Zhou Yi memandangi potongan besar daging sapi di piringnya tanpa menyentuhnya. Ia menyipitkan mata mengamati dengan cermat, lalu menunduk menghirup aroma kuat.
“Kau anjing atau apa?” Kottane di sebelahnya berkomentar.
Zhou Yi mengabaikannya. Dengan hati-hati ia memotong sepotong kecil dan memasukkan ke mulutnya perlahan.
“Ini daging sapi, bukan bom.” Kottane terus mengolok.
Zhou Yi tetap tak menghiraukan, mulai mengunyah perlahan dengan mata terpejam.
Baru beberapa kunyahan, ekspresinya mulai menunjukkan keheranan. Meski potongan daging ini kecil, tapi saat dikunyah, kuah daging yang gurih memenuhi mulut... Wangi, lembut, dan sangat lezat.
Meski terkejut di hati, Zhou Yi tidak menampakkan ekspresi apapun di wajah. Setelah menelan daging di mulutnya, ia terus memotong-motong daging dengan wajah datar, hanya saja kali ini potongannya jauh lebih besar daripada sebelumnya.
Kemudian tanpa bicara, ia terus memotong dan terus makan sampai seluruh daging di piring habis tak tersisa.
"Bukannya katamu aneh-aneh? Tidak takut keracunan makanan?" tanya Kottane sambil menatap piring yang sudah kosong.
Baru sekarang Zhou Yi mengangkat pandangan untuk memandangnya serius: "Aku harus mengakui, daging panggangmu memang sedikit lebih enak daripada buatanku."
Kottane menyeringai, lalu membuka tangan dan mengulurkannya ke hadapan Zhou Yi.
"Untuk apa?" Zhou Yi tidak paham.
"Bayar."
"Masih harus bayar?" Zhou Yi terperanjat.
“Apa yang baru! Pekerjaanku tidak berharga?”
“Tidak, bukankah kita teman serumah? Mengapa kau meminta bayaran untuk memasakkan aku makanan?”
“Aku dan Hannah bahkan membantumu membersihkan rumah, kau juga harus membayar lebih sewa. Bukankah kau sendiri bilang itu wajar?”
Zhou Yi tertegun sejenak, lalu menunduk dan meraba-raba dompetnya.
Mengeluarkan selembar uang 50 euro, menepukkannya keras di telapak tangan Kottane: “Awalnya aku ingin mengucapkan terima kasih, sekarang ini sebagai gantinya!”
Kottane mencengkeram uang itu di tangannya, tersenyum pada Zhou Yi: “Terima kasih. Next time kalau mau makan apa, beri tahu aku.”
“Tidak usah, makan lima puluh per porsi, aku tidak sanggup.” Zhou Yi mendengus.
“Siapa yang suruh kasih lima puluh? Kalau lima ribu juga aku terima.” Kottane tersenyum licik.
Zhou Yi tertegun, setelah sadar langsung berusaha merebut uang di tangan Kottane: “Kalau gitu kembalikan, aku kasih lima ribu!”
“Terima kasih ya.” Kottane menyelipkan uang itu ke saku celana jeans di bagian pantatnya, lalu menepuk-nepuknya dengan bangga.
Zhou Yi memandang goyangan elastis di balik kain kanvas saat tangan Kottane menepuk saku pantat itu, matanya terpana, lupa untuk menuntut uangnya kembali.
Kottane yang heran melihat Zhou Yi tiba-tiba diam, baru menyadari arah pandangan pria itu tidak pada tempatnya.
Dia pun melempar kalimat: “Jangan lupa cuci piring.” sebelum kembali ke kamarnya.
Zhou Yi tetap terdiam cukup lama sebelum akhirnya mencuci piring.
Saat mencuci piring pun pikirannya masih melayang-layang.
Entah sedang merenungi kembali kelezatan daging sapi, atau lekuk tubuh yang bergoyang tadi...
……
Siang hari setelah istirahat, Zhou Yi membawa bola sepak menuju lapangan umum untuk latihan.
Malamnya dia ingin menemui Hannah, tapi Hannah sama sekali tidak pulang.
Akhirnya dia mengetuk pintu kamar Kottane.
Kottane membuka pintu: “Ada perlu apa?”
Zhou Yi bertanya: “Kamu punya printer?”
“Buatan apa?”
“Mau print sesuatu.” jawab Zhou Yi.
Kottane menyingkir memberi jalan.
Tapi Zhou Yi tidak langsung masuk, melainkan bertanya dulu: "Harus bayar?"
"Kalau kamu mau memberi, saya juga tidak keberatan." kata Kottane.
"Aku tidak mau." Zhou Yi menggeleng.
"Ya terserah kamu." Kottane mengangkat bahu.
Melihat Kottane tidak meminta uang, barulah Zhou Yi masuk. Matanya langsung tertuju pada printer di meja Kottane.
"Ini cuma printer laser hitam-putih." Kottane menjelaskan. "Biasa aku pakai cetak formulir dan dokumen."
"Nggak apa-apa, hitam-putih juga boleh." Zhou Yi tidak mempermasalahkan.
Zhou Yi duduk di depan komputer Kottane, membuka situs web resmi Borussia Dortmund. Ia mengklik kolom tim utama, tapi tidak menemukan namanya di sana.
"Hah?" Ia heran.
Mendengar suaranya, Kottane mendekat dan melihat layar. "Kamu mau mencetak daftar pemain sendiri buat ditunjukkan ke satpam nanti?" tanyanya sambil tertawa.
"Memang kenapa?" Zhou Yi membalas. "Tapi kenapa di tim utama tidak ada namaku? Aku kan ikut latihan tim..."
"Pembaruan di situs web tidak secepat itu. Coba cek di U19." Kottane memberi sambil kembali ke kursinya.
Zhou Yi memeriksa bagian tim muda, dan kali ini menemukan namanya.
Sudahlah, yang penting bisa membuktikan aku pemain Borussia Dortmund.
Setelah mencetak halaman yang memperkenalkan dirinya, Zhou Yi mengucapkan terima kasih pada Kottane dan kembali ke kamarnya.
Setelah itu, dia melipat kertas ini rapi-rapi dan memasukkannya ke saku jaket yang akan dipakai besok, rasanya seperti membawa pas jalan.
Setelah membereskan koper, Zhou Yi langsung mandi dan naik ke tempat tidur.
Saat tidur, Zhou Yi memasuki dunia FIFAOL3 dan berlatih bersama rekan-rekan setimnya di tim utama.
Sebenarnya, alasan siang hari dia bisa mengenal setiap rekan setim dengan baik bukan karena sudah mencari informasi semua orang sebelumnya - dia tidak punya waktu sebanyak itu. Tapi karena dia sudah berlatih bersama rekan-rekan baru di dunia virtual selama beberapa hari, melalui latihan dan memeriksa atribut mereka, secara alami dia bisa mengetahui kemampuan masing-masing pemain.
……
Keesokan harinya, karena harus membawa koper, Zhou Yi tidak bisa lari dan akhirnya naik bus menuju basis pelatihan sepak bola.
Kali ini masih ada beberapa orang yang berkumpul di luar basis pelatihan, tapi jumlahnya sudah jauh berkurang dibanding kemarin, terutama dari kalangan media.
Soalnya kemarin adalah hari pertama latihan, semua orang sangat antusias, media juga sedang membuat liputan spesial kedatangan pemain Borussia Dortmund, jadi banyak wartawan yang datang.
Setelah hari pertama berlalu, jumlah wartawan di sini sudah jauh berkurang. Tidak mungkin para wartawan menganggur terus menerus berjaga di luar basis pelatihan tim.
Tapi para suporter tetap setia seperti biasa, berharap bisa bertemu bintang sepakbola untuk mendapatkan tanda tangan dan foto bersama.
Zhou Yi turun dari bus, menarik kopernya sambil menunduk melewati kerumunan orang, dan kembali tiba di gerbang luar basis pelatihan.
"Satpam paruh baya yang kulihat kemarin sepertinya bekerja pada jam ini, hari ini yang berdiri di gerbang utama juga masih dia."
"Setelah melihat Zhou Yi muncul, dia langsung mengenalinya sekilas."
"Hei, nak! Kali ini kamu..."
"Dia mendekat dengan sikap mengancam, tapi yang menantinya adalah selembar kertas di tangan Zhou Yi."
"Ini... apa?" Dia tertegun sejenak.
"Surat izin." Zhou Yi tersenyum pada satpam paruh baya itu, memberi isyarat agar dia melihatnya.
"Satpam mengambilnya dan melihat bahwa itu adalah halaman web yang dicetak, berisi profil pemain Borussia Dortmund. Foto di sana jelas-jelas menunjukkan remaja di hadapannya..."
"Bagaimana? Percaya sekarang kalau aku pemain?" tanya Zhou Yi saat melihat satpam itu diam memandangi kertas.
"Kamu... bagaimana bisa?" Satpam masih tak percaya.
"Aku dari tim muda, musim panas ini dipanggil ke tim utama untuk latihan," jelas Zhou Yi.
"Satpam paruh baya itu memandang Zhou Yi dari atas ke bawah sambil menggeleng: "Sungguh tak kusangka... postur tubuhmu bisa masuk tim utama?"
"Hei, maksudmu apa?" Zhou Yi memutar matanya.
"Ah, tidak, ha! Pemuda yang hebat!" Satpam menyadari ucapannya tak pantas, lalu buru-buru memuji, "Yang bisa masuk tim utama pasti punya kemampuan. Tapi nak, kuingatkan: Bisakah kau jangan berpakaian seperti suporter? Aku jadi sulit mengizinkanmu masuk..."
"Zhou Yi membentangkan tangannya: "Lalu bagaimana caranya agar berpakaian seperti pemain tim utama?"
Satpam paruh baya membuka mulut tapi tak berkata-kata. Ya, bagaimana cara berpakaian yang mirip pemain tim utama? Atau jika pemain tim utama bukan selebritas, bagaimana membedakan mereka dari yang lain?
Satpam itu tak bisa menjawab pertanyaan Zhou Yi, akhirnya membuka palang dan membiarkannya masuk.
Suporter yang menunggu pemain tim utama di samping terheran-heran melihat Zhou Yi kembali masuk ke basis pelatihan sepak bola, kali ini tanpa didampingi pemain manapun.
……
Setelah tiba di ruang ganti, tak lama kemudian Großkreutz datang. Begitu melihat Zhou Yi, katanya: "Zhou Yi? Kau tak ditahan di luar hari ini? Aku sengaja menunggumu sebentar di gerbang."
"Kubilang ke satpam, aku dipanggil dari tim muda untuk berlatih di tim utama. Langsung dia lepaskan," jawab Zhou Yi.
"Oh begitu. Kalau gitu aku tak perlu menunggumu lagi?"
"Tak usah, terima kasih Kevin." Zhou Yi buru-buru berterima kasih, lalu memperhatikan dua koper yang dibawa Großkreutz dengan heran.
"Kita kan mau TC, Kevin? Kenapa bawaanmu kayak mau liburan?" Zhou Yi bertanya aneh.
"Memang bukan liburan?" Großkreutz mengenakan kacamata hitam. "Kau bawa apa?" Tatapnya ke koper kecil Zhou Yi. "Koper sekecil ini mana muat banyak?"
"Cuma baju ganti. Perlukan bawa yang lain?" Kata Zhou Yi.
"Menurutmu kita mau ngapain?" Großkreutz balik bertanya.
“Bukankah ini pelatihan konsentrasi?” Zhou Yi merasa heran.
“Mana mungkin? Tentu saja... kamp konsentrasi.” Grosskreutz sengaja menurunkan suaranya saat mengatakan ini. “Sangat membosankan, selain bermain video game, tenis meja, atau biliar di hotel, hampir tidak ada hiburan lain. Jadi kalau kamu tidak mencari cara sendiri, masa pelatihan ini akan sangat menyiksa. Hidup seperti kaum puritan...”
“Wah, itu memang benar-benar membosankan.”
“Benar kan? Jadi kalau kamu butuh sesuatu, bisa minta padaku. Aku bahkan bawa kondom!”
Zhou Yi benar-benar kagum pada Grosskreutz. Ikut pelatihan konsentrasi bawa kondom... persiapannya benar-benar matang.
Tapi Zhou Yi tidak berniat meminta bantuan Grosskreutz, karena dia merasa waktunya mungkin sangat terbatas.
Pertama kali ikut latihan tim utama, performa selama pelatihan akan langsung menentukan apakah dia bisa tetap di tim utama setelah pelatihan usai.
Tentu saja Zhou Yi ingin tetap di tim utama. Dia tidak mau kembali ke tim muda lagi. Dan tentu saja, tim cadangan U23 juga tidak ingin dia datangi.
Dulunya tempat itu disebut sebagai wadah pelatihan bakat cadangan untuk tim utama. Untuk bisa naik ke tim utama, harus lewat tim cadangan dulu. Tapi sekarang perlahan berubah menjadi tempat menghukum pemain tim utama yang bandel dan memulihkan pemain cedera.
Target Zhou Yi jelas: tetap di tim utama, lalu berusaha mendapat kesempatan tampil di pertandingan resmi.
Belakangan Zhou Yi melalui pengamatan menyadari bahwa Großkreutz adalah kasus khusus. Tidak semua orang membawa barang sebanyak itu saat ikut pelatihan, pada dasarnya sama seperti dirinya hanya membawa pakaian ganti yang diperlukan, paling-paling membawa konsol game atau DVD film.
Setelah semua pemain berkumpul, mereka bersama-sama naik bus menuju bandara untuk berangkat ke lokasi pelatihan di Radkersburg, Austria.
Itu adalah kota pegunungan yang terletak di Pegunungan Alpen.
……
Setelah semua pemain naik ke bus, orang terakhir yang memasuki bus adalah pelatih kepala tim, Klopp.
Pemain yang sudah bermain di Borussia Dortmund musim lalu sudah terbiasa melihat pelatih naik bus yang sama dengan mereka.
Setiap pelatih memiliki gaya kerja sendiri. Beberapa pelatih lebih suka menjaga jarak dengan pemain, selain latihan dan urusan kerja tidak ada kontak lain, bahkan saat bertemu secara pribadi hanya sekadar anggukan kepala.
Tapi ada juga pelatih yang suka menyatu dengan para pemainnya.
Jelas, Klopp termasuk dalam kategori yang terakhir.
Setelah naik ke bus, Klopp melepas topi baseball model Zhou Yi-nya, menyisir rambut acak-acakannya dengan tangan - meskipun setelah disisir malah semakin berantakan...
Kemudian Klopp berdiri di samping kursi baris pertama bus, mengambil mikrofon, persis seperti pemandu wisata.
Dengan mikrofon di tangan, dia berkata kepada para pemain yang duduk di belakang: "Selamat datang dalam perjalanan ke Radkersburg Austria. Saya pemandu wisata kalian selama perjalanan, nama saya Jürgen Klopp."
Di dalam mobil, beberapa pemain tertawa, ada yang berteriak: "Kami tahu, Pelatih!"
"Tentu, tapi ada juga yang baru bergabung musim panas ini." Klopp menunjuk ke bagian belakang Chelsea.
Zhou Yi merasakan pandangan sang pelatih singgah sejenak di wajahnya.
Klopp kemudian bertanya: "Bagaimana liburan kalian, anak-anak?"
"Sangat baik!"
"Luar biasa!"
"Aku belum puas..."
Mendengar berbagai jawaban, Klopp mengibaskan tangan: "Bagi yang bilang liburannya menyenangkan, aku ucapkan selamat. Yang merasa belum puas, aku turut menyesalkan tapi itu bukan tanggung jawabku. Yang jelas, liburanku sangat menyenangkan. Karena setiap kali memikirkan latihan pra-musim yang akan datang, aku semakin menghargai waktu liburan. Kuharap kalian juga begitu. Latihan kali ini akan benar-benar berbeda dari yang pernah kalian alami!"
Kali ini tidak ada yang tertawa. Mereka saling pandang mungkin, menangkap aroma sesuatu yang luar biasa dari perkataan Klopp.
Karena retorika seperti ini tidak pernah muncul selama latihan Borussia Dortmund musim lalu.
Apa artinya ini?
Mungkinkah latihan tahun ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya?
"Kuharap kalian tidak menyisakan penyesalan selama liburan, dan sudah benar-benar rileks. Agar punya kekuatan untuk menghadapi latihan berikutnya." Klopp berbicara sambil menyapu seluruh ruangan dengan pandangannya, merekam setiap ekspresi pemain.
“Saya sudah menerima laporan tes fisik kalian dari kemarin. Yang ingin saya sampaikan, saya sangat senang dengan kondisi fisik beberapa pemain. Tubuh kalian sudah siap seolah sedang berada di tengah musim kompetisi. Tapi banyak juga yang jelas-jelas terlalu berlebihan menuruti hawa nafsu selama liburan. Tapi tidak masalah, saya tidak akan mengkritik kalian karena relaksasi selama liburan itu wajar, dan ini juga alasan kami melakukan latihan fisik setiap musim.”
Setelah itu, pelatih fisik Oliver Bartlett berdiri, memegang sandaran kursi sambil berpaling ke para pemain: “Saya senang bisa menghabiskan lima belas hari menyenangkan bersama kalian. Saya akan bertanggung jawab membuat program latihan fisik berbeda untuk setiap orang, dan mengawasi penyelesaiannya. Semoga kerjasama kita berjalan baik.”
Zhou Yi menatap pelatih fisik yang pernah memberinya pelatihan khusus di tim muda ini. Pikirannya teringat masa-masa latihan fisik di bawahnya. Hatinya sudah punya gambaran tentang program latihan fisik yang akan datang.
Entah ini khayalan atau tidak, Zhou Yi merasa tatapan Bartlett seolah menyapu dirinya saat mengatakan hal itu...
