sebelum latihan tetap wajib dilakukan. Ini kebiasaan yang harus dimiliki pemain profesional dan calon pemain profesional. Cedera selama latihan takkan dapat simpati.
Sambil pemanasan, Zhou Yi menjelaskan idenya kepada kedua rekannya.
Saat istirahat siang, dia kembali melakukan simulasi di dunia FIFAOL3 untuk memastikan konsepnya benar.
Masalah sekarang adalah terus berlatih di jalur yang benar ini.
"Kita bertiga tak boleh terlalu berjauhan. Harus saling mendekat agar operan bisa secepat kilat, membuat lawan tak sempat bereaksi."
"Tapi ini juga akan membuat kita sendiri kewalahan," sanggah Götze.
"Makanya kita perlu latihan khusus, Mario. Reaksi lambat karena chemistry kita belum matang. Seringkali kita harus saling lihat dulu baru bereaksi. Dalam situasi seperti itu, jika kau baru lari setelah lihat operanku, sudah terlambat. Kau harus proaktif bergerak ke area yang kira-kira akan kujadikan target operan."
"Prinsip sama berlaku untuk operan. Jangan menunggu lihat pergerakan baru mengoper. Operan harus diberikan lebih dulu agar timing-nya pas."
Götze merenung, merasa penjelasan Zhou Yi masuk akal.
Dia setuju bahwa dalam kondisi ekstrem seperti ini, mengandalkan pengamatan visual sudah tak efektif. Kadang harus mengandalkan insting tubuh, yang berarti perlu meningkatkan chemistry di antara mereka bertiga.
Pemanasan selesai, ketiganya memulai latihan.
Sebenarnya latihan khusus ini sederhana, bahkan tidak memerlukan alat bantu atau panduan pelatih, karena metode latihan spesifiknya sudah digunakan dalam latihan rutin.
Mereka hanya saling melakukan operan bolak-balik sambil bergerak maju. Baik dalam operan maupun pergerakan posisi, tidak boleh monoton. Harus bergerak silang maju. Saling menyelip dan bertukar posisi bisa meningkatkan kekacauan, tapi sekaligus melatih kemampuan pemain dalam melakukan operan dalam situasi kompleks, sekaligus mengubah latihan pertukaran posisi menjadi insting. Dengan demikian, dalam pertandingan, pertukaran posisi bisa mengacaukan pertahanan orang itu, sehingga menciptakan peluang.
Latihan seperti ini memang ada dalam latihan rutin tim.
Jadi mereka tidak benar-benar tanpa dasar saat melakukannya.
Hanya saja mereka mengisolasi latihan ini untuk dilakukan secara intensif. Kecepatannya juga lebih tinggi dibanding saat latihan di tim.
Setiap peningkatan kecil kecepatan membuat kesulitan latihan berlipat ganda.
Awalnya latihan sering terhenti karena kesalahan, berjalan tidak lancar.
Setiap kali terhenti, ketiganya akan berkumpul menganalisis masalahnya: apakah dari operan, pergerakan posisi menerima bola, atau kontrol bola?
Setelah mendapat kesimpulan, latihan dilanjutkan.
Setiap 10 set latihan dianggap satu siklus. Setelah selesai satu siklus, istirahat 5 menit, lalu lanjut 10 set latihan operan dan pergerakan posisi lagi, istirahat 5 menit lagi.
Latihan seperti ini terus berlangsung selama satu jam sebelum ketiganya pergi.
Dan ketika mereka pergi, mereka semua sudah kelelahan total. Intensitas latihan ini benar-benar tidak semudah yang orang bayangkan, seperti sekadar bermain-main.
Tapi meski begitu, dibandingkan dengan harus berlari bolak-balik sambil menggendong rekan setim yang berat selama latihan, latihan khusus seperti sekarang ini sudah bisa dibilang ringan!
