Ketika Großkreutz mengoper bola ke Zhou Yi, mungkin hanya sedikit orang yang menyangka pemain tak terkenal seperti Zhou Yi akan melakukan tindakan nekat gila seperti ini.
Menendang langsung tanpa mengontrol bola terlebih dahulu!
Bahkan pemain bintang berpengalaman sekalipun, tembakan seperti ini tidak bisa menjamin bola akan masuk ke dalam gawang. Sembilan dari sepuluh tendangan akan melambung tinggi, melenceng, atau karena kurang tenaga sehingga mudah ditangkap kiper.
Jika bisa masuk, itu benar-benar sentuhan ajaib.
Tapi sekarang, mereka menyaksikan "sentuhan dewa" itu melukis lengkungan indah di area penalti Hoffenheim...
Jika dilihat dari udara, lengkungan ini begitu memikat hati hingga membuat dada sesak.
"Go...GOL?!" Duan Xin bahkan belum bisa bereaksi, langsung gagap.
Tao Wei di sebelahnya juga terdiam membeku karena terlalu terkejut.
Zhou Jianlian di depan TV bereaksi jauh lebih cepat. Melihat bola menyelinap masuk ke gawang, dia langsung melompat dari sofa sambil berteriak: "Gol!! Gol!! Gooool!!!"
Sudah hampir jam 12 malam, tapi dia sama sekali tidak khawatir teriakannya akan membangunkan tetangga - lagipula jika terbangunkan juga tidak masalah. Anaknya mencetak gol, masa gue tidak boleh teriak?
Li Cuiyun di sampingnya juga menepuk keras paha, meski tak berbicara namun kegembiraan di wajahnya tak terbendung.
“Sial!!” Fang Shuai di warnet itu kembali berteriak, meninju meja. Pria di dekatnya yang baru saja membuat "adik kecil"nya bangkit lagi jadi sial... Dia membungkuk, merebahkan diri di meja, ingin menangis tapi tak bisa.
Di Grup QQ, Post Bar, forum, layar dipenuhi tanda seru seperti di-spam.
Semua orang histeris.
Mereka sudah membayangkan banyak skenario saat Zhou Yi tampil, tapi yang mereka saksikan ini adalah yang paling sempurna sekaligus paling tidak mungkin!
Masuk sebagai pemain pengganti, mencetak gol!
Itu pun gol penentu yang membalikkan skor!
Semua terpana sampai hanya bisa mengetik tanda seru, tak tahu harus berkata apa.
……
Zhou Yi sendiri tidak terkejut bisa mencetak gol. Di simulasi pertandingan pun dia pernah mencetak gol, lagipula bukankah tembakan tini memang ditujukan untuk gol?
Jadi setelah gol, dia tidak berdiam terpaku dengan wajah bengong tak percaya. Dia langsung berlari ke Großkreutz, memeluknya sambil berteriak: "Selamat ya, paman! Kau baru saja memberikan assist!"
Justru Großkreutz yang bengong. Saat dipeluk Zhou Yi, barulah dia sadar: "Ini cuma kebetulan, ya anak muda?"
"Aku sengaja!" Zhou Yi bersikukuh.
"Hoki lumayan!" Großkreutz menepuk-nepuk kepala Zhou Yi.
“Rekan setim yang lain juga berkerumun, mengerumuni mereka berdua, ikut merayakan. ‘Bocah beruntung! Pemain pengganti langsung mencetak gol!’”
“‘Kau tenar, Zhou Yi! Pasti viral! Nanti jadi headline!’”
“‘Tembakanmu licik sekali, dasar!’”
“‘Bagus, Zhou Yi!’”
Semua memuji Zhou Yi sambil menepuk-nepuk tubuhnya, sampai Zhou Yi merasa seperti dipukuli orang... Tapi karena ini, dia berpikir kalau mau balas dendam ke seseorang, bisa pakai kesempatan merayakan gol untuk melakukannya...
Di pinggir lapangan, saat bola masuk ke gawang, asisten pelatih Buvac juga terlihat kaget, sementara Klopp di sampingnya tertawa terbahak sambil bertepuk tangan.
Dia sudah tahu, pasti anak ini bisa melakukan sesuatu yang menarik perhatian!
Memang tidak mengecewakan!
……
“Gol! Zhou Yi! Borussia Dortmund kembali unggul! Wah! Ini gol spektakuler!” Marcel Leif setelah terkejut sejenak, tak bisa menahan kekaguman.
“Zhou Yi! Pemain muda yang baru masuk di menit ke-65 babak kedua ini langsung mencetak gol pada debutnya! Pilihan sangat berani! Menembak langsung tanpa mengontrol bola terlebih dahulu!”
Sementara Marcel Leif terus memuji, tayangan ulang gol Zhou Yi mulai ditampilkan di layar televisi.
Großkreutz mengoper bola ke Zhou Yi sambil menyarang ke dalam. Tindakan ini jelas bukan untuk memberikan assist, melainkan ingin melakukan kombinasi satu-dua. Namun Zhou Yi justru berlari menyambut operan Großkreutz sambil menyesuaikan langkahnya. Kini terlihat jelas itu adalah sinyal persiapan untuk menembak.
Benar saja! Zhou Yi kemudian memutar pergelangan kaki kanan ke luar dan melepaskan tendangan chip!
Bola menyentuh bagian tengah-atas sehingga tidak melambung tinggi, melayang rendah di udara lalu menyentuh tanah tepat di depan gawang sebelum masuk ke jala.
Kunci keberhasilannya terletak pada akurasi lengkungan yang sempurna. Tanpa lengkungan tajam itu, mustahil bola bisa mengelabui kiper Hildebrand yang siap menghadang.
"Lengkungan yang memukau! Aku seolah melihat supernova sedang naik daun!" seru Marcel Leif takjub usai menyaksikan gol spektakuler Zhou Yi.
……
Di depan televisi, Götze mengepal tangan sambil menggigit bibir mendengar komentar Leif.
Dirinya yang masuk sebagai pemain pengganti hanya sekadar merasakan atmosfer pertandingan. Performanya tidak cukup menonjol mengingat waktu bermain yang sangat singkat.
Sementara Zhou Yi langsung mendapat tugas spesifik sejak debut, dan kini bahkan berhasil mencetak gol...
Bukan saja telah melampaui dirinya, jarak antara mereka semakin melebar!
Götze bertekad harus bekerja lebih keras untuk menyusul rivalnya.
……
Dalam pertandingan liga U19 yang baru saja berakhir, Tim A Junior Schalke dengan mudah mengalahkan lawannya.
Setelah pertandingan, para pemain naik bus untuk perjalanan pulang. Para pemain yang baru saja menang terlihat sangat bersemangat, mereka bernyanyi dan bercanda di dalam bus, menunjukkan semangat khas anak muda.
Namun di antara rekan setim yang riang ini, Yang Muge justru terlihat sangat pendiam.
Draxler yang duduk di sebelahnya hampir berdiri di kursi sambil mengacungkan tangan, membentuk kontras yang tajam dengannya.
Alasan kesunyian Yang Muge adalah karena dia sedang fokus mendengarkan siaran radio.
Dia sedang menyimak pertandingan Bundesliga pekan ke-14 antara Hoffenheim melawan Borussia Dortmund yang disiarkan langsung.
Baru saja, dia mendengar teriakan komentator di radio: "Zhou Yi! Zhou Yi! Zhou Yi!!! Tendangan Jauh yang indah! Dia membalikkan skor untuk Borussia Dortmund!"
Saat itulah dia tahu, Zhou Yi telah mencetak gol!
Saat itu Yang Muge tidak menunjukkan ekspresi antusias, hanya menyembunyikan kedua tangannya di bawah paha dan menggenggam erat tinjunya.
Dia tidak terkejut dengan gol perdana Zhou Yi di liga. Dia memahami kemampuan dan bakat Zhou Yi, menurutnya ini hal yang wajar.
Ingat saja dulu Zhou Yi juga hanya pemain pengganti di tim ekspedisi barat mereka, tapi langsung memberikan dua assist dan satu gol pada penampilan perdana. Memang begitulah karakter dirinya!
Sekarang dia hanya menunjukkan kemampuannya di panggung yang lebih besar.
……
"Hidup!" Mark meletakkan tisu di mulutnya, meniup peluit sekuat tenaga untuk menyatakan kegembiraannya atas permainan gemilang sang sahabat.
“Zhou Yi benar-benar hebat!” Nyonya Wagner juga berseru dengan semangat.
Cortana memandangi ayahnya yang biasanya pendiam kini bersemangat menepuk meja, penasaran—mantra apa yang Zhou Yi berikan pada keluarganya hingga mereka semua menjadi penggemar fanatiknya?
Mark menoleh melihat kakak perempuannya masih meringkuk di sofa tanpa antusiasme, bertanya: “Kak, tidakkah kau senang dengan kesuksesan Zhou Yi?”
Kottane tepuk tangan lesu: “Hore…”
“Terlalu asal-asalan…” Monyong Mark.
Kottane menyeringai: “Aku masih mau bertepuk tangan sudah baik hati, tahu?”
Dia malas menjelaskan pada adiknya bahwa perutnya terasa ditusuk-tusuk, sama sekali tak punya tenaga untuk bersorak… kalau tidak, mengapa dia harus meringkuk di sofa?
Saat datang bulan tetap pulang untuk menonton pertandingan Zhou Yi, bahkan lupa membawa obat pereda nyeri di rumah sewaannya—sekarang Kottana merasa dirinya sangat bodoh… untung Zhou Yi tidak ada di sini, pasti akan menertawakannya!
Tapi melihat Zhou Yi di layar TV yang tertawa bahagia sambil memeluk rekan setimnya, Kottana sulit menyamakannya dengan pria yang tinggal serumah itu.
Bocah lelaki China yang terlihat lemah tak berdaya itu, benar-benar bisa tampil di panggung sepakbola profesional, dan... penampilannya cukup bagus!
Memikirkan hal ini, Kottane merasa tidak terima.
……
"Bagus, Zhou Yi! Bagus!" Saat Zhou Yi mencetak gol, Schultze di depan TV mengangkat tangan bersorak.
Tapi tak lama kemudian teriakannya terhenti.
Dia menyadari - semua ramalannya menjadi kenyataan. Tapi ini juga berarti dia telah tersingkir dari persaingan merebut Zhou Yi.
Sambil merasa senang untuk Zhou Yi, Schultze juga berpikir dia harus segera berkemas meninggalkan Dortmund.
Agar tidak mendapat malu nanti saat berhadapan dengan agen-agen ternama.
Meski dia orang yang optimis, tapi di hadapan kesenjangan seperti ini, mustahil tetap optimis.
……
Rangnick berdiri di pinggir lapangan, memandang kosong ke arah pemain Borussia Dortmund yang sedang merayakan gol.
Ekspresinya terlihat beku.
Karena dia sama sekali tidak menyangka, pemain tak dikenal ini selain bisa melakukan operan transisi biasa, juga punya tendangan jauh!
Tapi... apakah ini kebetulan?
Rangnick masih tidak percaya.
Gol dengan tingkat kesulitan setinggi ini, mengatakan itu bukan kebetulan memang sulit dipercaya.
Tapi sebenarnya setiap gol spektakuler mengandung unsur keberuntungan, jika semua ini dianggap hanya keberuntungan, itu meremehkan usaha pemain itu sendiri.
Tapi sekarang, Rangnick tak peduli apakah dia menganggap gol Zhou Yi itu keberuntungan atau tidak, satu hal yang harus dia akui adalah semua rencananya hancur berantakan karena orang tak dikenal ini!
Sekarang skor tertinggal, bagaimana cara bertahan?
Tidak ada artinya lagi melakukan pertahanan mengerut!
Saat ini, Hoffenheim harus kembali ke taktik pressing. Tapi...
Begitu melihat Zhou Yi, Rangnick langsung merasa pusing.
Dengan adanya Zhou Yi, pressing ke Sahin jadi tidak efektif...
Karena mereka bisa mengalirkan bola dengan umpan cepat. Di sinilah peran krusial Zhou Yi terlihat.
Rangnick memalingkan pandangannya ke bangku cadangan sebelah.
Dulu dia pikir berhasil membuat Klopp menyia-nyiakan kuota pengganti, tapi ternyata mereka tak pernah membuang kesempatan...
……
Setelah gol Zhou Yi, Duan Xin dan Tao Wei masih terus memuji kehebatan gol tersebut. Meski bukan gol pertama pemain China di sejarah Bundesliga, emosi mereka tetap tak terbendung.
Di masa kelam sepak bola Tiongkok ini, badai anti korupsi dalam negeri membeberkan skandal yang sebelumnya hanya jadi rumor, membuat banyak orang terkejut. Membaca pengungkapan ini seperti sulit bernapas, seolah sepak bola China benar-benar tamat.
Tapi tepat di saat ini, muncullah Zhou Yi.
“Sekejap, semua orang merasa seolah-olah ada secercah cahaya lemah dalam kegelapan mutlak.”
Meski lemah, itu membuat semua orang melihat harapan — ruang gelap pekat ini ternyata tidak sekuat yang kami kira sebelumnya! Masih ada cahaya yang bisa menembus!
Sebenarnya di layar TV, pertandingan masih berlanjut, tapi kedua komentator masih semangat membahas Zhou Yi, mulai dari gol Zhou Yi ini sampai kehidupan sehari-harinya di Borussia Dortmund.
Para suporter di depan TV pun tidak ada yang protes. Saat ini mereka justru ingin mendengar pujian seperti ini untuk Zhou Yi, dan Zhou Yi saat ini memang layak mendapat segala pujian dari siapapun!
Fang Shuai dari tadi terus terkekeh-kekeh bodoh sambil mendengarkan.
Akhirnya memancing rasa penasaran pria di sebelahnya: “Bro, nonton film apa sih sampe ketawa gitu... Eh lu lagi nonton pertandingan?”
Matanya terbelalak setelah melihat jelas gambar di layar laptop.
“Nonton bola kok bisa ketawa? Huh!” Kecewa, dia kembali ke kursinya dan membuka file video Bu Cang.
Fang Shuai dari tadi tidak menyadari ada yang bicara padanya, masih asyik menonton sambil terkekeh-kekeh.
Zhou Jianliang mendengar komentator terus memuji anaknya, hatinya manis bagai makan madu.
Mungkin seumur hidupnya belum pernah merasakan kebahagiaan sebesar hari ini.
Li Cuiyun berada di sampingnya, namun tidak menggoda, hanya tersenyum memandangnya. Melihatnya seperti anak kecil, sementara dia sendiri merasa seolah ikut menjadi lebih muda hanya dengan memandang...
