Sudah empat hari Zhou Yi kembali bersama tim ke Dortmund. Selama latihan beberapa hari ini, Zhou Yi bisa merasakan perubahan yang dibawa oleh sorotan media dalam negeri.
Misalnya usai latihan, ada suporter China yang menghentikannya meminta tanda tangan bahkan foto bersama!
“Saya sedang kuliah di Düsseldorf, setelah melihat berita dalam negeri, sengaja datang ke sini untuk mendukungmu!”
“Saya juga mahasiswa perantauan, datang dari Köln. Saya bahkan follow khusus Post Bar-mu. Kedatangan saya kali ini hanya ingin mengatakan: Semangat! Kamu membuat saya kembali punya sedikit harapan pada sepak bola Tiongkok!”
“Saya datang dari Munich. Walaupun saya fans Bayern München, selama Borussia Dortmund tidak melawan Bayern München, saya akan selalu mendukungmu, Zhou Yi!”
……
Para suporter Tiongkok ini sebagian besar adalah mahasiswa perantauan yang sedang belajar di berbagai kota Jerman. Mereka semua masih muda, penuh semangat, dan terlihat bahagia serta bersemangat setelah bertemu Zhou Yi.
Yang mengejutkan, di antara mereka bahkan ada suporter wanita—yaitu fans Bayern München yang datang dari Munich—ini benar-benar membuat Zhou Yi merasa tersanjung!
Akhirnya dia memprioritaskan permintaan foto bersama dari suporter wanita tersebut, meskipun penampilan gadis itu tidak terlalu mencolok.
Para suporter ini sebelumnya mungkin tidak saling mengenal, tetapi selama menunggu Zhou Yi mereka telah membentuk grup kecil temporer. Saling membantu memfoto Zhou Yi dengan He Ying, bergantian berdiri di samping Zhou Yi yang tetap tersenyum sambil terus berganti partner foto.
Saat berpisah, suporter wanita itu dengan sedikit malu mengajukan permintaan: "Bolehkah aku memelukmu?"
Sepertinya dia sendiri merasa permintaan ini agak berlebihan, terlihat sangat tidak enak, suaranya pun semakin kecil saat mengatakannya.
"Tapi tidak disangka, yang mengejutkannya adalah Zhou Yi justru dengan murah hati menyetujui permintaannya: \"Baiklah!\""
Perempuan itu melihatnya dengan terkejut sekaligus senang: \"Benarkah?\""
"\"Tentu saja.\" Zhou Yi sudah membuka kedua lengannya."
Melihat Zhou Yi begitu aktif, para pemuda di sampingnya ikut gatal: \"Kami juga mau pelukan!\""
"\"Wanita pertama!\" Zhou Yi dengan tegas menyatakan dirinya seorang pria terhormat."
"\"Wuiiiih——!\" Para pemuda itu berkeriuk."
Perempuan itu pun tertawa, tak lagi malu. Ia aktif memeluk Zhou Yi, sengaja menempelkan pipinya ke dada Zhou Yi sambil memejamkan mata, menikmati momen ini sepenuhnya."
Selanjutnya, para suporter lainnya juga maju secara bergantian memeluk Zhou Yi."
Setelah sesi pelukan, mereka dengan riang berpamitan: \"Semangat, Zhou Yi! Kami akan menonton pertandinganmu! Apa kamu akan turun di laga pertama liga?\""
Zhou Yi menggeleng, menjawab jujur: \"Aku belum tahu. Akan kucoba. Hati-hati di jalan ya!\""
"\"Tenang! Kami akan datang lagi!\" Para pemuda itu melambai lalu pergi beramai-ramai."
……
"\"Wah! Keberuntunganmu tak main-main, sang bintang!\" Suara Grosskreutz terdengar dari belakang Zhou Yi. Ia berbalik melihat Grosskreutz yang sedang menatap punggung para suporter. \"Bagaimana rasanya dikerumuni fans?\""
"\"Lumayan.\" Zhou Yi tersenyum."
Melihat senyumannya, Grosskreutz menunjuknya: \"Hei pemuda, mulai sombong nih!\""
"\"Mana mungkin, Kevin? Kau tak tahu aku orang China?\""
“Ada apa dengan orang China? Aku tidak bermaksud diskriminasi kok...” Großkreutz terlihat bingung.
"Kesopanan adalah kebajikan tradisional orang China." Zhou Yi menjawab dengan kepala tegak.
"Tapi kurasa kau sama sekali tidak sopan, Zhou Yi." Tentu saja Großkreutz bisa menangkap sindiran halus Zhou Yi. "Ayo, cepat kembali ke ruang ganti mandi. Nanti kalau ketahuan pelatih, kau akan dimarahi."
Tim pelatih memiliki peraturan ketat: setelah latihan, semua pemain harus segera kembali ke ruang ganti untuk mandi guna menghindari flu. Jika ada pemain yang melanggar, asisten pelatih atau pelatih kepala akan memberikan teguran keras.
Karena itu semua pemain sangat disiplin. Bahkan setelah memenuhi permintaan tanda tangan dan foto dari suporter, mereka tetap bergegas kembali ke ruang ganti.
……
Saat Zhou Yi dan Großkreutz menuju ruang ganti, beberapa suporter muda China juga berjalan keluar sambil berdiskusi antusias.
"Dia sama sekali tidak sombong. Persis seperti yang dikatakan di internet, dia tidak seperti bintang sepak bola, malah lebih mirip teman SMA-ku..."
"Mungkin karena dia pemain yang berpindah haluan di tengah jalan, belum sempat terkontaminasi kebiasaan buruk Timnas Tiongkok?"
"Dia benar-benar menggemaskan!" Sambil mengingat momen memeluk Zhou Yi, suporter wanita itu tersenyum tak bisa menahan diri. "Dia terlihat percaya diri, tapi saat kupeluk, kudengar jelas detak jantungnya sangat kencang!"
"Benarkah?"
"Tentu!"
"Tapi penampilannya tetap tenang saja ya..."
“Tidakkah kamu tahu istilah 'berpura-pura tenang'?”
“Wah, tak menyangka Zhou Yi punya sisi seperti ini...”
Sekelompok orang tertawa riang.
“Aku sudah tak sabar ingin memposting ini di internet... Eh, ada yang foto tadi saat berpelukan?”
“Hmm...” Mereka saling pandang, baru sadar saat berpelukan tadi terlalu asyik bersorak sampai lupa mengambil foto kenangan...
“Aduh! Sayang sekali! Ini kan pelukan dengan Zhou Yi!” Gadis itu sangat kecewa.
“Tak apa, kita kan bisa datang lagi lain kali...” Seorang pria menghiburnya.
“Kalian yang dekat, aku datang dari Munich lho, susah payah ke sini...” Gadis itu mengerutkan kening kecewa.
……
Setelah menyelesaikan latihan seharian, Zhou Yi kembali ke tempat tinggalnya yang tidak jauh dari basis pelatihan sepak bola. Ia masih belum membeli mobil karena tidak bisa menyetir dan tak punya waktu belajar, jadi tetap berlari ke tempat latihan dan pulang.
Sesampai di rumah, membuka pintu, kamarnya masih sepi tanpa penghuni selain dirinya.
Sejak kembali ke Dortmund bersama tim, keadaannya selalu seperti ini.
Baik Hannah maupun Kottane, dua gadis cantik itu tak pernah muncul.
Tapi ini wajar, mereka menyewa tempat tinggal di sini untuk kuliah. Sekarang liburan musim panas, pasti sudah pulang ke rumah masing-masing atau jalan-jalan bersama.
Hanya saja, di rumah besar ini tinggal dia seorang diri, dia masih belum terlalu terbiasa.
Setelah membuat pasta Italia sederhana untuk mengisi perut, Zhou Yi membuka QQ di komputernya.
Saat menjalani pelatihan di luar, setiap hari dia kelelahan total, sama sekali tidak punya tenaga untuk online. Hanya sekali membuka QQ di tengah-tengah kesibukan. Sekarang akhirnya dia punya waktu.
Saat membuka QQ, pesan dari Ayah langsung muncul pertama kali.
"Media dalam negeri sudah meliput soal kamu bertahan di tim utama. Kami berencana menghadap Kepala Sekolah di sekolahmu setelah tahun ajaran baru diminta untuk mencabut status siswa reservasi kamu. Selain itu, Ibu sangat senang belakangan ini. Meski tidak mengatakannya, aku bisa lihat dia juga bangga padamu!"
Zhou Yi tersenyum. Dia seolah bisa membayangkan ekspresi bahagia Ibu. Sebagai anak, kesempatan membuat Ibu bahagia memang tak banyak... Bisa membuat Ibu bangga, Zhou Yi merasa cukup puas.
"...Aku juga sudah cek, pertandingan pertama Borussia Dortmund di liga tanggal 8 Agustus malam. Jika kamu masuk daftar pemain, beri tahu kami sebelumnya. Pasti stasiun TV akan siaran langsung. Aku dan Ibu akan menantimu di depan TV..."
Zhou Yi mengusap keringatnya - Ayahnya sudah tidak sabar seperti ini, langsung ingin melihatnya tampil di pertandingan liga pertama?
Namun sebenarnya Zhou Yi sangat paham, kecil kemungkinan baginya untuk mendapat kesempatan bermain di laga pembuka liga, mungkin bahkan tidak masuk daftar pemain. Dia sendiri tidak pernah memikirkan hal ini, sebelumnya pelatih Klopp juga sudah menjelaskan dengan jelas bahwa bertahan di tim utama bukan berarti sukses, untuk bisa tampil di tim utama masih perlu perjalanan panjang.
Setelah lebih dari sebulan menjalani pemusatan latihan, Zhou Yi sekarang sudah dihajar sedemikian rupa oleh tim pelatih hingga mentalnya sulit untuk tidak stabil.
Dia sudah tidak memikirkan kapan bisa bermain untuk tim utama, selama masih bertahan di tim utama, cepat atau lambat pasti ada kesempatan.
Hal selanjutnya sebenarnya sederhana, yaitu latihan, latihan, dan berusaha meningkatkan diri untuk memenuhi standar pelatih.
Sepak bola sebenarnya tidak ada jalan pintas, hanya ada kerja keras dalam latihan.
Setelah menjelaskan hal ini ke ayahnya melalui pesan di QQ, Zhou Yi tiba-tiba teringat Yang Muge.
Menurut kabar internal tim, sebelum liga resmi dimulai, tim biasanya akan mendapat libur 1-2 hari tanpa latihan.
Meskipun jarak antara dirinya dan Yang Muge sangat dekat, selain saat saling bertanding di kandang lawan, mereka belum pernah benar-benar bertemu.
Mengingat ada hari libur, lebih baik mengajak bertemu saja, kalau tidak pernah ketemu juga tidak enak.
Lalu dia menghubungi nomor telepon Yang Muge.
Begitu sambungan tersambung, dia mendengar suara Yang Muge yang terdengar agak terkejut: "Lho, Zhou Yi, kok kamu punya nomor telepon saya di Jerman?"
"Aduh, Lao Yang, maaf-maaf, sebelumnya aku benar-benar sibuk... Bukankah ini nomor yang dulu kamu kasih?"
Di seberang, Yang Muge tertawa: "Sekarang sudah tidak sibuk lagi?"
"Sebelum liga dimulai, tim sepertinya akan libur. Mau janjian makan bareng dan ngobrol panjang? Selalu bilang mau ngobrol tapi tak ada kesempatan... Kamu nanti ada waktu?"
"Tim muda tidak sesibuk tim utama, setengah hari masih bisa kuatur."
"Bagus kalau begitu. Eh, gimana kabarmu akhir-akhir ini?" Zhou Yi menanyakan kabar Yang Muge. Sebelumnya ia memang tak sempat memikirkan orang lain, setiap hari dijejali latihan seperti anjing...
"Aku sudah masuk tim A muda Schalke 04."
"Luar biasa! Kurasa tak lama lagi akan melihatmu di tim utama Schalke 04!"
"Kamulah yang paling hebat di antara kita, pertama kali naik ke tim utama."
"Hehe..." Zhou Yi agak malu-malu tertawa. "Bagaimana kabar mereka?"
"Ini ceritanya panjang, lebih baik kita ngobrol langsung saat ketemu." Yang Muge sepertinya juga punya banyak hal ingin dibicarakan.
"Oke, ketemu langsung ngobrol."
