Saat Zhou Yi dan rekan setimnya terus-menerus saling mengoper di pertahanan, ritme permainan terasa lambat dan membosankan.
"Jangan bilang suporter Hoffenheim yang akan mencemooh mereka, bahkan suporter netral mungkin akan merasa Borussia Dortmund seperti ini sangat menjijikkan—— demi kemenangan menghalalkan segala cara, bahkan tak peduli malu!"
Mereka juga akan heran: Bukankah Klopp dikenal sebagai pelatih berjiwa panas? Bagaimana mungkin Dortmund pimpinannya bisa memainkan sepak bola sepasif ini?
Tepat di saat itu, suasana di lapangan tiba-tiba berubah drastis!
Zhou Yi berputar, Subotić mengoper bola ke depannya, Dortmund beralih dari operan pendek di area pertahanan menjadi serangan maju!
Pemain Dortmund lainnya yang sebelumnya hanya menonton pun mulai bergerak—— ada yang mendekati Zhou Yi, ada yang menyebar membuka ruang kosong.
Setelah berputar, Zhou Yi tidak menggiring lama, langsung mengoper ke Großkreutz yang datang membantu.
Setelah mengoper, dia terus berlari maju.
Meskipun Großkreutz tidak mengoper balik kepadanya.
"Serangan Dortmund!" teriak Marcel Leif. Sebagai komentator yang berada di tribun tinggi, ia melihat jelas—— sebelumnya karena operan pendek Dortmund di area pertahanan, pressing Hoffenheim sangat agresif, bahkan ada empat pemain di sekitar garis bek Dortmund—— tiga penyerang Ibisevic, Demba Ba, Obasi, plus gelandang serang Salihovic.
Sedangkan pemain-pemain di belakang mereka juga menekan cukup tinggi. Ini adalah tindakan yang diambil untuk menghindari terputusnya tiga lini. Tapi sekarang ini justru membuat area belakang mereka terlihat sangat kosong!
Terutama antara garis bek dan kiper Hildebrand, terdapat banyak ruang kosong!
Serangan yang tiba-tiba dipercepat oleh Borussia Dortmund ini tepat mengenai titik lemah Hoffenheim!
Apakah ini kebetulan?
Tidak!
Marcel Leif meyakini ini adalah hasil perencanaan matang Borussia Dortmund, atau lebih tepatnya, hasil rekayasa nomor 23 Zhou Yi!
Dalam sekejap, serangan Dortmund sudah melaju melewati garis tengah.
Großkreutz yang membawa bola kemudian mengoper ke Zhou Yi yang sedang berlari maju.
Zhou Yi langsung mengarahkan bola ke depan saat menerima operan, terus bergerak maju.
Gustavo yang awalnya menjaga Großkreutz, segera berbalik dan berusaha menghadang Zhou Yi setelah melihat operan tersebut.
Tepat ketika Gustavo menyerang, Zhou Yi yang baru membawa bola satu langkah langsung melepaskan umpan.
Kali ini bukan operan menyamping atau mundur, melainkan umpan vertikal yang sangat menentukan ke depan!
Umpan terobosan!
Bola menggelinding rapat di atas rumput melewati 5-6 meter di depan Gustavo. Ia hanya bisa menonton bola melintas tanpa bisa melakukan sliding tackle - jaraknya terlalu jauh, di luar jangkauan!
“Tendangan Zhou Yi ini berhasil menembus celah antara bek tengah Hoffenheim Simunic dan bek sayap Eichner!”
Bola jatuh ke kaki Kuba yang menyelinap dari sayap ke dalam!
“Kuba!!”
Saat Kuba menerima bola, posisinya sudah berada di belakang lini pertahanan Hoffenheim. Simunic langsung mengangkat tangan menuding offside.
Namun asisten wasit tidak mengangkat bendera, wasit utama juga tidak meniup peluit. Pertandingan terus berlanjut!
“Operan brilian, tidak offside!”
Kuba sama sekali tidak mempedulikan isu offside. Setelah menerima operan Zhou Yi, dia langsung menggiring bola masuk ke area penalti Hoffenheim.
Barrios menyambut di tengah, sementara bek tengah Hoffenheim lainnya Compper tidak berani menghadang Kuba, hanya bisa mengawal Barrios.
Tanpa ragu, Kuba mengayunkan kakinya begitu masuk kotak penalti - ini adalah tembakan!
Bola melesat seperti peluru menghantam sudut atas gawang.
Hildebrand berusaha menepis, tetapi terlambat menghadapi tendangan keras Kuba...
Bola melesat di atas tangannya dan di bawah mistar gawang, masuk ke jala!
3:1！
Borussia Dortmund mengunci kemenangan!
“Kuba--! Oooh! Serangan spektakuler! Pertandingan ini sudah tak ada misteri lagi!” teriak Marcel Leif.
Di dalam negeri, Duan Xin hampir tidak bisa menahan kegembiraannya: "Gol! Gol! Zhou Yi! Ini baru penampilan pertamanya di liga, tapi sudah mencetak satu gol dan satu assist! Gol ini benar-benar diinisiasi sepenuhnya olehnya! Pertandingan yang telah kami tunggu selama empat bulan ini, meskipun Zhou Yi baru masuk di menit ke-65, kontribusinya sangat signifikan!"
"Sungguh luar biasa bisa tampil seperti ini di pertandingan perdana!" Tao Wei juga bersemangat. "Media dalam negeri mengatakan Zhou Yi adalah pemain berhati besar, mentalnya bagus, penuh keyakinan. Sekarang terbukti, itu bukan omong kosong media. Berapa banyak pemain yang bisa menunjukkan performa gemilang di debut mereka? Bahkan pemain timnas kita yang bermain di Eropa pun belum tentu sehebat ini!"
Pujian Tao Wei terhadap Zhou Yi sangat tinggi, langsung menyebutnya lebih hebat dari pemain timnas China yang aktif saat ini.
Tapi hal ini membuat Zhou Jianliang sangat puas, luar biasa puas.
"Benar katanya!"
"Tepat sekali!"
"Anak saya memang sehebat itu!"
Setiap komentar penyiar dan tamu undangan, dia selalu menyambut dengan semangat dari belakang.
Li Cuiyun tak bisa menahan diri untuk terus melirik: "Seberapapun senangnya, tidak perlu sampai seperti ini kan?"
"Kamu tidak mengerti!" kata Zhou Jianliang. "Ada mimpi yang muncul sejak aku tahu kamu mengandung anak laki-laki, tapi baru hari ini kulihat peluang nyatanya terwujud!"
Li Cuiyun penasaran, suaminya tak pernah menceritakan hal ini sebelumnya: "Mimpi apa?"
“Anak Zhou Jianliang!” Zhou Jianliang menegakkan badan dengan bangga, mengembuskan napas lewat hidung, berkata, “Harus menjadi bintang sepak bola terbaik di dunia ini! Lalu memimpin Tim China lolos Asia, menuju panggung dunia!”
……
Setelah mencetak gol, Kuba berlari ke arah Zhou Yi untuk memeluknya. Setidaknya separuh kontribusi gol ini patut diberikan pada Zhou Yi.
Zhou Yi juga berlari menuju Kuba.
Keduanya segera berpelukan. Rekan setim lainnya berkerumun menyelimuti mereka berdua.
Marcel Leif memandang pemain Borussia Dortmund yang berpelukan itu, berkomentar kagum: “Serangan Dortmund kali ini mengalir bak air deras, lancar alami namun cepat memukau! Dari operan monoton di lini belakang lalu tiba-tiba melesat ke depan... Sungguh luar biasa!”
“Kuba mencetak dua gol, tapi pahlawan terbesar adalah Zhou Yi nomor 23! Sejak menit 65, saya terus menyebut namanya berulang-ulang. Kini pengucapannya sudah sempurna. Usai pertandingan, nama unik ini pasti akan dikenal banyak orang! Saat Klopp mengirimnya masuk, mungkin banyak yang bertanya ‘Siapa anak ini?’ Tapi sekarang semua pasti terpana ‘Siapa anak ini!’, haha!”
……
Saat Kuba mencetak gol, bangku cadangan dan area pelatih Dortmund bergemuruh sorak gembira.
Klopp langsung melompat ke lapangan, melompat-lompat sebentar di tengah lapangan lalu turun kembali, kemudian memeluk satu per satu asisten pelatih Zeljko Buvac, Peter Krawietz, dan Teddy de Beer, bahkan tak lupa dengan fisioterapis tim.
Terlihat betapa bersemangatnya dia.
Perbedaan antara skor 3:1 dan 2:1 adalah di sisa waktu pertandingan ini, dia tak perlu lagi merasa cemas dan khawatir.
Usai perayaan gila-gilaan, Klopp menatap Buvac sambil tersenyum: "Bagaimana? Apakah dia bisa menahan tekanan?"
Buvac menggelengkan kepala dengan campur kagum dan frustrasi: "Saat dia mengarahkan Subotić, Hummels dan lainnya untuk saling mengoper bola di area pertahanan, telapak tanganku basah oleh keringat. Setiap operan membuatku bertanya-tanya: Bagaimana jika dia gagal? Tapi dia terlihat jauh lebih tenang daripada diriku! Anak ini benar-benar tidak seperti pemain baru yang pertama kali tampil, malah lebih mirip veteran berpengalaman!"
Mendengar komentar asistennya, Klopp tertawa terbahak-bahak. Setelah melihat penampilan Zhou Yi di acara realitas, tak ada yang asing baginya dengan gaya operan pendek di area pertahanan seperti ini!
……
Dua gol Kuba (Jakub Błaszczykowski) benar-benar menghancurkan Hoffenheim. Setelah pertandingan dilanjutkan, baik pressing maupun pertahanan mengerut sudah tak bisa mengubah hasil akhir. Dengan keunggulan dua gol, Borussia Dortmund bisa bermain sesuka hati di sisa waktu yang tinggal sedikit - baik mengontrol ritme permainan dengan tempo lambat maupun melancarkan serangan balik berbahaya kapan saja.
"Sedangkan Hoffenheim, selain menerima tekanan pasif, tidak memiliki strategi lain. Mereka bahkan tidak tahu kapan operan biasa Borussia Dortmund tiba-tiba berubah menjadi panah mematikan..."
Menit ke-93, wasit utama Kompeter membunyikan peluit tanda berakhirnya pertandingan.
"Pertandingan berakhir! Borussia Dortmund akhirnya mengakhiri dua hasil imbang beruntun dan meraih kemenangan. Tapi menurutku, mungkin hasil terbesar bagi Klopp dan Borussia Dortmund bukanlah kemenangan dan tiga poin liga ini, melainkan penemuan permata yang bersinar terang!"
Saat Marcel Leif mengatakan itu, siaran TV menampilkan close-up Zhou Yi dengan nomor 23 dan huruf belakang "ZHOU" di tengah layar yang sangat mencolok.
"Dalam karier komentarku, aku menyaksikan banyak debut jenius di panggung ini. Tapi setiap kali melihat penampilan brilian para jenius ini, aku selalu tak bisa menahan getaran. Inilah salah satu keindahan sepak bola - kita tak pernah tahu bakat baru mana yang akan bersinar, cerita apa yang akan tercipta, atau siapa yang akan naik panggung dan terus menghiasi penglihatan serta ingatan kita... Aku cinta sepak bola! Terima kasih semuanya! Saya Marcel Leif, sampai jumpa di siaran berikutnya!"
Marcel Leif benar-benar tersentuh oleh performa Zhou Yi sampai mengucapkan kata-kata yang begitu emosional.
……
"Di dalam negeri, pujian Duan Xin jauh lebih sederhana dan kasar: 'Pertandingan selesai! Zhou Yi menyelesaikan debut yang bisa dibilang sempurna! Masuk sebagai pemain pengganti, menyelamatkan situasi, membantu tim menyelesaikan transformasi dari kesulitan menjadi kemenangan telak! Pertandingan ini terbagi menjadi dua bagian yang sangat berbeda karena kehadiran Zhou Yi! Setelah melihat performa Zhou Yi dalam pertandingan ini, saya rasa semua orang tidak menyesali penantian panjang sebelumnya, bukan?'"
Tao Wei di sebelang mengangguk: "Hal yang membutuhkan begitu banyak waktu dan perasaan untuk ditunggu, pasti sepadan!"
"Benar! Ini adalah penantian yang sepadan! Zhou Yi pasti telah mempersiapkan diri dengan matang untuk penampilan kali ini, jadi yang kita lihat di lapangan adalah sosok tenang dan berpengalaman bagai veteran, bukan pemuda bingung yang tak tahu arah! Terima kasih untuk semua pengorbanan Zhou Yi dalam pertandingan ini, baik keringat maupun air mata!"
Di warnet, Fang Shuai memakai headphone mendengar perkataan Duan Xin. Kacamata memantulkan bayangan Zhou Yi di layar, tapi pandangannya semakin kabur - tanpa sadar matanya telah basah oleh air mata.
Ya, sejak mengetahui Zhou Yi masuk tim utama bulan Juli hingga 28 November sekarang, lima bulan penuh mengikuti perkembangannya, mencari informasi di internet, mengumpulkan berita, mengelola Post Bar dan Grup QQ... Semua ekspektasi, waktu, bahkan pertengkaran yang dikorbankan, semuanya sepadan.
Saat ini, bukan sebagai teman sekelas SMA Zhou Yi, tapi hanya sebagai suporter biasa China, meski air mata mengalir deras, hati Fang Shuai dipenuhi kebahagiaan manis seperti madu.
Di layar TV sudah mulai tayang iklan, tapi Zhou Jianliang masih duduk tegak di sofa dengan postur sama seperti saat menonton pertandingan, tidak bergeser.
Li Cuiyun berdiri sambil menoleh ke arahnya: "Nggak rela pertandingan selesai ya?"
Zhou Jianliang tidak menjawab. Ia malah menyandarkan badan ke belakang dengan pose santai sambil bersandar di sofa, lalu tersenyum pada istrinya.
"Ada apa?" Li Cuiyun heran.
"Pinggangku kaku sudah lama. Nggak bisa bangun." Zhou Jianliang tetap tersenyum memandangi sang istri.
Li Cuiyun memutar mata: "Lihatlah kamu, sedikit pun tidak punya kemauan! Baru satu pertandingan saja sudah begini. Kalau setiap pertandingan nanti begini terus, pinggangmu mau diapakan?"
Setelah berkata demikian, ia mendekat dan memegang bahu suaminya untuk menariknya bangun.
"Eh, pelan-pelan... pelan-pelan..." Zhou Jianliang terus merintih.
"Aku belum tarik kuat-kuat! Segitunya?"
"Masak nggak segini? Badan tua kayak gini nggak kuat digerak-gerakin!" Dengan tangan menopang pinggang, Zhou Jianliang perlahan bangkit dari sofa dibantu sang istri.
"Wah, udah tua aja nih!" Li Cuiyun menggoda sambil memapah suaminya menuju kamar tidur.
Zhou Jianliang membalas: "Masa nggak tua? Anak kita aja sudah dewasa dan sukses. Mana mungkin ayahnya nggak ikutan tua?"
"Dia teringat pada bayangan anaknya dalam pertandingan. Tanpa disadari, si anak nakal yang selalu membuatnya dan istri khawatir, ternyata telah tumbuh menjadi sosok yang begitu luar biasa…"
