"Zhou Yi, lihat ini!" Mark memanggil Zhou Yi ke kamarnya, menunjuk layar komputer.
Zhou Yi langsung melihat foto dirinya bersama Götze dan Mark yang sedang memegang piala DFB-Pokal.
"Laporan resmi klub menulis tentang kita! Lihat judul yang mereka pakai——《Trisula Tim A Junior》! Keren kan!" seru Mark dengan semangat.
"Memang keren," kata Zhou Yi sambil menatap layar.
Dalam penerbangan dari Berlin kembali ke Dortmund, wartawan situs resmi Borussia Dortmund mewawancarai dia dan rekan setimnya.
Tak disangka laporan ini bisa terbit secepat ini.
Ini bukan pertama kalinya dia muncul di situs resmi klub Dortmund, tapi baru pertama kalinya tampil di beranda utama.
Artikel tersebut memperkenalkan kombinasi "Trisula" dalam skuad U19 Borussia Dortmund.
Dinyatakan bahwa kombinasi trisula ini berjasa besar dalam keberhasilan Dortmund meraih gelar DFB-Pokal.
Saat Zhou Yi membaca artikel itu, Mark terus mengoceh di sampingnya dengan gelagat bersemangat sambil melambaikan tangan dan menghentakkan kaki.
Zhou Yi menepuk bahunya: "Tenang, Mark. Ini cuma di situs klub kita. Bagaimana nanti kalau fotomu muncul di《Kicker》?"
Mendengar ini, Mark terdiam. Dari ekspresinya, Zhou Yi tahu pasti dia mulai membayangkan foto dirinya di majalah《Kicker》.
Ah, anak yang suka berfantasi... Benar-benar membuat iri!
……
Yang Muge memegang koran lokal "Westdeutsche Allgemeine Zeitung", sebuah media yang fokus memberitakan berita Schalke 04, sama seperti "Ruhr Nachrichten" yang khusus meliput berita klub Borussia Dortmund.
Di sudut koran ini, Yang Muge menemukan berita tentang kemenangan Borussia Dortmund U19 di final Piala Pemuda Jerman.
Hanya beberapa kata pendek dan beberapa baris, "Westdeutsche Allgemeine Zeitung" menunjukkan sikap mereka dengan cara ini - keberhasilan rival bebuyutan, mereka sudah cukup netral dengan menyisipkan sedikit ruang untuk menyebut hal ini, apalagi laporan detail, jangan harap.
Tapi Yang Muge juga tidak membutuhkan laporan detail dari "Westdeutsche Allgemeine Zeitung", karena dia sudah menonton seluruh proses pertandingan.
Penampilan Zhou Yi dalam pertandingan membuatnya terkesan. Dia menyadari sejak datang ke Jerman, setiap kali melihat Zhou Yi selalu merasa ada kemajuan pesat dibanding penampilan sebelumnya.
Zhou Yi yang sekarang sudah sama sekali berbeda dengan pemain pelajar yang pertama kali masuk tim acara realitas dulu.
Dia benar-benar orang yang terlahir untuk bermain sepak bola, di Jerman dengan budaya sepak bola yang kaya ini, dia bagaikan ikan di air.
Jika dulu dia tidak memilih sekolah tapi menerima pelatihan sepak bola profesional, mungkin dia sudah setara dengan He Ying.
Tapi tidak masalah, untungnya dia datang ke Jerman, untungnya dia memilih jalan yang seharusnya dia tempuh.
Dari lubuk hati, Yang Muge merasa sangat senang untuk Zhou Yi.
"Hai, Yang." Draxler menyapa Yang Muge yang sedang termenung memegang koran. "Kenapa kamu beli koran?"
Yang Muge menunjuk berita kemenangan Borussia Dortmund U19 di Piala Jerman kepada Draxler.
"Ah... Borussia Dortmund... sialan!" Senyum Draxler langsung menghilang. Sehari sebelumnya, para suporter Borussia Dortmund bersorak sementara suporter Schalke 04 geram.
Terutama bagi pemain tim muda Schalke 04 seperti mereka, rasa frustrasi ini semakin terasa.
Rival bebuyutan mereka pulang membawa piala setelah menang final Piala Jerman, benar-benar menjadi sorotan.
"Aku tidak nonton pertandingannya, tapi biar kutebak - pasti temanmu jadi bintang lapangan ya?" tanya Draxler.
Yang Muge mengangguk: "Iya, dua assist, bantu Dortmund menang 2-0 atas Freiburg."
"Dua gol itu semua terkait dengannya..." Tiba-tiba Draxler berkata serius, "Yang, kita harus berusaha dua kali lipat. Aku punya firasat buruk - mungkin temanmu itu akan lebih dulu masuk ke... tim utama!"
……
Borussia Dortmund U19 memang juara Piala Jerman U19, tapi prestasi ini tidak terlalu berdampak bagi klub seniornya.
Kecuali cuti dua hari yang diberikan Peter Hyballa untuk seluruh tim setelah kembali ke Dortmund.
Tapi dua hari ini Zhou Yi dan Mark juga tidak diam. Mereka kembali ke lapangan sepak bola dekat rumah Mark, Zhou Yi memberikan operan ke Mark, sedangkan Mark yang menembak.
Ini sekaligus melatih operan Zhou Yi dan tembakan Mark.
Sebenarnya operan Zhou Yi sudah cukup bagus, tapi dia masih belum puas. Kadang dia merasa melihat ruang kosong tapi tidak bisa mengirim bola ke sana karena tingkat kesulitan operan terlalu tinggi. Jika dipaksakan, bola bisa hilang. Akhirnya dia harus mengoper ke samping atau mundur, membuat kedua tim mengatur ulang posisi dan mencari ruang kosong baru.
Tapi dengan begini, ritme permainan serangan tim jadi terganggu.
Target Zhou Yi adalah meningkatkan statistik operan pendeknya di atas 90. Saat ini operan pendeknya 65, sedikit lebih tinggi dari Götze yang 64.
Masih ada selisih 25 poin dari target minimal 90.
Perlu diketahui, saat baru mulai statistik operan pendek Zhou Yi hanya 22 poin.
Sebenarnya perkembangan Zhou Yi sangat cepat, tapi dia juga merasakan semakin tinggi statistik, semakin sulit meningkatkannya. Dia sudah mentok di 65 poin selama hampir sebulan.
Meski latihan di dunia virtual bisa meningkatkan efek latihan, pada akhirnya harus diimplementasikan ke latihan nyata. Jika hanya berlatih di dunia virtual tanpa menyentuh bola di dunia nyata, berharap kemampuan meningkat itu sama seperti bermimpi di siang bolong.
"Jadi dalam latihan rutin tim sehari-hari, Zhou Yi selalu sangat serius. Selain latihan fisik ekstra, dia juga melakukan latihan teknik dasar di waktu luang."
"Terutama setelah menemukan lapangan sepak bola dekat rumah Mark, setiap ada kesempatan di hari tanpa pertandingan, Zhou Yi dan Mark akan berlatih di sini. Dia berlatih operan sementara Mark berlatih tembakan. Mereka saling melengkapi: Zhou Yi mengoper ke Mark yang kemudian menembak ke gawang."
"Setelah Götze bergabung, latihan ini berkembang menjadi sesi latihan khusus operan cepat dan pergerakan."
……
"Borussia Dortmund U19 yang baru berkumpul kembali diperintahkan pelatih Peter Hyballa untuk segera melupakan gelar Piala Jerman U19 yang baru diraih."
"'Kita masih harus merebut gelar liga. Terbuai prestasi lampau tak ada gunanya untuk masa depan. Jadi latihan hari ini takkan berbeda dari biasanya.'"
"Hyballa membuktikan perkataannya dengan tindakan - dia memanggil Zhou Yi, Mark, dan Götze untuk bermain game latihan lagi."
"'Hah? Masih main? Bukannya Piala Jerman sudah selesai?' Zhou Yi heran."
"'Kau kira ini persiapan khusus final Piala Jerman? Tidak! Kalian belum menang!'"
"Tapi ketiganya tak terlalu kecewa lagi. Setelah terbiasa, mereka justru merasa game ini cukup menyenangkan..."
"Hyballa semakin yakin dengan ide taktik trident setelah final Piala Jerman. Di sisa musim ini, taktik tiga ujung tombak akan menjadi strategi andalannya."
Mengandalkan performa trio penyerang untuk merebut gelar liga.
Bahkan menghadapi pressing tinggi ganas seperti Freiburg, taktik trio penyerang tetap berjalan mulus. Mengapa tidak menaruh harapan lebih pada mereka?
……
Tepat seminggu setelah final Piala Jerman U19, Borussia Dortmund U19 menghadapi pertandingan ke-25 di Grup Barat Liga U19 Jerman.
Pada laga ini, Dortmund menjamu SC Herford di Signal Iduna Park.
Tim yang saat ini berada di peringkat kedua terbawah liga ini memang tidak terlalu kuat.
Meski demikian, Hyballa tetap menurunkan skuad inti termasuk trio penyerang secara penuh di starting lineup.
Pelatih ingin mengasah trio penyerang melalui lebih banyak pertandingan, memastikan mereka berada dalam kondisi puncak menjelang playoff.
Trio penyerang tak mengecewakan. Dortmund menang telak 5-0 atas Herford dengan dua gol dari Götze, satu gol Mark, dan dua assist dari Zhou Yi.
Kemenangan ini mengukuhkan Dortmund di puncak klasemen dengan lima poin di atas Bayer Leverkusen, sekaligus memastikan tiket playoff satu pekan lebih awal.
Sementara tim-tim di bawah mereka harus menunggu musim depan untuk berkompetisi lagi.
Pekan berikutnya di final jornada Liga Barat, Dortmund bertandang ke markas Bayer Leverkusen yang berada di posisi kedua.
Meski kembali menurunkan skuad utama, Zhou Yi hanya bermain satu babak sebelum ditarik keluar.
Bukan karena performa buruk, melainkan Peter Hyballa ingin menjaga tenaga untuk playoff.
Götze juga diganti tak lama setelah babak kedua dimulai. Dari trio penyerang, hanya Mark yang tersisa di lapangan.
Akhirnya Borussia Dortmund U19 kalah 1-3 dari Bayer Leverkusen U19 di tandang. Namun hasil pertandingan ini sudah tidak penting lagi, para pemain Dortmund yang telah mengamankan kualifikasi playoff sebelumnya terlihat tidak fokus di lapangan. Pikiran mereka sekarang sudah tertuju pada playoff, bukan pertandingan ini.
Peter Hyballa juga tidak mengkritik tim.
Bagaimanapun ini pemain muda, sulit untuk mengendalikan emosi. Sepanjang musim ini, mereka sudah menunjukkan performa bagus. Kekalahan di pertandingan terakhir yang tidak berarti ini bisa dimaklumi.
Dengan demikian, Borussia Dortmund U19 mengakhiri seluruh pertandingan mereka di Liga Barat U19 musim ini. Dalam 26 pertandingan, mereka meraih 20 kemenangan, 4 imbang, dan 2 kekalahan dengan total 63 poin. Mencetak 91 gol, kebobolan 32 gol, dan selisih gol +59.
Kecuali jumlah gol kemasukan yang empat gol lebih banyak dari Bayer Leverkusen di peringkat kedua, di semua statistik lainnya mereka menduduki puncak klasemen.
Musim lalu, tim yang sama di bawah asuhan Peter Hyballa ini hanya finis keempat di Liga Barat dan gagal lolos playoff. Dari 26 pertandingan, mereka menang 16 kali, imbang 4 kali, dan kalah 6 kali. Performa yang sangat berbeda dengan musim ini.
Tentu saja, Borussia Dortmund U19 musim ini dibandingkan dengan musim lalu, memiliki beberapa pemain tambahan seperti Daniel Gintscher, top skor Liga Barat U17 musim lalu, Mario Götze, serta Zhou Yi dan Mark.
Mereka semua adalah faktor penting yang membuat tim bisa menunjukkan performa luar biasa.
Selanjutnya, mereka akan mempersiapkan diri untuk semifinal playoff yang akan digelar seminggu kemudian.
Kebetulan sekali, lawan Borussia Dortmund di semifinal adalah Freiburg U19 lagi...
