Penantian Zhou Yi masih berlanjut, setelah hari pertandingan tim nasional, liga kembali berjalan.
Pertandingan liga ke-5 adalah laga besar, dengan Borussia Dortmund menjamu Bayern München di kandang sendiri.
Pertarungan antara Bayern München dan Borussia Dortmund dijuluki "Derby Nasional Jerman", intensitas dan kepentingannya tidak kalah dengan "Derby Nasional Spanyol" antara Barcelona dan Real Madrid, maupun "Derby Nasional Inggris" antara Liverpool dan Manchester United.
Namun beberapa tahun terakhir performa Borussia Dortmund kurang memuaskan, hasilnya jauh lebih tidak stabil dibanding Bayern München. Meski musim lalu Bayern München juga kehilangan gelar liga, mereka tetap finis di peringkat kedua. Musim lalu Dortmund finis keenam, sementara musim sebelumnya bahkan terpuruk di posisi ketiga belas. Sejak terakhir kali meraih gelar liga, Borussia Dortmund terjerat masalah: ekspansi yang terlalu optimis membawa mereka ke krisis ekonomi, pemain bintang mahal yang dibeli tampil biasa-biasa saja, performa tim fluktuatif. Di dalam negeri Jerman, mereka sudah jauh tertinggal dari rival lama Bayern München, bahkan dikalahkan oleh tim-tim seperti Wolfsburg, Werder Bremen, dan Stuttgart.
Jadi selama bertahun-tahun pertandingan antara Borussia Dortmund dan Bayern München, Bayern München selalu mendominasi. Sejak musim 2007-2008, Borussia Dortmund tidak pernah menang melawan Bayern München. Di kandang sendiri mereka hanya bisa bermain imbang melawan Bayern München, sementara saat bermain tandang selalu kalah.
Pertemuan terakhir kedua tim terjadi pada pekan ke-19 liga musim lalu, ketika Borussia Dortmund tandang menghadapi Bayern München dan akhirnya kalah 1-3 di kandang lawan.
Dalam 10 pertemuan terakhir, Borussia Dortmund hanya menang dua kali.
Dari 10 pertemuan tersebut, sembilan di antaranya adalah pertandingan liga, dan satu pertandingan lagi adalah Piala Jerman.
Borussia Dortmund menang dua kali, imbang dua kali, dan sisanya kalah semua.
Persentase kemenangan yang suram ini sama sekali tidak berlebihan untuk menggambarkan situasi tersebut.
Dari kondisi pertandingan terakhir, Borussia jelas jauh tertinggal dibanding Bayern München, mungkin hanya mengandalkan keunggulan bermain di kandang sendiri.
Bagaimanapun juga, Westfalenstadion bisa disebut neraka bagi tim tamu mana pun.
Dalam pertandingan ini, Zhou Yi sekali lagi hanya menjadi penonton di tribun selatan.
Baru 10 menit pertandingan berjalan, bek tengah Mats Hummels yang pindah dari Bayern München ke Borussia Dortmund berhasil membuka keunggulan melalui tendangan pojok.
Saat Hummels mencetak gol, sorak-sorai dari tribun selatan hampir membuat jantung berhenti berdetak.
“Mats! Mats! Borussia Dortmund adalah rumahmu!” teriak suporter Borussia Dortmund menyebut nama Hummels.
“Hummels berhasil membalas dendam secara spektakuler terhadap Bayern München!” seru komentator Norbert Dickel dengan penuh semangat.
Hummels adalah pemain hasil binaan akademi Bayern München. Pada tahun 2007, ia sudah dipromosikan ke tim utama Bayern München. Namun di skuad utama, ia selalu kesulitan mendapatkan kesempatan bermain, sehingga dipinjamkan klub ke Borussia Dortmund selama satu setengah musim.
Selama masa pinjaman di Borussia Dortmund, performa Hummels sangat brilian sehingga membuat Klopp bertekad membelinya dengan harga berapapun. Akhirnya musim panas ini, Borussia Dortmund menghabiskan 4,2 juta euro untuk membeli Hummels secara permanen. Hummels pun memilih bertahan karena di sini ia menjadi pilar utama, sedangkan jika kembali ke Bayern München hanya akan menjadi pemain pengganti. "Hanya orang bodoh yang tidak tahu harus memilih apa," katanya.
Pada akhirnya, ikatan emosional dari hasil binaan akademi pun tak selalu bisa mengalahkan pertimbangan kepentingan praktis.
Mats Hummels sebagai pemain hasil binaan Bayern München justru mencetak gol dalam pertandingan melawan Bayern München ini, sungguh adegan yang sangat dramatis. Hal ini membuat suporter Borussia Dortmund semakin bersemangat - kami tidak hanya mengambil pemain dari Bayern München, tapi juga mencetak gol saat melawan Bayern München!
Yang memberikan assist untuk Hummels adalah inti gelandang tim, pemain muda berbakat asal Turki Nuri Şahin. Dalam arti tertentu, dia juga merupakan pesaing Zhou Yi.
Keunggulan ini meningkatkan moral Borussia Dortmund, sekaligus performa para pemain juga bagus, berhasil mendominasi permainan melawan Bayern München.
Namun tim tetap kebobolan pada menit ke-36.
Pemain yang menyamakan skor untuk Bayern München adalah striker tengah Mario Gómez yang dibeli dari Stuttgart.
Gol kebobolan ini membuat tribun selatan gempar dengan erangan kecewa.
Beberapa suporter bahkan memaki Gómez yang mencetak gol: "Sialan! Hoki belaka!!"
Zhou Yi juga menyangga kepala dengan kedua tangan, menyesali dan tidak rela atas gol kebobolan timnya.
Saat jeda babak pertama, suporter di tribun selatan berkumpul membahas babak pertama dan memprediksi babak kedua.
"Meskipun gol kebobolan itu sangat disayangkan, kita masih mendominasi permainan. Bayern München tidak punya banyak peluang!" Pak Tua Bruno tetap penuh keyakinan membahas babak kedua.
Yang lain juga setuju serempak.
Tapi Zhou Yi diam membisu.
“Hei, Zhou Yi, bagaimana pendapatmu?” Mark di sebelahnya memperhatikan emosi Zhou Yi yang tidak terlalu tinggi, lalu bertanya.
Mendengar perkataannya, semua orang juga mengalihkan pandangan ke Zhou Yi.
“Eh…” Zhou Yi melihat semangat semua orang begitu membara, dia ragu-ragu untuk berbicara.
“Katakan saja pendapatmu, pemain China.” “Pak Tua” Bruno menyemangati Zhou Yi.
“Lebih baik aku tidak menuangkan air dingin ke semangat kalian…” Zhou Yi menggelengkan kepala.
“Menurutmu situasi babak kedua tidak menguntungkan?” seseorang bertanya pada Zhou Yi.
“Hmm.” Zhou Yi mengangguk.
“Kenapa? Aku tahu gol Gomez agak mengecewakan, tapi setelah kebobolan, bukannya lini pertahanan tim sudah melakukan penyesuaian?” kata orang lain. “Lagipula sepanjang babak pertama, Gomez juga tidak dapat kesempatan berarti, hanya satu gol itu saja, dia beruntung…”
“Dan bek tengah kita sama sekali tidak kalah dalam duel melawan Gomez, baik Hummels maupun Subotic secara fisik tidak tertinggal!” seseorang menambahkan.
Zhou Yi berkata: “Benar, dua bek tengah kita bermain bagus saat menghadapi Gomez. Kami berhasil membatasi permainannya. Tapi pernahkah kalian berpikir—bagaimana jika Van Gaal mengganti Gomez di babak kedua?”
Mendengar ini, semua tertegun. Tapi kemudian Bruno tertawa terbahak: “Mana mungkin, pemain China? Gomez sudah mencetak gol di babak pertama, menggantikan pencetak gol lebih awal? Apa yang akan dipikirkan Gomez?”
“Ya ya, Van Gaal menurunkan Gomez yang baru saja mencetak gol? Apakah dia gila?”
Nyonya Wagner juga merasa skenario Zhou Yi ini terlalu tidak masuk akal.
Zhou Yi menggelengkan kepala: "Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Gomez, tapi Van Gaal adalah tipe pelatih yang sangat tegas. Di ruang ganti, dialah yang berkuasa. Jika dia merasa perlu, dia tidak akan mempertimbangkan perasaan pemain. Karena Gomez sudah dibatasi oleh Mats dan Neven sampai tidak punya kesempatan menembak, mengapa harus tetap di lapangan? Kalian sendiri bilang gol Gomez itu lebih banyak faktor keberuntungan. Aku yakin Van Gaal bisa melihat ini. Membiarkan Gomez tetap di lapangan tidak mengancam lini pertahanan kita. Apa kita berharap dia dapat keberuntungan lagi di babak kedua?"
Sekelompok orang yang mendengar analisis Zhou Yi ini menjadi hening. Tanpa sadar, mereka kehabisan pertanyaan.
"Jangan lupa, di bangku cadangan Bayern München masih ada Ribery. Di lapangan ada Robben. Keduanya pemain dengan kecepatan tinggi, kelincahan kaki, dan kemampuan individu yang menonjol. Bagaimana dengan bek tengah kita? Baik Mats maupun Neven bertubuh besar tapi kikuk, lambat dalam putaran badan. Apa yang terjadi ketika mereka menghadapi dua pemain bertubuh kecil namun cepat dan lincah?"
Serangkaian pertanyaan balik Zhou Yi membuat yang lain bisu, tak bisa menjawab.
Karena mereka memang telah menyadari masalah ini.
“Bagaimana jika Van Gaal mengganti Gomez dengan Ribery? Bagaimana kita harus menghadapinya?”
Zhou Yi selesai berbicara, dia menatap semua orang. Tak seorang pun bisa menjawab pertanyaannya.
“Selain itu, saya ingin mengingatkan kalian bahwa di bangku cadangan mereka masih ada pemuda berbakat Thomas Müller. Posturnya tidak sekuat Gomez, tapi lincah dan memiliki kesadaran posisi yang luar biasa. Jika dia bermain, bisa bekerja sama efektif dengan Robben dan Ribery. Ditambah dengan penyerang utama mereka lainnya, Olić - meski kemampuan mencetak gol pribadinya mungkin tidak terlalu kuat, tapi ahli dalam menciptakan peluang untuk rekan setim. Kombinasi serangan depan seperti ini tidak bisa dihadapi hanya dengan membangun tembok pertahanan,” tambah Zhou Yi.
“Pemain China, kenapa kamu begitu paham tentang Bayern München?” tanya Bruno "Pak Tua" penasaran.
“Meski tidak bisa turun bermain, saya tetap harus mempelajari lawan,” Zhou Yi mengangkat tangan.
Dia sudah bermain melawan Bayern München ini selama beberapa hari di dunia virtual, tentu saja paham betul lawannya.
“Apakah ini juga bagian dari pelatihan tim utama?” tanya Mark yang berada di samping.
“Tidak, ini hanya minat pribadi saya,” Zhou Yi tersenyum tipis.
……
Babak kedua baru saja dimulai, Zhou Yi sudah membuat semua orang terkesima.
Karena saat jeda babak pertama, Van Gaal benar-benar melakukan serangkaian pergantian pemain.
"Dia mengganti Hamit Altıntop dengan Thomas Müller, dan Mario Gomez dengan Franck Ribéry——Gomez, pencetak gol Bayern München di babak pertama, benar-benar diganti!"
"Hebat sekali, pemain China!" "Pak Tua" Bruno menepuk bahu Zhou Yi di tengah ekspresi terkejut orang-orang.
"Ini hanya analisis rasional berdasarkan karakteristik pemain berbeda, Pak Tua. Tidak ada yang istimewa," kata Zhou Yi dengan rendah hati.
"Ah, jangan begitu. Bisa menebak pemikiran pelatih lawan dan apa yang akan dilakukannya, setidaknya membuktikan levelmu sudah setara pelatih. Kalau Borussia Dortmund tidak memberimu kesempatan main, lebih baik pensiun jadi pelatih saja, haha!" Bruno bercanda pada Zhou Yi.
"Terima kasih Pak Tua, aku belum mau pensiun di usia 18 tahun!" Zhou Yi melirik.
Yang lain tertawa.
Tapi mereka segera berhenti tertawa.
Van Gaal melakukan dua pergantian pemain saat jeda babak pertama——tindakan nekat yang menunjukkan ambisinya sejak menit awal babak kedua.
Benar saja, di menit ke-49 (4 menit setelah babak kedua dimulai), Bayern München kembali mencetak gol.
Gol dicetak gelandang mereka Bastian Schweinsteiger, dengan assist dari Arjen Robben yang disebut Zhou Yi saat jeda babak.
Bayern München balik unggul skor!
"Sial! Hentikan orang Belanda itu!" "Pak Tua" Bruno menggerutu.
"Tak bisa dihentikan, kecepatannya terlalu tinggi." Zhou Yi berkata.
"Sial..." Bruno mengerutkan kening.
……
Setelah kebobolan, Klopp juga melakukan penyesuaian di menit ke-60 dengan mengganti dua pemain sekaligus. Penyerang Mesir Zidan ditarik keluar, digantikan Barrios. Penyerang utama lainnya, Langekov, digantikan oleh Grosskreutz.
Saat Grosskreutz masuk, tribun selatan meledak sorak-sorai - si Salib Besar sangat populer di tribun selatan.
Namun pergantian ini tidak membawa keberuntungan. Empat menit setelah substitusi, Borussia Dortmund kebobolan lagi, kali ini gol dicetak Ribery yang masuk di babak kedua.
1:3! Borussia Dortmund tertinggal dua gol di kandang sendiri!
"Ah--!" Suporter di sebelah Zhou Yi memegang kepala sambil berteriak penuh kekecewaan.
Zhou Yi juga menghela napas - sebagai pemain tim utama yang hanya bisa menonton dari tribun saat tim terus kebobolan, perasaan ini benar-benar... menyebalkan!
Meski menunggu adalah bagian dari tim utama, dia sangat ingin segera mendapat kesempatan main. Dalam laga besar seperti Dortmund vs Bayern München, betapa dia berharap bisa menjadi pelaku langsung, bukan penonton pasif...
Selanjutnya, Klopp menggunakan kuota pergantian pemain terakhirnya di menit ke-71, menggantikan Kuba dengan Valdés untuk terus meningkatkan serangan. Dirinya sendiri juga berdiri di pinggir lapangan, terus menerus berteriak-teriak.
Namun situasi pertandingan sama sekali tidak membaik karenanya.
Di menit ke-78, pemain muda Thomas Müller yang juga dimasukkan saat jeda babak pertama mencetak gol perdana di Bundesliga, membantu Bayern München unggul 4-1 atas Borussia Dortmund.
Saat itu, para suporter di sekitar Zhou Yi terdiam membisu. Menghadapi "kekalahan telak" seperti ini, mereka benar-benar bingung harus bereaksi bagaimana.
Tapi pertunjukan Bayern München dan Thomas Müller belum berakhir.
Di menit ke-88, Müller mencetak gol lagi, meraih brace, 5-1!
"Ini benar-benar pembantaian!" komentator siaran langsung Marcel Leif bergumam. "Sepertinya kebangkitan Borussia Dortmund masih harus menunggu waktu yang sangat lama..."
Segelintir suporter Bayern München bersorak-sorai di Westfalenstadion, sementara sebagian besar suporter Borussia Dortmund hening. Layar besar stadion menayangkan close-up para pemain - setiap wajah pemain Dortmund terlihat kebingungan, mereka benar-benar terpukul oleh Bayern München!
Dalam keheningan itu, Zhou Yi mendengar suara isakan di sebelahnya. Ia menoleh dan melihat Mark dengan dua aliran air mata mengalir di pipinya.
Tim menderita kekalahan telak di kandang sendiri dari rival bebuyutan, dia tidak bisa lagi menahan kesedihan dalam hati dan menangis di depan umum.
Di sekitarnya, para suporter Borussia Dortmund lainnya juga tak kalah terpuruk. Hanya saja mereka yang lebih tua dari Mark lebih bisa mengendalikan emosi, meski wajah mereka tetap muram dan tak mampu berkata-kata.
"Zhou Yi..." panggil Mark dengan suara gemetar.
"Hmm?"
"Kekalahan... juga bagian dari tim utama, kan?" tanya Mark tersedu-sedu.
"...Benar." Zhou Yi menjawab setelah diam sebentar.
Mendengar jawaban itu, suara isakan Mark semakin keras.
"Tapi menyaksikan tim kalah dari tribun, itu bukan bagian dari tim utama." Kata Zhou Yi sambil mengepal tangan, menatap Klopp yang berdiri kaku di pinggir lapangan.
Pelatih berkarakter yang biasanya tak pernah diam itu, kini bagai patung berdiri tak bergerak di tepi lapangan, menyaksikan pemain Bayern München yang sedang merayakan gol dan kemenangan besar...
