Keesokan harinya, tanggal 8 Agustus, daftar pemain pertandingan perdana Borussia Dortmund diumumkan dan dengan cepat menyebar ke dalam negeri China.
Semua orang tak sabar mencari nama Zhou Yi, namun mereka kecewa.
Mereka memeriksa daftar bolak-balik berkali-kali, tapi nama Zhou Yi tak terlihat.
Bersamaan dengan itu, media-media dalam negeri juga ramai memberitakan hal ini.
"Zhou Yi Tidak Ikut Pertandingan Perdana Dortmund!"
"Dortmund Umumkan Daftar Pemain Pertandingan Perdana, Zhou Yi Absen!"
Setelah mem-forward semua berita ini ke Post Bar, Fang Shuai juga menghela napas di depan komputer.
Kemarin dia baru saja merengek minta ibunya berlangganan channel sepak bola selama setahun meski mendapat tatapan sinis, hari ini langsung mendapat kabar Zhou Yi tidak tampil - bagai petir di siang bolong!
Fang Shuai refleks menyegarkan halaman web, melihat ada thread baru di halaman depan.
Judulnya sangat provokatif: "Zhou Yi Menghemat Uang Kalian!"
Saat diklik, kontennya penuh dengan sarkasme.
“Beli saluran sepak bola apa? Hah? Beli saluran sepak bola apa? Udah gua bilang dia ga bakal dapet kesempatan main! Segerombolan idiot entah dari mana dapet kepercayaan diri, kalian nganggep Bundesliga itu apa? Anak 18 tahun sembarangan bisa dapet kesempatan main? Media tak bermoral dalam negeri selain ngibul bisa apa? Cuma ikut latihan tim utama doang, udah pada heboh kayak orgasme, malah pada berebut wawancara, malu-maluin! Entah orang Jerman ngeliat jurnalis China bego itu mikir apa, mungkin pada ngetawain kita kagak pernah liat dunia!”
Fang Shuai yang lagi kesel langsung kebakar amarahnya setelah liat postingan ini, buru-buru ngebalas: “TS lu ngerti J8!”
TS dengan ID “Kaisar Menembakmu Sambil Tutup Mulut” cepat-cepat ngejawab: “Wah, anjing admin mulai ngatain nih! Emang bener satu fans bisa ngerusak sepuluh haters, hehe. Gua kagak ngerti J8, elu yang ngerti, elu tiap hari mainin.”
“Hehe tai lu!” Fang Shuai dengan ID “Orang Biasa” ngamuk habis-habisan, “Jangan sok jago di depan gua! Waktu gua udah jago ngegasidi idiot di internet, elu masih diem di mulut emak lu sambil ditutupin sama emak lu! Jangan ngomong ‘satu fans ngerusak sepuluh haters’ yang bego itu, elu cuma nyari alesan buat ngehina Zhou Yi doang. Kalau mau hina ya terang-terangan, jangan sembunyi di balik alesan ‘satu fans ngerusak sepuluh haters’ sok suci, dasar pengecut!”
“Suporter Zhou Yi kualitasnya cuma segini? Hehe, benar-benar yang sejenis berkumpul, manusia berkelompok.”
“Maaf, aku bicara bahasa manusia ke manusia, ke bajingan langsung kutuk. Aku memang blak-blakan, tidak terima? Tidak terima pulang cari ibumu! Bajingan!”
Kedua pihak pun mulai berkonfrontasi.
Dan segera menarik perhatian netizen Post Bar lainnya untuk menyaksikan dan ikut serta.
Mayoritas mendukung Fang Shuai dan memaki lawannya. Tentu di hutan besar ada beragam burung, di zaman sekarang orang baik pun pasti ada yang membenci, jadi para hater juga muncul. Ada hater yang datang membantu si pembuat thread.
Pertengkaran kedua pihak semakin meluas, menjadi thread paling ramai di Post Bar.
Namun ini menunjukkan, Zhou Yi bahkan tidak masuk daftar pemain, membuat banyak suporter yang ingin menyaksikan debutnya di TV dengan kostum Borussia Dortmund merasa sangat kecewa...
……
Zhou Yi awalnya berpikir di hari tanpa pertandingan, cukup tinggal di rumah dan menonton lewat TV.
Tapi saat makan siang, dia tiba-tiba menerima telepon dari Mark.
“Hai, Zhou Yi. Mau nonton bola di Westfalenstadion sore ini?”
Zhou Yi tertegun, lalu bertanya: “Tribun selatan?”
“Tentu!” Jawab Mark dengan lantang.
“Tapi aku tidak punya tiket...”
“Kamu lupa, tiket kakak perempuanku...”
“Oh iya! Boleh juga!” Zhou Yi langsung menyetujui. Pikirnya, diam di rumah juga bosan, lagipula menonton di tribun selatan memang pengalaman luar biasa. Setiap kali menonton di sana, rasa cintanya pada sepak bola semakin bertambah.
“Baik, kamu tinggal di mana? Kami akan menjemputmu.”
“Aku tinggal…” Alamat Zhou Yi hampir terucap, tiba-tiba ia tersadar dan buru-buru mengubah ucapan: “Tidak usah, aku tahu lokasi stadion. Kalian harus mutar jauh kesini, tidak perlu. Aku akan pergi sendiri, nanti ketemu di pintu masuk.”
“Jangan sungkan, Zhou Yi.”
“Bukan sungkan, kalau menunggu kalian mungkin aku sudah sampai duluan. Mari kita sepakat begitu, aku ganti baju dulu!”
Zhou Yi cepat-cepat menutup telepon.
……
Mark meletakkan telepon, menggelengkan kepala, lalu berkata pada ayahnya: “Dia bilang akan pergi langsung sendiri, tidak perlu kita jemput.”
“Baiklah, kita tunggu dia di luar stadion saja.” Nyonya Wagner menepuk dashboard: “Berangkat! Tujuan Westfalenstadion!”
……
Di dalam hati, Zhou Yi sedikit bisa menebak mengapa Mark tiba-tiba mengajaknya nonton bola. Mungkin karena dirinya gagal masuk daftar pemain utama, khawatir ia akan murung?
Pikiran yang sangat perhatian...
Zhou Yi memanggil taksi via telepon, berganti pakaian, keluar rumah, lalu naik taksi menuju Westfalenstadion.
Setiba di stadion, ia menghubungi Mark via telepon. Mereka bertemu di loket penukaran tiket. Pak Wagner tua tersenyum sambil menyodorkan tiket tribun selatan kepada Zhou Yi.
“Terima kasih, Om Wagner.” Zhou Yi berterima kasih.
“Sama-sama.” Pak Wagner tua menggeleng sambil tersenyum. “Ayo kita pergi.”
Mark menyenggol bahu Zhou Yi, lalu mengangguk: “Hmm, badanmu lebih berotot dari sebelumnya.”
“Bercanda! Aku baru saja keluar dari neraka!” Zhou Yi mendengus.
“Apa tim utama sebegitu menakutkan?”
“Tentu, nanti kalau kamu sudah masuk baru tahu. Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu di tim muda?”
“Pilar utama!” Markus mengacungkan jempol ke diri sendiri.
“Hebat ya!” Zhou Yi membelalakkan mata.
Tanpa dia dan Götze, Markus masih bisa menjadi pilar utama di U19, itu memang luar biasa. Perlu diketahui sebelumnya kesan orang terhadap Markus adalah dia tak bisa bermain tanpa Zhou Yi... Tak disangka Markus tetap menjadi pilar utama tim, itu membuktikan kemampuannya sekarang jauh lebih baik dari dulu.
“Hehe...” Markus yang dipuji Zhou Yi malu-malu garuk kepala sambil tersenyum. “Aku selalu ingat ucapanmu dulu.”
“Ucapan yang mana?”
“Kamu bilang mimpi harus tetap ada, siapa tahu terwujud? Jadi aku selalu mengingatkan diri sendiri...” kata Markus.
“Haha!” Zhou Yi menepuk bahu Markus, “Benar! Jangan mudah menyerah pada mimpi, nanti kalau ada kesempatan terwujud malah bengong kan?”
Nyonya Wagner melihat Zhou Yi dan Markus mengobrol akrab di belakang mereka, tersenyum bahagia. Kedua anak ini tidak menjadi renggang meski satu sudah di tim utama dan satu masih di tim muda, persahabatan mereka tetap terjaga. Ini membuat Nyonya Wagner lega.
Setelah keempatnya naik ke tribun selatan, Zhou Yi kembali melihat Pak Tua Bruno yang botak dan gemuk itu.
Bruno menyambut Zhou Yi dengan antusias: “Tribun selatan menyambutmu kembali, pemain China!”
"Yang lain juga berkerumun, memberikan ucapan selamat kepada Zhou Yi yang berhasil bertahan di tim utama."
"Setelah semua memberikan selamat, Bruno berkata pada Zhou Yi: 'Tak masalah belum masuk daftar pemain, aku yakin kau akan segera muncul di sana, pemain China. Untuk persiapan, aku sudah suruh anak buahku berlatih menyebut namamu dengan benar. 'Choouuu—ni'. Menurutmu lafalku sudah baku?'"
"Zhou Yi tertawa geli mendengar logat aneh Bruno."
"'Pak Tua', bukan 'Chou Ni', tapi 'Zhou Yi'. Zhouuu—Yiii!" Zhou Yi sambil tertawa membetulkan pelafalan Bruno."
"Chou Yi?"
"Hampir benar, tapi bukan 'CHOU', melainkan 'ZHOU'."
"Bruno mengerutkan kening lama berpikir, baru berkata dengan ragu-ragu: 'Zhou Yi?'"
"Nah benar!" Zhou Yi menepuk tangan gembira."
"Hore!" Para suporter di sekitar mengangkat kedua tangan memberi sorak untuk 'Pak Tua' mereka."
"Bruno mengusap keringat di dahinya: "Nama orang China memang susah dilafalkan ya...""
"Zhou Yi tersenyum: "Tapi sekarang 'Pak Tua' sudah bisa bahasa asing lho!""
"Bruno tertegun sejenak sebelum tersadar, lalu tertawa lebar: "Benar juga! Aku sekarang bisa dibilang menguasai bahasa China!""
"Orang-orang sekitar ikut memberi selamat pada Bruno, riuh rendah tawa terus bergema di tribun itu."
"Ada yang benar, tribun selatan bagi suporter Borussia Dortmund bagai rumah sendiri."
"Kini Zhou Yi pun merasakan kehangatan seperti rumah di tengah para suporter yang antusias ini."
Dia sangat berterima kasih kepada Mark yang hari ini mengajaknya keluar dari rumah sepi ke tribun selatan yang ramai.
……
Sejak para pemain keluar ke lapangan, fokus semua orang tertuju pada menyemangati tim.
Zhou Yi sekali lagi merasakan daya tarik dan semangat tribun selatan yang begitu menggugah.
Tanpa sadar dia ikut menyemangati rekan setimnya bersama para suporter ini, sama sekali tidak terlihat seperti pemain yang sudah terdaftar di tim utama, melainkan masih seperti seorang suporter biasa.
Namun di tengah sorak-semangat keras suporter, pertandingan resmi pertama Borussia Dortmund di musim baru ini berjalan kurang mulus.
Mereka kesulitan mencetak gol dalam waktu yang lama.
Babak pertama berakhir imbang 0-0.
Hal ini membuat para suporter di tribun mulai gelisah, saat jeda babak pertama, suporter tribun selatan berkumpul membahas permainan babak pertama.
Mark bercanda bahwa seandainya Zhou Yi yang turun ke lapangan, situasinya pasti berbeda, langsung mendapat dukungan dari yang lain, membuat Zhou Yi merasa tersanjung sambil terus mengibaskan tangan.
Di babak kedua kedua tim bertukar sisi lapangan, namun situasi tetap tidak berubah.
Köln malah semakin percaya diri.
Keluhan mulai bermunculan dan bertambah di tribun selatan.
Zhou Yi juga mulai merasa cemas.
Dia tidak ingin timnya gagal menang, karena hal ini sama sekali tidak menguntungkan baginya.
Baru pada menit ke-75, Borussia Dortmund akhirnya membuka keunggulan melalui gol bunuh diri pemain belakang Köln, Matip.
Meski merupakan gol bunuh diri, suporter di tribun selatan tetap meledakkan sorakan gegap gempita saat bola masuk ke gawang. Sorakan itu terdengar seolah tak kalah keras dibandingkan teriakan suporter Schalke 04 di sebelah.
Dalam sorakan dahsyat itu, ada kontribusi satu suara dari Zhou Yi.
Akhirnya, Borussia Dortmund meraih kemenangan pertama di liga musim 2009-2010 di kandang sendiri dengan sedikit kesulitan, berkat gol bunuh diri lawan.
Walau prosesnya tak sesuai harapan, hasil akhirnya masih bisa diterima.
Sambil mendiskusikan pertandingan, para penonton berangsur-angsur meninggalkan tribun.
"Rasanya alur permainan gelandang tim kurang lancar..."
"Iya betul. Penampilan Hajnal payah. KubA juga seperti kehilangan performa... Baru membaik sedikit saat Großkreutz maju..."
Saat Mark dan Zhou Yi keluar stadion, Mark menyenggol bahu Zhou Yi sambil mengedipkan mata, mendengar obrolan suporter di samping mereka.
Bagaimana mungkin Zhou Yi tak paham maksud Mark?
Tapi dia mengibaskan tangan: "Jangan terlalu banyak berpikir, Mark. Ini cuma satu pertandingan, tak bisa membuktikan apa-apa."
Mark menghela napas: "Sudah masuk tim utama, tapi tak tahu kapan bisa main. Menyiksa sekali!"
"Mark, menunggu adalah bagian dari kehidupan di tim utama," kata Zhou Yi dengan nada bijak bak senior.
Mendengar itu, Mark mengerlingkan matanya.
