Saat Zhou Yi dan Mark pergi pemanasan, Nyonya Wagner langsung berteriak: "Mark! Mark! Lihat sini! Sini!"
Dia berdiri di tribun, mengayunkan tangannya sekuat tenaga sambil berteriak ke arah lapangan.
Dia ingin Mark tahu di mana posisi mereka duduk, sehingga selama pertandingan ia tidak perlu teralihkan mencari mereka.
Benar saja, mendengar teriakannya, Mark mengangkat kepala dan menemukan ibu, ayah, serta kakaknya di tribun, lalu dengan bersemangat melambai sebagai tanda ia sudah melihat.
Zhou Yi di sebelahnya juga memberi salam ke arah mereka.
Melihat kedua remaja itu menyapa, Nyonya Wagner baru puas duduk kembali.
Misi sudah selesai, sekarang tinggal menunggu pertandingan dimulai.
……
Saat pemanasan, Zhou Yi memandang sekeliling tribun. Stadion Olimpiade Berlin yang berkapasitas 75.000 penonton tampak sepi, diperkirakan penonton yang hadir tidak sampai 5.000 orang.
Meski melihat kamera dan perangkat siaran di pinggir lapangan, Zhou Yi yakin tidak akan banyak penonton yang menyaksikan siaran langsung ini di TV.
Siaran TV hanya untuk menunjukkan keseriusan terhadap final Piala Jerman U-19, tapi stasiun TV tidak bisa memaksa orang menonton.
Zhou Yi bertanya pada dirinya sendiri: bahkan dirinya pun tak tertarik dengan pertandingan Piala Jerman U-19.
Begitu masuk tim utama, semuanya akan membaik.
Bagaimana caranya masuk tim utama?
Sederhana saja, tunjukkan performa yang bagus.
Performa seperti apa yang dianggap bagus?
Menjuarai kompetisi!
Bukankah ini kesempatan emas di depan mata?
"Gelar Piala Jerman U19 ini, tidak peduli seberapa sulit untuk diraih, Zhou Yi sama sekali tidak berniat melewatkannya."
"Ini bisa dikatakan sebagai batu loncatan pertamanya untuk masuk ke tim utama."
"Untuk pertandingan ini, Zhou Yi telah mempersiapkan diri di Sistem Virtual selama lebih dari seminggu, bahkan dua Derbi Ruhr sebelumnya pun tidak pernah dia persiapkan seintens ini."
……
"Kembali ke ruang ganti, ekspresi pelatih Yebara masih terlihat cukup serius."
"Lawan kita cukup kuat, mereka adalah juara liga nasional U19 musim lalu. Tapi ingat, kalian juga hebat!" Dia memberi semangat pada para pemain.
"Tidak ada tim lemah yang bisa mencapai final. Jadi jika kalian merasa lawan kuat, ingatlah bahwa kalian juga kuat. Untuk taktik mereka, kita sudah mempersiapkan selama seminggu penuh. Setiap orang berlatih keras, saya yakin selama kalian bisa bermain sesuai performa latihan, mengalahkan mereka bukan hal mustahil."
"Selanjutnya tentang taktik pertandingan:" Yebara melanjutkan. "...Pola permainan mereka adalah pressing tinggi, ini sudah kita latih khusus selama seminggu. Intinya, kalian harus lebih berani mengambil risiko, berani maju, dan berkoordinasi dengan Zhou Yi."
Saat mengucapkan ini, pandangan Yebara tertuju pada Zhou Yi.
Saat ini inti gelandang Borussia Dortmund U19 adalah Zhou Yi. Meski Götze lebih terkenal, termasuk Götze sendiri pun tidak keberatan dengan pengaturan ini.
"Zhou Yi bertugas mengontrol ritme permainan melalui operannya. Untuk lebih berani mengambil risiko, perbanyak oper lurus."
"Tapi jika hanya Zhou Yi yang terus melakukan operan lurus, itu tidak akan berguna. Dibutuhkan kerja sama seluruh tim, kalau tidak dia hanya akan melakukan kesalahan operan berulang kali."
"Jadi, mengambil risiko atau bukan bukanlah urusan satu orang, melainkan urusan seluruh tim."
"Yahaba khusus menekankan hal ini dalam pertandingan karena jika terjadi kurang chemistry dalam kerja sama, konsekuensi mengerikan dari mengambil risiko akan segera muncul."
"Perlu diketahui, taktik pressing tinggi Freiburg menentukan seberapa cepat serangan balik mereka setelah merebut bola."
"Dalam hal ini, Freiburg adalah ahlinya."
"Setelah mengingatkan para pemain tentang hal ini, Yahaba kemudian meredakan tekanan mereka."
"'Tentu, kita tidak perlu terlalu khawatir. Bagaimanapun kitalah yang menyerang. Selama kalian bisa bermain maksimal dan mengikuti ritme permainan sendiri, Freiburg akan selalu berada dalam posisi bertahan.'"
……
"Di saat yang sama, di ruang ganti Freiburg U19, pelatih kepala mereka Christian Streich juga sedang menekankan taktik pertandingan kepada para pemain."
"'Berdasarkan analisis kami terhadap beberapa pertandingan sebelumnya mereka, bisa disimpulkan bahwa pemain inti sebenarnya di tim ini bukanlah Götze. Melainkan dia.' Christian Streich menunjuk nama di papan taktik yang terletak di area lingkaran tengah lapangan."
"Zhou Yi. Dialah pemain inti dari tim Borussia Dortmund ini, semua organisasi operan Dortmund bergantung padanya. Ini berbeda dengan musim lalu ketika kami bertemu mereka. Ciri khas pemain ini adalah operan jarak pendek hingga menengah yang bagus, pandai menemukan ruang kosong dan peluang di lapangan, pergerakan posisinya lincah, namun kelemahannya juga jelas terlihat—fisiknya terlihat sangat kurus. Jadi kemampuan bertarung fisiknya tidak kuat. Asalkan kalian bisa menempelinya selama pertandingan dan mengganggunya secara fisik, performanya akan terpengaruh."
Tentang pemain inti Dortmund, Streich hanya mengatakan sebanyak itu kepada para pemainnya.
Karena memang tidak ada lagi yang perlu dibahas. Kelebihan Zhou Yi sangat menonjol, tapi kekurangannya juga sama jelasnya. Cara mengatasinya sederhana—tempel saja.
Justru Mario Götze selanjutnya yang perlu dijelaskan lebih detail.
Karena Mario Götze lebih komplit dibanding Zhou Yi. Dia bisa melakukan operan seperti Zhou Yi, meski mungkin operan dalam situasi bertahan tidak sebagus Zhou Yi, tapi tetap bagus. Dia juga bisa melakukan dribel penetrasi, sekaligus mampu menembak mencetak gol.
Ada alasan mengapa pemain seperti ini bisa menjadi yang menjadi sorotan seluruh Jerman.
Musim panas lalu, Götze bahkan membawa tim muda Jerman U17 meraih juara Euro U17, cukup membuktikan kualitasnya.
Berbeda dengan Zhou Yi yang karakternya mencolok tapi mudah diantisipasi, Götze yang lebih serba bisa ini tidak mudah dibendung dengan cara sederhana.
Oleh karena itu, Streich menghabiskan hampir seluruh waktu berikutnya membahas Götze.
Terkait Götze, para pemain Freiburg jelas mendengarkan dengan lebih serius...
……
Meskipun ini adalah final Piala Jerman U-19 yang kurang mendapat perhatian, semua prosedur pertandingan final tetap dijalankan sesuai protokol.
Para pemain utama dari kedua tim harus menunggu di terowongan pemain, menunggu wasit memimpin mereka masuk lapangan.
Di antara para pemain yang berjejer di terowongan, siapa yang paling menarik perhatian?
Bukan Mario Götze, bintang muda Borussia Dortmund, melainkan... Zhou Yi yang berdiri di belakang Götze.
Sebagai satu-satunya wajah Asia di antara kedua tim, Zhou Yi terus menerus dipandangi.
Setiap pemain Freiburg yang melewatinya teringat penjelasan pelatih: pria kurus inilah inti gelandang Dortmund. Mereka tak kuasa menahan keinginan mengamati tubuh rentannya, bertanya-tanya rahasia apa yang membuatnya menjadi pemain inti tim.
Selama ini mereka selalu mengira Götze-lah otak permainan Dortmund.
Tapi setelah Dortmund lolos ke final dan menjadi lawan mereka, barulah mereka tahu telah terjadi perubahan bumi dan langit di akademi Dortmund - seorang pemain China telah menggantikan posisi Götze sebagai pemain inti!
Apa Götze tidak keberatan dengan ini?
Awalnya Zhou Yi hanya tersenyum. Ketika pandangan mengganggu terus berlanjut, ia berkata dalam bahasa Jerman: "Mau foto bersama? Murah, lima euro sekali." Tangannya mengacungkan lima jari.
Orang itu pun membuat ekspresi "apa kau gila?" sebelum bergegas menjauh darinya.
“Hei, Zhou Yi, lima euro sekali itu nggak murah.” Götze yang berdiri di depannya menoleh dan berkata. “Ke toilet umum aja nggak sampe satu euro.”
“Mario, kamu anggap foto bareng aku sama kaya ke toilet ya?” Zhou Yi menggelengkan mata.
“Aku nggak maksud begitu...” Götze membela diri. “Tapi kalo ada suporter minta foto, aku nggak bakal minta bayaran.”
Zhou Yi menepuk bahu Götze dengan ekspresi seperti kakak yang pengertian: “Mario kamu nggak boleh gini, kamu kan remaja jenius sepak bola Jerman, jangan merendahkan diri...”
Götze tampak bingung: “Kenapa?”
“Nanti orang bakal bilang: ‘Foto sama Mario lebih murah daripada kencing di toilet umum!’” Zhou Yi berkata serius.
Mendengar percakapan dua orang ini, pemain Borussia Dortmund U19 di sekitar mereka tidak bisa menahan tawa. Kecemasan dan ketegangan menjelang final Piala Remaja Jerman perlahan menghilang dalam gelak tawa itu.
Sementara pemain SC Freiburg di samping mereka hanya bisa bengong – Apa mereka ini beneran rekan setim? Pertandingan belum mulai, lawan udah ribut sendiri...
Mereka teringat dugaan sebelumnya – Ternyata Götze masih menyimpan dendam karena Zhou Yi merebut posisi pemain intinya!
Satu hal yang membuat mereka heran: Kenapa pemain Dortmund lain malah tertawa melihat dua orang ini bertengkar?
Apa mereka nggak punya perasaan?!
Perhatikan lagi ekspresi antara Zhou Yi dan Götze, keduanya sama sekali tidak terlihat seperti sedang bercanda...
