Meski Zhou Jianliang serius menatap layar TV, ia hampir tidak melihat penampilan anaknya. Terlalu banyak pemain yang melakukan pemanasan, setiap orang dapat giliran lensa beberapa detik. Belum lagi bintang-bintang terkenal yang mendapat perlakuan khusus: kamera sering menyorot mereka dengan close-up lebih lama.
Begitu pertandingan dimulai, semakin sulit melihat penampilannya.
Tapi Zhou Jianliang tetap setia menunggu di depan TV, menanti detik-detik anaknya turun ke lapangan.
Saat melihat Borussia Dortmund tidak mendominasi sejak babak pertama, ia mulai berkhayal: jangan-jangan Zhou Yi akan dimasukkan di babak kedua untuk memperkuat lini tengah.
Dia terutama memperhatikan gelandang pemain utama Borussia Dortmund, melihat bagaimana performa mereka. Setiap kali ada yang gagal melakukan operan bagus atau tembakan yang tidak akurat, dia akan berteriak di depan TV: "Pelatih harus menariknya keluar! Operan saja tidak bisa dilakukan dengan benar!"
Li Cuiyun yang duduk di sebelahnya melirik dengan pandangan jijik: "Aku baru tahu pertama kali kalau menonton bola saja kamu bisa seberisik ini..."
Tapi sebenarnya bukan hanya Zhou Jianliang yang terus memantau kapan Zhou Yi bisa bermain, komentator TV Duan Xin yang menyiarkan pertandingan ini juga sesekali membahas Zhou Yi kepada penonton, mulai dari performanya selama latihan pra-musim.
Dia juga menebak kapan tepatnya Klopp akan memasukkan Zhou Yi ke lapangan.
"...Dalam beberapa pertandingan terakhir, performa Borussia Dortmund kurang bagus. Jika ingin ada perubahan, memainkan Zhou Yi seharusnya menjadi pilihan yang tepat. Dalam pertandingan pemanasan sebelumnya, Zhou Yi sudah menunjukkan sifat tenang dan matangnya, tidak grogi. Menurutku dia layak diberi harapan lebih di pertandingan resmi..."
"Benar, benar!" Zhou Jianliang mengangguk keras sambil menunjuk layar TV mendengar komentar tersebut.
Di tempat lain, banyak suporter China di depan TV juga berpikir sama - jika dalam tujuh pertandingan liga berturut-turut hanya menang sekali, enam pertandingan tanpa kemenangan, berarti tim sedang bermasalah. Mengapa tidak mencoba perubahan? Mengapa tidak memberi kesempatan pada pemuda seperti Zhou Yi dan Götze?
Beberapa suporter China yang sebelumnya tidak menonton pertandingan Borussia Dortmund maupun mendukung klub ini, bahkan merasa Klopp sedang membawa malapetaka. Jika terus seperti ini, jaraknya untuk dipecat tidak akan lama lagi.
……
Sementara di dalam negeri semua orang berspekulasi kapan dia bisa bermain, Zhou Yi justru duduk di bangku cadangan, menyaksikan Bundesliga dari jarak terdekat dan merasakan atmosfer liga tersebut.
Namun…
Zhou Yi merasa atmosfer Bundesliga di Stadion Borussia-Park jauh kalah dibandingkan dengan atmosfer di tribun selatan Westfalen…
Ya begitu saja.
Zhou Yi lebih fokus memperhatikan jalannya pertandingan itu sendiri.
Setelah pertandingan dimulai, Borussia Dortmund tidak mendominasi. Sebaliknya, tuan rumah Borussia Mönchengladbach tampil lebih agresif. Hal ini sesuai dengan kesan simulasi pertandingannya di dunia virtual – dalam sebagian besar simulasi, Dortmund yang bermain di kandang lawan memang sulit unggul.
Suporter Borussia Mönchengladbach di Borussia-Park sangat bersemangat, terus meneriakkan sorakan untuk mendukung tim mereka. Mereka hanya menunggu terciptanya gol.
Tiga puluh menit pertama pertandingan memang menunjukkan Borussia Mönchengladbach menciptakan lebih banyak peluang.
Enam laga beruntun tanpa kemenangan telah membuat moral pemain Borussia Dortmund jatuh ke titik terendah, performa di lapangan pun tentu tidak bisa diharapkan.
Tapi pesona sepak bola terletak pada ketidakpastiannya. Berdasarkan situasi yang Anda lihat sekarang, tidak mungkin 100% akurat memprediksi tren perkembangan pertandingan selanjutnya. Bola itu bulat, ada kemungkinan tak terbatas.
Pada menit ke-38, Borussia Dortmund melancarkan serangan. Gelandang asal Brasil, Tinga, mengoper bola ke Barrios.
Saat Barrios menerima bola, tribun di Stadion Borussia-Park langsung bergema dengan siulan suporter Borussia Mönchengladbach. Mereka bukan membenci Barrios, juga tidak ada tindakan Barrios selama pertandingan yang membuat mereka marah. Siulan ini murni untuk mengejeknya, mengganggu penampilannya.
Sejak bergabung dengan Borussia Dortmund, Barrios gagal mencetak gol dalam tujuh pertandingan liga berturut-turut. Liga baginya seperti mimpi buruk.
Seluruh Bundesliga sudah tahu ini. Jadi setiap kali Barrios menguasai bola di area penalti saat bermain tandang, suporter kandang selalu menyambutnya dengan siulan, berharap bisa mengganggu Barrios dan memperpanjang masa paceklik golnya.
Tapi kali ini, saat Barrios menerima bola dan mendengar siulan menyakitkan itu, jantungnya berdebar bukan karena gugup atau bingung, melainkan karena kemarahan.
Orang yang terus menerus menahan tekanan selalu butuh pelampiasan. Seperti ada magma panas mengalir di pembuluh darahnya. Jika tidak bisa dilepaskan, ini akan membuatnya meledak dari dalam.
Namun jika bisa meledak keluar, dia akan berubah menjadi gunung berapi yang paling mengerikan, dengan letusan dahsyat, lahar dan gelombang panas menyembur ke langit setinggi ribuan meter, lalu berhamburan ke bawah, seketika langit seolah turun hujan meteor yang terbakar.
Barrios menuangkan seluruh lahar itu ke kaki yang akan menendang bola.
Braak!
Suara gemuruh seakan letusan gunung berapi.
Bola melesat cepat ke arah gawang!
Kiper Borussia Mönchengladbach Logan Bailly melakukan gerakan penyelamatan, menjatuhkan diri ke arah bola, tapi kekuatan tendangan Barrios jelas di luar perkiraannya. Kecepatan bola terbang jauh lebih cepat dari gerakan tubuhnya yang terjatuh, melewati ujung jari Bailly, lalu menghantam... jaring gawang!
Gol... terjadi!
……
Saat bola masuk ke gawang, suporter Borussia Mönchengladbach di tribun yang masih terus-menerus bersiul tertegun, siulan mereka terputus tiba-tiba, seolah ada ribuan tangan tak terlihat mencekik leher mereka bersamaan...
Komentator Marcel Leif yang menyiarkan pertandingan ini juga berteriak kaget: "Barrios! Gol! Ternyata masuk! Akhirnya dia mencetak gol liga pertamanya sejak bergabung dengan Borussia Dortmund!!"
Bersamaan dengan itu, di dalam negeri China, komentator CCTV Duan Xin juga berteriak: "Barrios! Gol ini sukses! Haha! Bola masuk! Akhirnya dia membuka rekor! Pasti selama ini Barrios menanggung tekanan besar, tapi dengan gol ini setidaknya tekanan berkurang separuh! Ha!"
Zhou Jianliang justru merasa tidak bahagia. Saat Borussia Dortmund unggul dan Barrios mencetak gol, tekanan pada dirinya memang berkurang setengah. Tapi apakah peluang anaknya untuk bermain juga berkurang setengah?
……
Setelah mencetak gol, tiba-tiba terlintas di pikiran Barrios perkataan Zhou Yi pagi ini.
"Aku bermimpi tentang pertandingan hari ini. Dalam mimpinya kita menang di kandang lawan, dan gol kemenangannya dicetak olehmu!"
Awalnya dikira hanya kata-kata penghibur, tapi saat Barrios mengingatnya kembali, itu terdengar seperti ramalan sekaligus doa!
Ternyata prediksinya tepat - aku benar-benar mencetak gol di pertandingan ini!
Usai gol, Barrios tidak lari sendirian ke bendera sudut atau melakukan gerakan spesial untuk merayakan. Dia malah berlari ke bangku cadangan sambil melambaikan tangan agar rekan setim tidak menghalanginya.
Saat mendekati bangku cadangan, dia berteriak ke arah rekan-rekannya yang sedang berdiri merayakan: "Zhou Yi! Zhou Yi!"
Mendengar teriakannya, rekan-rekan di sekitar Zhou Yi spontan membuka jalan, membuat Zhou Yi mencolok di tengah.
Barrios kemudian menyergap dan memeluknya erat.
"Terima kasih!" bisiknya di telinga Zhou Yi sambil menundukkan kepala di bahu pemuda itu.
Demikianlah untuk pertama kalinya Zhou Yi muncul dalam siaran langsung pertandingan...
……
Zhou Jianliang masih mengeluh ketika melihat gol Barrios, tapi tak disangka sekejap kemudian dia melihat anaknya sendiri di layar TV!
Zhou Yi dipeluk oleh Barrios yang baru saja mencetak gol!
"Lihat, itu anak kita!" Li Cuiyun menunjuk layar mengingatkan suaminya yang termenung. "Benar-benar terlihat ya!"
Mendengar suara istri yang agak bersemangat, Zhou Jianliang bingung antara ingin menangis atau tertawa...
Bukan seperti ini caranya dia ingin melihat anaknya!
Kalau pertandingan sudah dimulai, bukankah seharusnya kita melihat anaknya tampil bermain?
Komentator China Duan Xin juga terkejut melihat Zhou Yi muncul di lensa siaran dengan cara seperti ini: "Zhou Yi? Barrios malah khusus memeluk Zhou Yi setelah mencetak gol? Ada apa ini? Apakah ada cerita di antara mereka? Pasti ini akan jadi sorotan media dan suporter setelah pertandingan..."
"Iya, ada apa ini?" Zhou Jianliang di depan TV juga bergumam pelan.
Li Cuiyun melirik suaminya, merasa hari ini dia seperti kerasukan, otaknya tidak jelas. "Kamu tidak bisa telpon besok untuk tanya langsung padanya?"
"Ah... iya juga." Zhou Jianliang tersadar, menepuk dahinya.
Kemudian dia menatap Zhou Yi yang sedang berpelukan dengan Barrios di layar TV. Berkat pencetak gol Barrios, Zhou Yi juga menempati posisi yang sangat mencolok dalam lensa. Namun waktunya sangat singkat, gambarnya segera dipotong menjadi close-up Barrios dan rekaman ulang gol.
Namun Zhou Jianliang tetap senang bisa melihat anaknya di televisi, terutama melihat sang pencetak gol justru berlari memeluk Zhou Yi untuk merayakan bersama. Hatinya penuh kebanggaan dan kelegaan — sepertinya anaknya cukup akrab dengan rekan setim barunya di sana!
Memikirkan ini, dia tertawa lepas dengan gembira.
Mendengar suaminya terkekeh-kekeh di depan layar TV, Li Cuiyun kali ini tidak memberikan. Matanya juga menatap layar televisi sambil menyunggingkan senyum...
