Sebelum bola kedua masuk ke gawang Mainz, situasi sudah mulai sulit bagi Mainz. Serangan Borussia Dortmund mengalir bak gelombang dahsyat, bek-bek Mainz hanya bisa berputar-putar ditarik oleh permainan umpan cepat Dortmund, sama sekali tak mampu menjangkau pemain-pemain Dortmund.
Gol Zhou Yi hanyalah titik akhir yang wajar dari serangan indah Dortmund kali ini.
Pemain-pemain Dortmund berkerumun merayakan gol bersama Zhou Yi.
Gol ini membuat semua orang merasa tenang.
Jarang sekali Dortmund kalah saat unggul dua gol, baik dengan taktik yang sekarang maupun formasi sebelumnya.
"Wah, Zhou Yi, hari ini kamu benar-benar jadi bintang!" kata Mark sambil menepuk bahu Zhou Yi dengan semangat.
"Hm, aku kan juga berasal dari posisi penyerang!" kata Zhou Yi dengan penuh kesombongan.
Ini bukan sekadar omongan kosong. Sebagai pemain yang berawal dari posisi penyerang, kemampuan tembakannya sebenarnya cukup baik. Namun setelah beralih ke posisi gelandang, ia lebih fokus pada pengorganisasian serangan dan tidak terlalu obsesif dengan mencetak gol.
……
André Schürrle menyaksikan Zhou Yi yang sekali lagi dikerumuni pemain Borussia Dortmund, bahkan Mario Götze pun menepuk bahunya, menjadi pendukung di belakang sang bintang.
Awalnya ia mengira pertandingan ini akan menjadi duel antara dirinya dengan Götze, bahwa merekalah pemeran utama. Namun nyatanya, sorotan justru jatuh pada orang China yang sama sekali tidak ia perhitungkan sebelum pertandingan...
Ada perasaan kecewa yang menggelayut, seperti persiapan matangnya selama ini tiba-tiba diabaikan oleh takdir.
Perasaan seperti ini tidak dirasakan Götze, karena sejak awal ia tak menganggap ini sebagai pertarungan pribadi melawan Schürrle...
……
Tak lama setelah gol Zhou Yi, babak pertama pun berakhir.
Bagi Mainz, paruh pertama pertandingan ini benar-benar di luar perkiraan mereka.
Dalang di balik semua ini adalah pemain bernomor 23 Borussia Dortmund.
Mainz telah melakukan studi mendalam tentang Zhou Yi, dengan ketat mengawal operannya. Saat Mainz bertahan dan melakukan serangan balik, pengawalan terhadap operan Zhou Yi cukup sukses, membuatnya hampir tidak punya kesempatan untuk mengirim umpan maju.
Namun Thomas Tuchel tidak menyangka bahwa Zhou Yi sebelumnya adalah penyerang dengan kemampuan mencetak gol yang baik.
Alhasil, Mainz terlalu fokus menghalangi operannya, sementara Zhou Yi tiba-tiba berubah menjadi pencipta gol!
Ini benar-benar membuat Mainz kelabakan.
Bisa dikatakan, dua gol Zhou Yi di babak pertama hampir mematikan ketegangan pertandingan.
Mainz yang tertinggal dua gol harus mengerahkan lebih banyak energi untuk serangan jika ingin membalikkan situasi, namun hal ini justru akan memperbesar celah di lini pertahanan mereka.
Bahkan jika Zhou Yi tidak menembak dan hanya mengoper, itu sudah cukup untuk membuat pertahanan Mainz kewalahan.
Situasi ini benar-benar terwaktu di babak kedua saat kedua tim bertukar sisi lapangan.
Mainz nekat menyerang, sementara Borussia Dortmund memanfaatkan ruang kosong di belakang lini serang Mainz untuk melancarkan serangan balik cepat melalui gelandang, langsung mengancam gawang Mainz.
Andai bukan karena performa kiper Mainz yang cukup baik, mungkin Dortmund sudah unggul 4-0 pada menit ke-60.
Meski demikian, mereka tetap berhasil mencetak gol pada menit ke-67.
Kali ini bukan Zhou Yi yang mencetak gol, tetapi serangan ini dimulai darinya. Di area tengah, ia mengoper ke Mark yang kemudian memberi umpan ke Götze, sebelum Götze memberikan assist kepada Kintscher yang akhirnya menceploskan bola ke gawang Mainz.
Borussia Dortmund memimpin 3:0! Ketegangan pertandingan ini benar-benar telah berakhir!
Saat gol ketiga tercipta, Tuchel hanya bisa terduduk lesu di bangku cadangan.
Secara kualitas, Borussia Dortmund jelas lebih unggul dari Mainz. Setelah taktik spesifik mereka dihancurkan oleh Zhou Yi, pertandingan berubah menjadi ajang pertarungan murni kemampuan tim dan performa individual pemain.
“Dalam hal ini, Mainz kalah dari Borussia Dortmund, jadi skor seperti ini wajar...”
Kemampuan memang tidak sebaik lawan, meski tidak rela, tapi tidak ada cara lain.
……
Setelah gol Kintscher, semangat Mainz jelas turun drastis.
Ketegangan pertandingan ini pun hilang, Borussia Dortmund sudah resmi menjadi juara Liga Remaja Jerman U19 2008-2009.
Tapi Zhou Yi sepertinya belum puas. Di menit ke-75, dia menerima operan Mark dan melepaskan tendangan keras di dekat titik penalti, bola keempat kali masuk ke gawang Mainz!
Zhou Yi sendiri juga menyelesaikan hattrick pertamanya di tim junior Borussia Dortmund!
“Kau sengaja, ya?” tanya Zhou Yi kepada Mark saat merayakan gol.
Sebenarnya Zhou Yi mengoper ke Mark untuk menembak, tapi Mark malah mengembalikan bola ke Zhou Yi. Hal ini membuat bek Mainz yang sedang mengejar Mark kelabakan.
“Lagipula kau sudah cetak dua gol, kenapa tidak tambah satu lagi buat hattrick?” Mark tersenyum. “Ini juga sebagai ucapan terima kasihku, Zhou Yi. Terima kasih atas bantuanmu selama beberapa bulan ini!”
“Jangan sungkan, kita kan teman, Mark!” Zhou Yi menepuk bahu Mark.
Bisa mencetak tiga gol dalam satu pertandingan membuatnya senang, jadi dia menerima niat baik Mark.
……
Tiga gol itu membuat Schürrle benar-benar mengingat nama pemain bernomor 23 Dortmund.
Zhou Yi.
Nama yang agak sulit diucapkan ini, tidak hanya mencuri perhatian dari dirinya dan Götze, tetapi juga merampas mimpi juara liganya.
Tuchel menggelengkan kepala perlahan dari bangku cadangan.
Gol Zhou Yi ini tidak berdampak pada hasil akhir, tapi membuat Mainz kalah dengan lebih memalukan.
……
Setelah Zhou Yi menyelesaikan hattrick, semangat Mainz jatuh ke titik terendah, bahkan kehilangan keinginan untuk melanjutkan pertandingan.
Schürrle juga terlihat sangat pasrah, ternyata dalam pertandingan ini dia hanya menjadi figur pendukung...
Melihat situasi ini, Hyballa mengganti Zhou Yi lebih awal. Bagaimanapun dia sudah menyelesaikan hattrick, tidak ada gunanya tetap di lapangan. Lebih baik istirahat - meski hanya setengah musim di U19, intensitas musim ini cukup tinggi. Sebisanya beristirahat lebih banyak.
Saat Zhou Yi diganti, suporter Borussia Dortmund di tribun kembali berdiri memberikan tepuk tangan.
Adegan serupa pernah terjadi di tribun Stadion Olimpiade Berlin, saat final Piala Jerman.
Zhou Yi telah menaklukkan hati suporter tim junior Borussia Dortmund dengan performa nyatanya.
Zhou Yi juga bertepuk tangan dan melambaikan tangan, mengucapkan terima kasih pada suporter di tribun.
Baginya, musim tim muda telah berakhir. Dia sangat puas dengan performanya di tim muda, baik di U17 maupun U19.
Dia telah berusaha memberikan yang terbaik.
Selanjutnya, tinggal menunggu takdir yang akan menentukan.
Kembali ke posisinya, wajah Zhou Yi masih tersenyum, bersandar di sandaran kursi, setengah berbaring lemas, menikmati waktu istirahat.
Setelah Zhou Yi turun, kendali lini tengah Borussia Dortmund menurun, pemain-pemain juga agak kendor mentalnya, ini justru memberi kesempatan untuk Mainz.
Dan juga memberi kesempatan untuk Schürrle.
Maka di menit ke-86, Mainz memanfaatkan umpan silang dari sayap yang diselesaikan Schürrle dengan menyundul di tengah kotak penalti. Meski tak bisa mengubah hasil akhir, gol ini setidaknya menyelamatkan muka Mainz, dan Schürrle pun punya satu gol.
Jika dibandingkan secara head-to-head dengan Götze, maka dia sekarang unggul 1-0 atas Götze.
Seandainya gol ini terjadi di awal pertandingan, pasti Schürrle akan merayakannya dengan histeris dan penuh sukacita.
Tapi sekarang, dia sama sekali tak merayakan, hanya rekan setim yang datang memeluknya, dan dia pun terkesan asal-asalan.
Saat ini dia benar-benar tak punya mood untuk merayakan gol.
Dia juga tak peduli apakah dia unggul satu gol atas Götze dalam pertandingan ini.
Karena semua itu sudah tak ada artinya lagi.
Sorotan pertandingan ini justru direbut Zhou Yi, sama sekali bukan duel antara dirinya dengan Götze...
Hyballa agak kesal dengan gol kemasukan di menit akhir, tapi hanya mengeluh beberapa kata ke asisten pelatih.
Lagipula mereka sudah menang.
Dan ini pertandingan penentu gelar, wajar saja pemain agak kendor setelah memastikan kemenangan.
Tapi dia juga menyadari perbedaan saat Zhou Yi ada dan tidak ada di lapangan.
Jika Zhou Yi tetap berada di lapangan, mungkin gol Mainz tidak akan semudah itu tercipta.
Zhou Yi pasti akan mengendalikan bola di pihak Borussia Dortmund melalui operan bolak-balik, menggunakan umpan untuk menggerakkan pemain Mainz dan menguras stamina serta semangat mereka.
……
Mengingat selisih skor yang besar antara kedua tim, meski ada injury time 3 menit, wasit utama langsung membunyikan peluit akhir pertandingan tepat di menit ke-90.
Borussia Dortmund mengalahkan Mainz 4-1, meraih gelar juara liga U19!
Baru lebih dari dua minggu lalu mereka bersama-sama merayakan gelar DFB-Pokal, kali ini berganti menjadi gelar liga.
Borussia Dortmund U19 meraih double champion di tingkat tim muda!
Saat pemain Dortmund naik panggung untuk menerima piala, setiap orang terlihat bersemangat.
Double champion!
Ini adalah kejayaan yang belum pernah tercapai sebelumnya!
Kapten Hornschuh setelah mengangkat piala, langsung menyerahkannya ke Zhou Yi di sampingnya: "Ayo Zhou Yi, kau adalah pahlawan kemenangan kami!"
Zhou Yi tidak sungkan, menerima piala dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Dengan kedua tangan menyentuh dinding piala yang dingin, Zhou Yi merasakan bobot gelar juara di tangannya.
Mengakhiri musim ini dengan dua gelar juara, sungguh suatu akhir yang sempurna.
Tapi yang lebih membahagiakan adalah kemajuan yang dia raih melalui 8 bulan latihan dan pertandingan ini. Kini dia memiliki keyakinan lebih besar dalam mengejar mimpi sepakbola profesionalnya.
“Dua gelar juara membuktikan bahwa pilihan awalnya untuk mengambil jalan ini memang benar!”
