Begitu kembali ke kamar dan ingin berselancar di internet, Zhou Yi menemukan kabar tentang julukan "Pesulap"-nya sudah menyebar bahkan di grup online.
Begitu muncul di grup, Sun Pan langsung menyapanya dengan mesra: "Pesulap!"
"Aduh, kok kamu bisa tahu?!" Zhou Yi terkejut.
"Lao Yang yang kasih tahu. Katanya kamu sekarang sudah terkenal di Jerman, keren banget! Berhasil masuk headline cuma modal ilmu pesulap!"
"Tapi aku tidak mau terkenal karena ini..."
"Sok suci!"
"Hehe. Panpan, sebagai gurumu, izinkan aku meramal: Tampaknya kamu tidak akan pernah bisa jadi pilar utama tim utama Chelsea." Kata Zhou Yi.
"Pergi sana! Siapa muridmu?!"
"Wah? Kok kamu tidak marah soal ramalan tidak jadi pilar utama itu?"
“Aku sekarang cuma nunggu Chelsea mau minjamkan aku. Asal bisa main di pertandingan, di mana aja boleh, nggak harus di Chelsea. Aku kan bukan suporter paling loyal Chelsea,” kata Sun Pan. “Justru kalau dipinjamkan, siapa tahu bisa kenal cewek-cewek cantik dari berbagai daerah!”
“……” Zhou Yi tidak bisa berkata-kata. “Kamu ini datang buat main bola atau mendekati cewek?!”
“Kata sang desainer utama – dua tangan harus pegang dua hal sekaligus dan keduanya harus kuat!”
“Jadi satu tangan pegang bola, tangan satunya juga pegang bola? Sekarang aku ngerti kenapa kamu milih jadi kiper…” Zhou Yi benar-benar kagum dengan perencanaan jauh Sun Pan.
“Hehe. Kamu tahu kelebihan terbesarku sebagai kiper?”
“Reaksi cepat?”
“Tidak lepas tangan!”
“……”
……
Seiring makin banyak orang yang datang minta restu Zhou Yi, dia malas menjelaskan bahwa sebenarnya dia tidak menguasai ilmu gaib Timur. Atau mungkin sudah pasrah.
Siapa pun yang datang dengan permintaan, dia selalu usap kepala orang itu dulu, lalu mengucapkan kata-kata manis yang terdengar seperti doa biasa.
“Semoga sehat selalu, cepat sembuh.”
“Semoga cepat dapat jodoh.”
“Semoga lulus ujian, semangat!”
Alhasil Zhou Yi justru jadi populer di kalangan suporter Borussia Dortmund. Pemuda yang bahkan belum debut di tim utama ini malah punya penggemar khusus.
Ini benar-benar di luar perkiraan Zhou Yi sebelumnya.
"Tentu saja ada juga yang datang mencari Zhou Yi, Zhou Yi menolak menjawab—Bercanda! Bagaimana mungkin dia tahu nomor pemenang 'Euro Lottery' edisi berikutnya?"
Pada laga ke-12 liga, Borussia Dortmund bertandang ke kandang Werder Bremen, Zhou Yi sekali lagi dikeluarkan dari daftar 18 pemain. Jika benar punya ilmu sihir, mungkin dia akan mencoba mengontrol Klopp agar memasukkannya ke dalam daftar...
"Zhou Yi..." Barrios menemui Zhou Yi lagi setelah pengumuman daftar 18 pemain.
"Bukannya sudah kubilang? Itu cuma keberuntungan, tebakan sembarangan." Zhou Yi membuka tangannya.
"Anggap saja keberuntungan, tapi keberuntungan juga bagian penting dalam sepak bola!" Barrios bersikeras sambil menundukkan kepala.
"Ngapain?" Zhou Yi mengenali gerakan Barrios ini, tapi tak percaya dia juga main begini...
"Sentuhan rambut untuk keberuntungan!"
"Nggak mau!" Zhou Yi menolak. "Kalau mau doa, langsung kuucapkan saja."
"Nggak bisa, ini ritual wajib, ritual!" Barrios bersikukuh.
Rekan setim di ruang ganti ikut ribut, Großkreutz berteriak: "Prosedur yang adil!"
Zhou Yi melotot: "Gak berpendidikan! Prosedur adil itu artinya gitu?"
Tapi akhirnya, dia menyerah pada Barrios, menyentuh puncak kepalanya dengan malas, lalu berkata: "Baiklah, kamu akan mencetak gol lagi, Lucas."
Barrios mengangkat kepala, tersenyum lebar: "Terima kasih, 'Penyihir'!"
Zhou Yi terdiam—kapan aku dapat julukan seperti ini?
……
Zhou Yi tidak terlalu memikirkan ucapan doanya untuk Barrios. Namun Barrios, saat diwawancarai media lokal Dortmund sebelum pertandingan tandang, secara sukarela bercerita: "'Penyihir' itu memberkati aku di ruang ganti, aku merasa kondisi fisikku bagus!"
"Zhou Yi?" Media lokal Dortmund langsung paham.
Barrios mengangguk: "Ya! Penyihir Timur dari China yang misterius!"
Sejak itu, julukan "Penyihir" untuk Zhou Yi mulai tersebar.
"Hei, Penyihir!" Bahkan Hannah mulai memanggil Zhou Yi begitu.
"Hah? Bagaimana kamu tahu..." Zhou Yi heran.
Hannah mengangkat koran "WAZ" di tangannya: "Ini, lihat sendiri. Bukankah ini julukan baru dari rekan setimmu?"
Zhou Yi menyambar koran itu. Matanya langsung tertuju pada foto Barrios. Tanpa membaca artikel pun dia sudah tahu apa yang terjadi...
"Sialan orang Paraguay itu!" Zhou Yi menggigit gigi. Kini julukan ini mungkin akan menyebar ke seluruh Dortmund...
"Tapi aku benar-benar bukan penyihir..." Zhou Yi meletakkan koran sambil mengangkat tangan pasrah.
"Tapi ramalanmu benar! Waktu itu aku memang menemukan pangeran berkudaku di bar!" Hannah malah cemberut.
Melihat sikap Hannah, Zhou Yi sama sekali tak bisa berkata-kata. Bagaimana mungkin dia menggunakan ucapan Kottane untuk membalas Hannah? Mungkin itu hanya candaan antara sahabat perempuan mereka. Jika keluar dari mulut Kottane terasa keakraban, tapi jika diucapkan pria sepertinya, pasti terdengar penuh kebencian.
Akhirnya Zhou Yi pun menyerah...
"Jadi, Penyihir. Lotere Eropa periode berikutnya..." Hannah mendekat dengan senyum manis, menyandarkan dadanya yang montok ke lengan Zhou Yi, merengek dengan suara manja.
Zhou Yi kaget langsung menarik tangannya, melompat mundur sejauh satu meter: "Aku benar-benar tidak tahu!"
Melihat wajah Zhou Yi memerah karena ketakutan, Hannah tertawa riang.
……
Saat pertandingan berlangsung, Zhou Yi yang tidak bisa ke kandang lawan duduk di sofa ruang tamu menyaksikan siaran langsung di TV.
Lawan Borussia Dortmund kali ini, Werder Bremen, sedang dalam kondisi puncak dan menempati peringkat kedua liga. Sementara Dortmund bermain tandang. Bahkan dalam pertandingan virtual, Zhou Yi bisa merasakan kekuatan Bremen saat ini.
Terutama gelandang mereka Mesut Özil, seorang pemuda yang sangat berbakat.
Jadi pertandingan ini tidak akan mudah.
Benar saja, di menit ke-36, Özil menerima assist dari Hunt dan mencetak gol pembuka untuk tim tuan rumah. Sorak-sorai Weserstadion bahkan bisa terdengar jelas melalui TV, suasana ini pasti mempengaruhi mental pemain Dortmund.
“Babak pertama, Werder Bremen unggul 1-0 atas Borussia Dortmund.”
“Pertandingan babak kedua dimulai, kedua tim tidak melakukan pergantian pemain.”
“Borussia Dortmund tidak rela menerima kekalahan di kandang lawan, sejak babak kedua mereka melancarkan serangan balik yang gencar.”
“Di menit ke-54, Borusia Dortmund akhirnya menyamakan skor!”
“Tembakan Barrios——! Gol——!!!” Marcel Leif bersorak gegap gempita.
“Zhou Yi hanya duduk di sofa tanpa bergerak, matanya terbelalak——Benar-benar masuk lagi?!”
“Dia merasa sains sudah tidak bisa menjelaskan kejadian yang menimpa dirinya dan Barrios...”
“Lima pertandingan liga beruntun mencetak gol! Barrios sedang dalam performa terbaik! Tentu, mungkin ada kontribusi rekan setimnya. Sebelum pertandingan, Barrios mengaku mendapat 'restu' khusus dari Zhou Yi, ha! Dia bahkan memanggil Zhou Yi 'Penyihir'!” Marcel Leif menusuk ulu hati Zhou Yi. “‘Penyihir’! Julukan yang keren, mengandung aura kekuatan mistis yang jahat! Haha!”
“Mana ada yang keren...”
“Zhou Yi menutupi dahinya sambil mengerang, kini bukan hanya seluruh Borussia Dortmund, mungkin separuh Jerman sudah tahu 'julukan' ini...”
……
“Setelah gol Barrios, kedua tim terus melakukan pergantian pemain, berharap mengubah skor 1-1 dan situasi pertandingan.”
“Namun bagaimanapun mereka mengganti pemain, skor tetap tak berubah.”
“Akhirnya, kedua tim berjabat tangan dan berdamai dengan skor 1-1.”
Borussia Dortmund tidak berhasil memenangkan pertandingan, namun sejak Barrios memecahkan kemandulan gol, mereka belum pernah kalah.
Ini sangat kontras dengan performa mereka di awal liga yang hanya meraih satu kemenangan dalam tujuh pertandingan.
Akhirnya Borussia Dortmund berhasil merangkak masuk ke peringkat sepuluh besar liga, tepat di posisi kesembilan.
Di atas mereka ada Bayern München yang juga tampil kurang meyakinkan musim ini.
Setelah tim kembali ke Dortmund, Zhou Yi tidak bisa menemui Barrios karena pemain tersebut langsung terbang dari Bremen.
Setelah pekan kedua belas liga, ada masa istirahat dua minggu untuk pertandingan timnas. Barrios yang sedang dalam performa puncak tentu menjadi pilihan utama timnas Paraguay.
Jadi Zhou Yi tidak sempat menanyainya langsung mengapa julukan itu bisa tersebar luas...
Namun setelah dua pertandingan timnas, Barrios kembali ke klub. Pertama kali bertemu Zhou Yi, dia langsung berterima kasih: "Lihat, Penyihir, ramalanmu benar! Pasti ada kekuatan mistis yang bekerja! Dan sekarang pasti seluruh Jerman sudah mengenalmu, haha! Tak perlu berterima kasih, ini balas budi yang pantas!"
"Balas budi apaan, Lucas! Siapa yang mau tenar begini! Sebagai pemain, aku ingin terkenal karena prestasi di lapangan!" Ambisi Zhou Yi cukup tinggi.
Usai latihan, ketika Zhou Yi berlari keluar dari basis pelatihan sepak bola, para suporter yang masih menunggu di luar untuk meminta tanda tangan pemain melihatnya. Mereka pun serentak berteriak: "Penyihir! Penyihir!"
Zhou Yi terkejut. Setelah memahami situasi, dia buru-buru kabur.
Setelah berhasil melarikan diri, Zhou Yi merasa kejadian ini benar-benar aneh.
Perkataan sembarangnya ternyata menjadi kenyataan, bukan sekali dua kali, tapi lima kali! Lima kali berturut-turut, semua tebakannya tepat!
Apakah keberuntunganku belakangan ini memang sedang bagus?
Zhou Yi menunduk melihat telapak tangannya, lalu memperhatikan sebuah kios penjual lotere di pinggir jalan.
Menatap logo Eurojackpot, Zhou Yi menyipitkan matanya.
