Sejak masuk ke Akademi Borussia Dortmund, di satu sisi Zhou Yi mengikuti latihan normal bersama pemain U17 dan U19 di tim muda, di sisi lain dia harus menghabiskan lebih banyak energi dan waktu dibanding pemain biasa untuk latihan stamina dan kekuatan.
Karena ini adalah pelajaran yang tertinggal akibat tidak pernah menjalani pelatihan profesional selama 17 tahun sebelumnya, dia harus mengejarnya. Tanpa ini, mimpinya menjadi pemain profesional tidak akan terwujud.
Selain itu dia harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin - hanya tersisa satu tahun. Saat tiba di Dortmund usianya hampir 18 tahun. Pemain mana yang baru mulai latihan profesional di usia 18?
Tanpa sistem di kepalanya, mungkin Zhou Yi bahkan tidak berani memimpikan "menjadi pemain profesional".
Tapi sistem hanya bisa membantunya meningkatkan pengalaman dan kesadaran pertandingan. Penguatan fisik harus diraih melalui latihan nyata, bukan mimpi.
Sudah lebih dari setengah tahun dia tinggal di Dortmund, Jerman Barat ini. Tapi ketika orang tuanya menelpon atau teman sekelasnya meninggalkan pesan di QQ menanyakan kesan tentang kota ini, dia tak bisa menjawab.
Karena dia sama sekali belum pernah mengunjungi area Dortmund selain rumah Mark, lapangan sepak bola dekat rumah Mark, restoran yang sering dikunjungi keluarga Mark, dan Basis Pelatihan Brackel.
Dia dan Yang Muge yang berada di wilayah Ruhr yang sama hanya terpisah 20-30 km, tapi selain saat pertandingan antar tim mereka, tak pernah bertemu.
Mengapa?
Karena dia harus memanfaatkan setiap detik untuk berlatih dan meningkatkan diri.
Kalau tidak, satu tahun kemudian, dia tidak tahu apakah dia bisa mendapatkan perhatian Klopp dan menandatangani kontrak pemain profesional dengan Borussia Dortmund.
Setelah lebih dari setengah tahun latihan, Zhou Yi telah membuat kemajuan signifikan baik dalam stamina maupun kekuatan fisik.
Tinggi badannya naik dari 171 cm menjadi 175 cm, berat badan meningkat dari 58 kg saat bergabung tim menjadi 65 kg sekarang. Kemampuan bertarung fisik di lapangan juga meningkat drastis, latihan ilmiah yang tepat mempercepat perkembangannya.
Tapi menurut Jabara, kemajuan Zhou Yi ini akan menghadapi ujian berat di final Piala Pemuda Jerman yang akan datang.
Freiburg U19 mungkin menjadi lawan terkuat yang pernah dihadapi Dortmund U19 selama beberapa bulan terakhir - jauh lebih kuat daripada Schalke 04 U19. Kalau Schalke 04 U19 memang kuat, tidak mungkin hanya berada di peringkat 4 Liga Barat.
Sebagai gelandang inti Dortmund U19, Zhou Yi pasti akan mendapatkan marking ketat dari Freiburg U19.
Pertarungan fisik juga akan menjadi hal biasa.
Performa Zhou Yi saat itu mungkin akan langsung menentukan peringkat akhir yang diraih Borussia Dortmund.
Tahun lalu, ada beberapa alasan mengapa Borussia Dortmund U19 mengeliminasi SC Freiburg U19 di perempat final - saat itu SC Freiburg U19 fokus pada perebutan gelar liga, dan tidak menggunakan skuad penuh saat melawan Borussia Dortmund U19 di perempat final. Selain itu, gaya pressing tinggi yang sekarang digunakan SC Freiburg U19 saat itu masih dalam tahap awal dan belum sempurna, sedangkan di musim ini mereka sudah lebih matang.
Ketiga, bahkan melawan SC Freiburg U19 versi saat itu, Borussia Dortmund hanya bermain imbang 1-1 selama pertandingan normal, akhirnya lolos melalui adu penalti - faktor keberuntungan terlalu dominan...
Keberuntungan sendiri tidak bisa diprediksi, tahun lalu berada di pihak Borussia Dortmund, siapa tahu tahun ini beralih ke pihak SC Freiburg?
Lalu apakah dengan menurunkan Zhou Yi dari starting lineup final untuk mencegahnya dibekuk oleh SC Freiburg U19 dan menjadi kelemahan Borussia Dortmund U19?
Yakinlah Yebara tidak akan melakukan hal seperti itu.
Sejak kedatangan Zhou Yi di Borussia Dortmund U19, ia langsung menjadi pengendali lini tengah tim.
Saat ini seluruh tim Borussia Dortmund U19 sudah terbiasa dengan kendali Zhou Yi. Jika dalam final Zhou Yi diturunkan, bukankah ini sama seperti memotong tangan kaki sendiri karena takut digigit ular?
……
"Saat Jürgen Klopp pusing memikirkan cara menghadapi taktik tekanan tinggi SC Freiburg U19 di final, Zhou Yi, Götze, dan Mark justru frustasi karena belum bisa memenangkan pertandingan."
"Sudah lebih dari sebulan kita latihan, tapi dari tujuh pertandingan simulasi, sampai sekarang belum satu pun menang!"
Di hari dimana hanya ada latihan pagi, ketiganya berkumpul di lapangan sepak bola dekat rumah Mark untuk latihan khusus di sore hari.
Setelah sesi latihan khusus selesai, Mark mengeluh sambil duduk di tanah bersama yang lain.
"Arah latihan kita sudah benar, ini hanya masalah keberuntungan," kata Zhou Yi menghibur Mark.
"Tapi keberuntungan itu paling sulit karena tidak bisa dikontrol," sahut Götze.
"Tidak, keberuntungan bisa dikontrol," bantah Zhou Yi.
Pernyataannya ini membuat kedua temannya terkejut.
Semua orang tahu keberuntungan itu abstrak, makanya dewi Fortuna digambarkan sebagai perempuan - mungkin terkait sifat perempuan yang sulit ditebak dan selalu berubah-ubah.
Pesona terbesar keberuntungan justru pada ketidakpastiannya, tapi kenapa Zhou Yi bilang bisa dikontrol?
"Di China ada pepatah 'Kucing buta menabrak tikus mati' yang menggambarkan keberuntungan ekstrim," jelas Zhou Yi.
"Hmm... terdengar mirip pepatah Jerman 'Ayam buta terkadang menemukan biji-bijian'," kata Götze. "Juga menggambarkan keberuntungan, ayam buta saja bisa temukan biji, kalau bukan keberuntungan apa lagi?"
“Benar.” Zhou Yi mengangguk. “Tapi sebaliknya, jika ayam buta dan kucing rabun sama sekali tidak mencari atau menyentuh, bagaimana mungkin mereka bisa menemukan biji-bijian dan tikus mati? Menurutku, semua peribahasa ini menyembunyikan makna yang lebih dalam.”
Zhou Yi kembali masuk ke mode omong kosong serius. Namun Mark dan Götze tidak menyadarinya, mereka mendengarkan dengan penuh perhatian penjelasan Zhou Yi tentang makna tersembunyi di balik peribahasa itu.
“Peribahasa-peribahasa ini sebenarnya tidak hanya berbicara tentang keberuntungan semata, makna yang lebih dalam adalah menunjukkan bahwa keberuntungan lebih memihak pada orang yang gigih berusaha. Jika kucing menganggap dirinya buta lalu menyerah dan diam di sarang, bukankah meskipun ada tikus mati di tanah, dia tidak akan menabraknya? Jika ayam merasa toh tidak bisa melihat, pasti tidak bisa mencari makan, lalu bagaimana mungkin dia bisa mematuk biji-bijian meski tersebar di mana-mana?”
Zhou Yi berbicara dengan sangat serius.
Mark dan Götze terdiam takjub – selama belasan tahun mereka mendengar penjelasan konvensional dari nilai-nilai umum masyarakat, ternyata ada makna lain seperti ini? Dan semakin didengar, penjelasan Zhou Yi terdengar semakin... masuk akal!
“Mengapa peribahasa menekankan kucing buta dan ayam buta? Mereka adalah karakter dengan cacat fisik. Di mata semua orang, citra seperti ini adalah pihak lemah yang mustahil menyelesaikan tugas seperti menangkap tikus atau mematuk beras. Tapi mereka justru berhasil menangkap tikus dan menemukan biji-bijian. Peribahasa membentuk dua citra lemah, namun membuat mereka menyelesaikan misi yang mustahil. Apakah ini hanya soal keberuntungan? Saya yakin makna terdalam di balik ini adalah mengingatkan kita: selama mau berusaha, gigih, tidak menyerah pada kesulitan, maka sebesar apapun rintangan pasti bisa diatasi. Bahkan hal yang dianggap mustahil oleh semua orang pun pasti bisa diraih!”
Sambil berkata demikian, Zhou Yi mengepal tinju, menatap langit dengan sudut 45 derajat, emosinya berkobar penuh semangat.
“Menghapi ketidakmungkinan, jika kau menganggapnya mustahil dan tidak mau berusaha, maka keberuntungan takkan pernah datang. Sebaliknya, jika kau berjuang keras dan tak menyerah pada hal mustahil, maka keberuntungan akan berpihak padamu! Inilah penjelasan sebenarnya dari dua peribahasa ini! Oleh karena itu, ada peribahasa lain: 'Keberuntungan selalu berpihak pada yang kuat'. 'Kuat' di sini bukan berarti kekuatan fisik, melainkan keteguhan hati yang tak mau menyerah, berani menantang diri sendiri, dan mengatakan 'tidak' pada ketidakmungkinan! Orang kuat seperti inilah yang sesungguhnya layak disebut kuat!”
Mendengar pidato penuh semangat Zhou Yi, Mark dan Götze terdiam. Mereka mengerutkan alis, tenggelam dalam perenungan...
Namun Zhou Yi memotong lamunan mereka: "Sudah, bangun lanjutkan latihan. Istirahat sudah cukup. Jika istirahat lebih lama, harus pemanasan ulang nanti!"
Mark dan Götze pun keluar dari lamunan mereka, berdiri dan melanjutkan latihan.
Apakah latihan sekeras ini memiliki makna seperti yang dikatakan Zhou Yi, mereka masih belum benar-benar paham.
Tapi satu hal yang mereka mengerti: jika tidak latihan, situasi akan semakin buruk.
Jadi apapun yang terjadi di masa depan, saat ini yang penting adalah tetap berlatih.
……
Tinggal lima hari terakhir menuju final. Sehari sebelum final, tim akan mengakhiri latihan di Basis Pelatihan Brackel dan terbang ke Berlin untuk latihan adaptasi pra-final.
Meski hanya tersisa kurang dari seminggu menuju final, latihan di Brackel tak berbeda dengan biasanya, masih ada sesi "permainan".
Kini trio Zhou Yi tak perlu lagi berdiskusi strategi sebelum permainan dimulai. Cukup langsung menerapkan metode latihan khusus yang biasa dilakukan.
Begitu peluit pelatih Jürgen Kurbjuhn berbunyi, permainan pun dimulai.
Strategi yang sama: operan cepat dan pergerakan cepat dengan pergantian posisi silang. Setelah tiga kali operan, saat Götze mengoper ke Zhou Yi yang langsung mengoper ke Mark tanpa mengontrol bola, terjadi kesalahan. Bola menyimpang ke garis samping dan direbut oleh kapten tim bertahan Hornschuh yang mengejarnya.
Peluit berbunyi disertai Jürgen Kurbjuhn mengacungkan satu jari: "Tim penyerang, minus satu poin!"
Suara tawa dari luar lapangan sudah tak terdengar, karena semua menyadari ini bukan lagi bahan lelucon. Komedi yang ditonton setiap hari pun tak akan terasa lucu lagi.
Setelah teriakan Jörg Berger, Zhou Yi dan Götze tidak saling menyalahkan, melainkan kembali ke lingkaran tengah, mengambil bola sepak dan memulai kembali.
Permainan kedua dimulai setelah peluit Jörg Berger berbunyi.
Operan cepat beruntun sama sekali tidak boleh menghentikan bola. Jika berhenti, akan dikepung oleh pemain lawan. Hasil terburuk adalah bola langsung direbut, sementara hasil terbaik hanyalah kebobolan beberapa detik kemudian...
Ekspresi pemain yang menyaksikan di pinggir lapangan sangat serius. Sebenarnya mereka semua paham betapa sulitnya strategi trio ini. Dalam kondisi setiap orang menghadapi pressing minimal dua bek, sambil terus bergerak dan melakukan operan langsung tanpa mengontrol bola - tingkat kesulitan kerjasamanya sungguh luar biasa.
Tapi ketiganya bersikeras melakukan cara ini, sama sekali tidak mempertimbangkan kemungkinan lain.
Memilih jalan tersulit, lalu menghadapi kesulitan tersebut.
Rekan setim pun harus menghormati keberanian trio ini - selama berhari-hari menyaksikan, mereka semua telah introspeksi dan merasa pasti tidak akan sanggup bertahan selama ini.
Tentu saja, mungkin trio ini juga pernah ingin menyerah, tapi Jörg Berger sama sekali tidak memberi opsi untuk menyerah...
Jadi situasi lah yang menciptakan pahlawan, "Surga akan menurunkan tanggung jawab besar pada orang ini..." - sebagian besar pahlawan yang memikul tugas besar mungkin terpaksa...
