Sebelum menandatangani kontrak, Hannah menunjukkan "sertifikat energi" rumah kepada Zhou Yi sebagai bukti efisiensi energi bangunan. Zhou Yi merasa aneh dengan tindakan ini. Hannah menjelaskan bahwa memeriksa sertifikat energi adalah hak hukum penyewa, jadi dia wajib menunjukkannya meski Zhou Yi tidak meminta. Jika tidak, dia harus bertanggung jawab bila ada masalah di kemudian hari.
Meski kesan Hannah pada Zhou Yi kebanyakan tidak seperti orang Jerman, tapi dari detail ini tetap terlihat gen Jerman dalam diri Hannah.
Setelah menandatangani perjanjian sewa, Zhou Yi kembali ke rumah Mark.
Dia memberi tahu Mark bahwa sudah menemukan tempat tinggal dan akan pindah besok.
Tapi entah karena alasan apa, Zhou Yi tidak memberitahu Mark bahwa secara tak terduga dia akan tinggal serumah dengan kakak perempuannya...
"Zhou Yi sudah cepat menemukan rumah!" Mark agak kecewa, menarik Zhou Yi dan memaksa bertanding dengannya di game selama tiga ratus ronde.
Bagi dua sahabat ini, memang tidak mudah lagi untuk duduk di depan TV bermain game setiap malam ke depannya.
Keesokan harinya, Zhou Yi mengemasi semua barangnya - sebenarnya hanya dua koper dan satu tas ransel.
Tapi ini masih satu koper lebih banyak dibanding saat dia datang dulu.
Berdiri di dalam kamar, Zhou Yi memandang sekeliling untuk terakhir kalinya, mengamati tempat yang menyimpan kenangan delapan bulannya.
Di sini, dia berubah dari pemula yang baru mengenal latihan sepak bola profesional menjadi pemain profesional.
Di sini, dia menyelesaikan satu fase pertumbuhan dan lompatan dalam hidupnya.
Seperti desa pemula dalam game online, di sini dia mengumpulkan cukup pengalaman, naik level sampai cukup, sekarang saatnya menjelajahi peta baru. Tidak mungkin terus tinggal di desa pemula yang minim bahaya.
"Zhou Yi!" Mark memanggil dari bawah, "Chelsea sudah datang!"
Zhou Yi buru-buru mengangkat dua koper dengan kedua tangan, lalu keluar dari kamar.
Awalnya Mark menawarkan apakah perlu ayahnya mengantar, tapi Zhou Yi menolak, bilang ingin mandiri.
Tapi sebenarnya alasan sebenarnya di hati Zhou Yi adalah tidak ingin ayah Mark melihatnya tinggal bersama putrinya...
Entah kenapa, meski Zhou Yi setuju tinggal dengan Kottane, di lubuk hatinya sepertinya tidak ingin keluarga Mark tahu hal ini. Seolah dia melakukan sesuatu yang memalukan...
Zhou Yi membawa koper di pintu mengucapkan selamat tinggal pada Mark dan Nyonya Wagner, dia juga menolak dengan sopan tawaran bantuan Mark menggunakan alasan yang sama.
"Selamat tinggal, Nyonya Wagner. Meski saya tidak tinggal di rumah Ibu lagi, saya dan Mark akan tetap berteman selamanya. Saya akan sering mengunjungi Ibu."
Nyonya Wagner memeluk Zhou Yi dengan mata berkaca-kaca: "Kamu harus sering datang, nanti Ibu akan masakkan makanan enak, semuanya daging!"
Zhou Yi tersenyum, Nyonya Wagner masih ingat program peningkatan berat badannya.
Kemudian Zhou Yi dan Mark berpelukan: "Kita tidak perlu banyak bicara. Aku menunggumu di tim utama, Mark."
"Baik!" Mark mengangguk.
Zhou Yi menaruh koper di bagasi taksi, lalu masuk ke mobil dan menutup pintu. Melalui jendela, dia melambaikan tangan pada Mark dan ibunya. Mobil mulai bergerak, dan begitu dia pergi meninggalkan tempat ini.
……
Ketika Zhou Yi tiba di rumah barunya, baik Hannah maupun Kottane tidak ada di rumah karena masih kuliah. Tapi kemarin Hannah sudah memberikan kunci pada Zhou Yi, jadi dia tidak perlu menunggu mereka pulang.
Dia membuka pintu, membawa masuk semua barang, lalu mulai merapikan kamarnya. Pakaian dari koper digantung di lemari, laptop dari tas ransel ditaruh di meja, seprai dipasang di tempat tidur, selimut ditambahkan di atasnya, perlengkapan mandi dibawa ke kamar mandi dan diletakkan di rak yang sudah disediakan khusus untuknya.
Sisa barang-barang yang tidak terpakai dimasukkan ke dalam koper, dikunci dan diletakkan di sudut ruangan.
Selesai.
Zhou Yi berdiri di kamar yang telah rapi, memandang ruang pribadinya. Mulai sekarang dia akan tinggal di sini.
Itupun harus hidup bersama dua wanita...
Begitu memikirkan harus tinggal serumah dengan dua wanita lajang, perasaan Zhou Yi menjadi... cukup kompleks.
Zhou Yi yang berkeringat setelah membereskan kamar memutuskan untuk mandi.
Saat mandi di kamar mandi, Zhou Yi memperhatikan dua set perlengkapan mandi dengan gaya berbeda. Satu set penuh botol-botol dan wadah, bahkan nama-nama produknya saja Zhou Yi tidak bisa sebut apalagi mengenalinya.
Pasti milik Hannah.
Set lainnya jauh lebih sederhana, hanya sedikit lebih banyak dari milik Zhou Yi, mungkin ini milik Kottane.
Ini sesuai dengan kesan Zhou Yi terhadap Kottane, dia bukan tipe wanita yang suka menghabiskan banyak waktu merias wajah.
Tentu saja dia punya modal untuk itu, "kecantikan alami" adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan Kottane.
Berdasarkan pengalaman Zhou Yi selama setengah tahun lebih di Jerman, dibandingkan wanita China dalam negeri, kulit wanita Eropa memang umumnya kurang baik. Konon mereka menganggap bintik-bintik sebagai kecantikan, sehingga dalam berbagai iklan sering terlihat model wanita dengan wajah penuh bintik yang tidak ditutupi krim pemutih atau bedak tebal.
"Wajah Kottane tidak memiliki bintik-bintik, kulitnya putih dan halus. Untuk apa memakai begitu banyak produk macam-macam kalau sudah punya kulit seperti ini?"
Perlengkapan mandi Zhou Yi sangat sederhana: satu botol sampo, satu botol kondisioner, satu botol sabun mandi, selesai.
Sebagai pria, mandinya juga cepat.
Setelah selesai mandi, ruangan masih sunyi. Zhou Yi kembali ke kamarnya, menghidupkan komputer dan membuka internet.
Dia meninggalkan pesan untuk ayahnya di QQ, memberitahu bahwa dia sudah pindah dari rumah Mark dan menyewa rumah bersama orang lain.
Tapi karena alasan psikologis yang sama, Zhou Yi juga tidak memberi tahu ayahnya bahwa dia tinggal bersama kakak perempuan Mark...
……
Saat Hannah dan Kottane mengobrol sambil berjalan menuju rumah, tiba-tiba Hannah yang sedang asyik bercanda itu membeku.
Kottane dengan tajam menyadari perubahan pada Hannah ini.
"Ada apa, Hannah?" tanyanya.
"Eh, tidak, tidak apa-apa." Hannah membuka pintu lalu mengintip ke dalam terlebih dahulu.
"Penghuni baru sudah datang?" tebak Kottane.
"Ah iya, aku sedang melihat apakah dia sudah datang..."
"Lalu kenapa harus seperti pencuri?" Kottane merasa aneh, langsung berjalan masuk duluan.
Di saat yang sama, Zhou Yi yang mendengar suara pintu utama bangkit dari kamarnya. Keduanya bertemu di ruang tamu.
Kottane membeku.
Zhou Yi yang sudah mempersiapkan diri sebelumnya mengangkat tangan menyapa Kottane: "Hai, aku adalah teman sekamar barumu..."
Kottane yang tersadar memotong perkenalan Zhou Yi dengan terkejut: "Kau mirip sekali dengan seseorang yang kukenal, benar-benar di luar dugaan."
"Oh? Benarkah?" Zhou Yi juga berpura-pura terkejut. "Orang itu pasti meninggalkan kesan mendalam sampai wajahnya masih jelas kau ingat ya?"
Hannah di belakang hanya bisa melongo – Kenapa percakapan mereka sama sekali tidak kupahami? Apa yang sedang dipertunjukkan kedua orang ini?
"Bukan begitu." Kottane mengangkat bahu. "Menurutku, orang Asia Timur semua wajahnya mirip saja."
Zhou Yi mengerutkan kening: "Buta wajah itu termasuk gangguan kejiwaan lho, Mbak."
"Kau sendiri yang gangguan jiwa, Zhou Yi." Kottane akhirnya tidak bisa menahan diri.
Zhou Yi pura-pura kaget: "Lho, sembuh sudah buta wajahmu?"
"Kenapa teman sekamar baru kita justru dia?" Kottane mengabaikannya dan menoleh bertanya pada Hannah.
Hannah mengangkat bahu: "Aku juga tidak tahu? Dia mengirim email, aku balas, lalu janjian interview. Ternyata benar-benar dia. Pasti ini takdir Tuhan!"
"Tuhan sedang tidak ada kerjaan kali." Kottane bergumam, lalu menatap Zhou Yi: "Peraturan kos bersama sudah Hannah jelaskan?"
Zhou Yi diam. Hannah menyela: "Tentu, sudah kujelaskan semuanya. Dia sudah paham."
"Peraturan penggunaan kamar mandi?"
"Ah... ini yang terlupa."
"Baiklah." Cortana menatap Zhou Yi, "Karena hanya ada satu kamar mandi yang digunakan bersama oleh tiga orang, tolong jangan menggunakannya terlalu lama."
"Tenang, saya tidak punya masalah sembelit." Zhou Yi berkata.
"Kalau begitu." Kottane mengulurkan tangan ke Zhou Yi, "Selamat datang."
"Terima kasih." Zhou Yi juga menggenggam tangan Kottane.
Ini baru jabatan tangan kedua sejak mereka berkenalan... Delapan bulan berlalu, ini baru kali kedua kami berjabat tangan.
……
Setelah tiba di rumah, Hannah dan Kottane hendak berbelanja ke supermarket. Hannah dengan antusias mengajak Zhou Yi ikut serta. Kebetulan Zhou Yi juga ingin mengenal sekitar lingkungan, maka dia menyetujui dengan senang hati.
Bertiga mereka naik mobil Volkswagen bekas yang dikemudikan Hannah menuju supermarket berjarak lima kilometer dari tempat tinggal mereka.
Di supermarket, Zhou Yi membeli beberapa kebutuhan sehari-hari termasuk bahan makanan. Bagaimanapun dia harus memasak sendiri.
Sebenarnya Zhou Yi bisa memasak. Saat masih di dalam negeri, jika orang tuanya lembur atau dalam kondisi khusus, dia biasa memasak untuk dirinya sendiri.
Jadi dia memiliki dasar-dasar memasak.
Usai berbelanja, ketiganya makan di restoran dekat supermarket. Awalnya Zhou Yi ingin mentraktir kedua perempuan ini, mengingat dari segi penghasilan dia jauh lebih banyak dibanding mereka.
Tapi Kottane menolak usulan Zhou Yi.
"Han Han dan aku selalu menerapkan sistem patungan."
Hannah juga bersaksi: "Ya, sistem AA bagus, Zhou Yi. Kamu tinggal bersama kami, harus terbiasa dengan sistem AA juga. Meskipun aku tahu pasti kamu lebih kaya dari kami berdua."
Zhou Yi tidak bersikeras lagi, akhirnya ketiganya makan bersama. Atas saran Hannah, mereka juga bersulang dengan jus dan soda sebagai "upacara penyambutan teman sekamar baru".
Setelah makan, ketiganya pulang dengan mobil. Kali ini Zhou Yi sebagai satu-satunya pria membantu dua gadis membawa barang belanjaan mereka dari mobil ke rumah, Kottane tidak menolak.
Demikianlah, Zhou Yi resmi menempati rumah ini, menjadi teman sekamar dengan dua gadis cantik berkarakter berbeda, memulai kehidupan barunya.
