Pertandingan ke-13 liga, Borussia Dortmund menjamu Mainz di kandang sendiri.
Untuk pertandingan ini, Götze masuk dalam daftar 18 pemain untuk pertama kalinya musim ini, sementara Zhou Yi tetap pergi ke tribun selatan.
Tentu saja, sebelum pertandingan, Barrios masih bertanya apakah dia bisa terus mencetak gol, dan meminta Zhou Yi harus mengelus kepalanya sambil menjawab.
Maka Zhou Yi memberitahunya bahwa dia akan terus mencetak gol dalam pertandingan.
Namun kali ini, "sihir" ajaib Zhou Yi gagal. Barrios tidak mencetak gol, Dortmund juga tidak menang. Di kandang sendiri, mereka bermain imbang 0-0 melawan Mainz.
Barrios yang menjadi starter bermain selama 90 menit penuh. Hingga menit terakhir pertandingan, dia masih mencari peluang untuk mencetak gol.
Namun sayang, ketika wasit utama membunyikan peluit tanda berakhirnya pertandingan, dia hanya bisa pulang dengan tangan hampa.
"Kondisi mengerikan Barrios sepertinya terputus oleh pertandingan tim nasional... Dalam laga ini dia tetap menunjukkan usaha keras, tapi terlihat jelas bahwa perjalanan jauh mempengaruhi kondisinya... Sangat disayangkan tidak bisa mencetak gol, dan Borussia Dortmund pun akhirnya gagal memenangkan pertandingan ini." Kata Marcel Leif, sementara layar TV menampilkan close-up wajah Barrios yang terlihat kelelahan dan kecewa.
Di tribun penonton, Zhou Yi menghela napas lega - seandainya Barrios terus mencetak gol seperti ini, mungkin dia benar-benar harus mendirikan agama baru. Hmm, kira-kira nama apa yang cocok ya?
"Agama Mi Daging Sapi Asam Pedas"? "Agama Daging Kuotiao Dilarang Pakai Saus Tomat"? "Agama Zhou Yi Paling Tampan"?
Memikirkan nama saja sudah bikin pusing, tapi sekarang Zhou Yi tak perlu lagi bingung menentukan nama.
Namun saat kembali ke kota kecil Brackel, dia juga merasa kecewa dengan hilangnya kekuatan mistisnya.
Pasalnya ketika melewati toko tempat dia membeli tiket lotre dulu, ternyata tiket yang dibelinya tidak menang...
Apakah ini karena membeli tiket lotre dan mencoba memanfaatkan kekuatan super untuk mencari keuntungan, sehingga kekuatannya dicabut? Atau sekadar kebetulan nasib buruk yang bertumpuk?
Zhou Yi berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk menerima "pengaturan cerita" bahwa kekuatan supernya dicabut karena mencoba memanfaatkannya untuk memperkaya diri.
Kemudian dia menghela napas panjang, meremas tiket lotre menjadi bola dan melemparkannya ke tempat sampah di sebelahnya, lalu pergi sambil menggelengkan kepala.
Satu momen keserakahan, penyesalan seumur hidup! Kehidupan Superman pun berpamitan dengannya seperti ini!
……
Meski Barrios tidak mencetak gol, media lokal Borussia Dortmund tetap tidak kekurangan bahan pemberitaan.
Setelah pertandingan, Götze menjadi figur terkenal di kalangan lokal Dortmund.
Karena dia masuk sebagai pemain pengganti dalam pertandingan melawan Mainz. Pada menit ke-88 pertandingan, Götze masuk menggantikan Kuba, menyelesaikan penampilan liga pertamanya dalam karir profesional.
Meski hanya beberapa menit singkat, banyak yang menganggap ini sebagai tonggak sejarah karir Götze, dan mungkin juga tonggak sejarah Borussia Dortmund.
Sejak tim muda, Götze sudah dianggap sebagai yang menjanjikan, sementara suporter Dortmund yakin dia akan menjadi pemain inti tim selama dekade mendatang.
Musim lalu dia sempat dipromosikan ke tim utama, tapi tak pernah mendapat kesempatan bermain. Akhirnya kembali ke U19.
Berkat performa gemilang di U19, di awal musim baru ini dia kembali dipanggil Klopp ke tim utama bersama Zhou Yi.
Meski Zhou Yi dan Götze sama-sama menunjukkan performa bagus di tim muda, ekspektasi publik terhadap Götze lebih tinggi dengan popularitas yang lebih luas dibanding Zhou Yi.
Karena eksposur Götze di media bukanlah hal baru satu dua tahun ini, sejak usia sangat muda, dia sudah menjadi perhatian suporter Borussia Dortmund dan media lokal.
Ekspektasi publik tentu muncul karena kemampuannya yang luar biasa. Di tim nasional junior Jerman, dia bahkan telah memenangkan gelar juara Kejuaraan Eropa U-17. Maka wajar jika orang tidak hanya berharap kesuksesannya di Borussia Dortmund, tapi juga di Timnas Jerman.
Seorang pemain yang di masa depan tidak hanya akan menjadi pilar utama Borussia Dortmund tapi juga inti Timnas Jerman, perhatian yang diterimanya tentu jauh lebih besar dibanding Zhou Yi.
Götze yang akhirnya melakukan debut liga dianggap telah melangkahkan kaki terpentingnya.
Di usia 17 tahun 5 bulan, Götze tercatat sebagai pemain kesembilan termuda yang pernah bermain di sejarah Bundesliga.
Setelah penampilan perdana, publik mulai menantikannya tampil lebih sering di tim sekaligus segera mencetak gol dan assist untuk membantu tim meraih kemenangan dan... gelar juara!
Pasca pertandingan, baik program TV maupun radio ramai membahas Götze. Para ahli dan suporter menganalisis prospeknya di Borussia Dortmund dan timnas. Satu hal pasti: dengan bakat sebesar itu, Götze pasti akan masuk jajaran bintang sepak bola top dunia.
Sementara Zhou Yi yang dipromosikan ke tim utama bersama Götze, sama sekali tidak ada yang membahas.
Saat ini, kesan terkuat yang dia tinggalkan bagi publik hanyalah julukan "Pesulap" karena berhasil meramal dengan akurat gol Barrios dalam lima pertandingan liga berturut-turut...
……
Sejak Barrios tidak mencetak gol, jumlah orang yang mencari Zhou Yi di luar basis pelatihan sepak bola memang berkurang drastis, tapi tidak sampai benar-benar hilang.
Misalnya, Zhou Yi sekarang bertemu dengan seseorang seperti ini.
"'Pak Tua'?" Zhou Yi melihat Bruno yang muncul di depannya dengan senyum lebar, terkejut. "Apa Bapak juga datang untuk mengolok-olokku?"
Bruno mengenakan topinya sambil tertawa: "Aku senang kau memanggilku seperti itu, Zhou Yi. Kau membuatku merasa masih berada di tribun selatan. Sebenarnya, aku datang untuk minta tanda tanganmu, ha!"
"Minta tanda tangan dariku?" Zhou Yi heran. "Kalau mau tanda tangan, kan bisa langsung ditandatangani saat nonton bola di tribun selatan..."
"Sebenarnya hari ini aku menemani cucu perempuanku melihat latihan Borussia Dortmund," jelas Bruno.
"Oh, cucu perempuan..." Zhou Yi agak terkejut. Meski sudah cukup lama mengenal "Pak Tua", ini pertama kalinya dia mendengar sang kakek menyebut anggota keluarganya. Selama ini percakapan mereka di tribun selatan hanya seputar sepak bola dan tim Borussia Dortmund, tanpa menyentuh topik lain. Sampai saat ini Zhou Yi hanya tahu "Pak Tua" bernama Bruno, tapi tidak tahu marga apa yang disandangnya. Tidak hanya "Pak Tua", semua orang di sana juga hanya punya nama sederhana. Beberapa terdengar seperti nama samaran, dan sama sekali tidak diketahui pekerjaan mereka di kehidupan sehari-hari, latar belakang keluarga, atau kisah hidup mereka...
"Bukan berarti mereka tidak peduli, tapi ini adalah pembatas yang sengaja dibuat. Seperti yang dijelaskan Mark kepada Zhou Yi: Saat berada di tribun selatan, identitas semua orang adalah suporter paling fanatik Borussia Dortmund. Dalam kehidupan nyata, apakah Anda pengacara atau mahasiswa, pengangguran atau orang kaya, itu tidak penting. Tidak ada yang peduli, tidak ada yang bertanya, kecuali Anda sendiri yang menyebutkannya. Orang-orang juga tidak akan menolak, tapi hanya mengobrol sebentar sebelum kembali membahas sepak bola dan Borussia Dortmund."
Di tribun selatan, hanya Borussia Dortmund dan sepak bola yang paling penting. Lainnya tidak relevan.
"Hmm." Bruno dalam kehidupan sehari-hari sama sekali tidak memiliki aura berwibawa seperti saat menjaga ketertiban di tribun selatan. Dengan topi baseball, ia lebih terlihat seperti kakek yang lucu dan baik hati. Bicaranya perlahan, suaranya tidak keras, tidak secepat dan seenergik saat di tribun selatan. "Dia fans Götze. Bukankah Götze baru saja bermain di pertandingan? Karena terlalu bersemangat, dia tidak bisa tidur semalaman. Hari ini dia memaksa saya untuk menemaninya mencari tanda tangan Götze..."
"Minta tanda tangan? Kamu bisa bilang padaku, aku bisa langsung minta ke Götze..."
"Tidak." Bruno menggelengkan kepala. "Sebenarnya dia ingin meminta tanda tangan langsung ke Götze. Dengan begitu dia bisa memperkenalkan diri juga."
Setelah mengatakan itu, ia mengarahkan mulutnya ke arah sana.
"Zhou Yi mengikuti pandangan ke arah sana, benar saja, mobil Götze dikelilingi banyak orang, banyak di antaranya gadis-gadis yang terus menjerit dan bersorak, menjadi kelompok paling ramai di luar basis pelatihan sepak bola, juga yang paling mencolok."
"Pasti ada cucu perempuan 'Pak Tua' di antara mereka..."
"Götze disukai perempuan, tapi aku tidak terlalu tertarik, jadi aku datang minta tanda tanganmu." Bruno tersenyum. "Kamu adalah anak yang tumbuh dari tribun selatan kami, aku harus mendukungmu."
Ia mengedipkan mata ke arah Zhou Yi.
"Tidak masalah." Zhou Yi segera mengeluarkan pulpen yang selalu dibawanya. Untuk memudahkan tanda tangan, dia selalu membawa pulpen sendiri.
"Wah, kamu sudah bawa pulpen sendiri?" Tangan Bruno baru sampai di saku saat melihat Zhou Yi mengeluarkan pulpen, terlihat agak terkejut.
"Hei, ini semua belajar dari 'Großkreutz'." Di hadapan orang lain, Zhou Yi malu menyebut julukan "Kakek" untuk Großkreutz. Memang karma, dia memberi julukan "Kakek" ke Großkreutz untuk mengolok-oloknya, tapi kemudian malah dapat julukan "Dukun" dari Barrios...
"'Großkreutz' itu juga anak tribun selatan kami, senang dia bisa kembali ke Borussia Dortmund tahun ini."
Baru saja Zhou Yi selesai menandatangani untuk Bruno, tiba-tiba muncul gadis kecil berambut cokelat dengan wajah berbintik-bintik membawa kartu bintang sepak bola berlari: "Kakek!"
Bruno dengan penuh kasih sayang berjongkok dan memeluk cucu perempuannya yang berlari mendekat: "Dapat tanda tangan?"
"Uh-huh!" Gadis kecil itu mengangguk kuat-kuat sambil memperlihatkan kartu bintang sepak bola kepada kakeknya, di atasnya terlihat jelas tanda tangan Götze.
Zhou Yi melihat gadis kecil yang masih montok ini, lalu menatap Bruno dengan terkejut: "Pak Tua, ini cucumu?"
Bruno baru saja berdiri, menunjuk Zhou Yi sambil berkata pada cucunya: "Eva, ini Zhou Yi yang pernah kubicarakan. Dia juga pemain hebat lho."
Zhou Yi langsung mengibaskan tangan berulang kali, berpura-pura rendah hati.
Gadis kecil itu mengangkat kepala melihat Zhou Yi, penasaran bertanya: "Apakah lebih hebat dari Mario?"
Tangan Zhou Yi berhenti bergerak...
"Eva!" Bruno menegur dengan suara direndahkan.
"Tidak apa-apa, Pak Tua." Zhou Yi menghentikan Bruno, lalu tersenyum pada gadis kecil itu: "Aku sama hebatnya dengannya!"
"Lalu kenapa aku belum pernah melihat pertandinganmu?" Mata besar Eva berkedip-kedip, saat bingung tampak persis seperti boneka.
"Ehem." Zhou Yi berdehem, "Eva pasti baru jadi suporter Mario belum lama ya?"
Eva penasaran: "Kok kamu tahu?"
"Kalau dari dulu sudah nonton pertandingan Mario, pasti sudah melihat pertandinganku. Aku dan dia dulu partner di tim muda!" Zhou Yi membusungkan dada.
"Kalau di tim utama?" Eva bertanya lagi.
Zhou Yi tidak bisa menjawab, akhirnya ia hanya bisa berkata dengan lesu: "Aku belum pernah bermain di tim utama..."
"Jadi Mario lebih hebat ya?" gadis kecil itu berketa dengan gembira.
Bruno di samping tidak tahan melihatnya, sekali lagi membentak: "Eva!"
Zhou Yi cepat-cepat melambaikan tangan: "Tidak apa-apa, 'Pak Tua'. Cucu perempuanmu sangat imut, haha!" Ia tertawa lagi.
Ia bahkan mengelus kepala si gadis kecil, Eva tidak menghindar.
"Tenang saja Zhou Yi, saat kau bermain nanti, kami pasti akan bersorak untukmu di tribun selatan." Bruno berkata pada Zhou Yi.
Zhou Yi berterima kasih pada "Pak Tua".
"Aku pergi dulu, Zhou Yi." Bruno juga akan berangkat, sebelum pergi ia berkata: "Pertandingan kandang berikutnya putaran ke-15 kan? Kita lawan Nürnberg. Tapi jujur saja Zhou Yi, aku tidak ingin lagi melihatmu di tribun selatan duduk di sampingku!"
Zhou Yi tertawa.
Bruno juga tertawa.
Keduanya melambaikan tangan berpamitan.
Eva juga melambaikan tangan pada Zhou Yi saat pergi: "Semangat, kakak yang belum pernah main di tim utama!"
Zhou Yi memaksakan senyum membalas: "Adik kecil, cukup katakan 'semangat kakak' saja!"
