Ketika Zhou Yi tiba di kota Dortmund, hari sudah gelap.
Para pemain kembali ke rumah masing-masing, Zhou Yi juga pulang ke rumah sewaannya.
Saat sampai di depan pintu, dia melihat jendela-jendela gelap gulita.
Zhou Yi melihat jam elektronik di tangannya, pukul delapan malam.
Apakah kedua perempuan itu sudah tidur begitu awal?
Sepertinya mereka belum pulang.
Memikirkan itu, Zhou Yi mengeluarkan kunci dan membuka pintu.
Saat dia mendorong pintu masuk, tiba-tiba lampu ruang tamu yang gelap menyala. Bersamaan dengan suara "bruk", confetti berwarna-warni meletus di depan mata Zhou Yi lalu berhamburan jatuh.
Zhou Yi nyaris kabur ketakutan, jantungnya berdebar kencang.
"Untungnya matanya perlahan menyesuaikan diri dengan cahaya, akhirnya dia melihat jelas Hannah yang berdiri di depannya sedang memegang corong kertas bertali, bersorak: "Selamat atas kemenangan! Selamat atas kemenangan!""
Zhou Yi kemudian melihat di sisi lain ada Kottane yang juga memegang corong kertas tapi dengan ekspresi canggung.
Saat Zhou Yi menoleh, Kottane baru menarik corong kertas di tangannya, pita warna-warni menyembur keluar dan menghujani kepala Zhou Yi...
"Kalian ini ngapain sih..." Zhou Yi tidak mengerti.
"Selamat atas kemenanganmu!" kata Hannah sambil tersenyum.
Zhou Yi teringat kejadian sebelumnya yang direkayasa Hannah, dia berkata dengan pasrah: "Aku berterima kasih Hannah, tapi bisakah kamu jangan selalu bikin kejutan mendadak begini? Aku tidak ingin pensiun dini karena masalah jantung..."
"Ah, maaf Zhou Yi..." Hannah tampak malu.
Tapi Kottane berkata: "Hei, bukannya kau punya jantung besar? Pemain baru yang langsung mencetak gol dan assist di debut liga."
"Tak kira kakak begitu perhatian padaku." Zhou Yi heran.
"Siapa yang peduli!" Kottane mendengus, lalu melempar barangnya dan kembali ke sofa. "Aku cuma dipaksa pulang untuk menonton satu pertandinganmu saja."
"Nyonya Wagner juga menonton?" tanya Zhou Yi.
"Mereka senang sekali menontonnya." Kottane membuka buku.
"Wah, hehe!" Zhou Yi tertawa sambil menggaruk kepalanya.
Kottane menoleh sekilas ke arahnya: "Apa yang kamu maluin?!"
Zhou Yi mengabaikannya, setelah berterima kasih pada Hannah, ia kembali ke kamarnya.
Membuka komputer dan login QQ, langsung melihat grup "Mengucilkan Lao Guo" sedang ada yang chatting.
Saat dibuka, ternyata semua sedang membahas pertandingan debutnya.
Sun Pan: "Lao Yang, gimana pertandingan Zhou Yi?"
Yang Muge: "Sudah selesai. Masuk sebagai pemain pengganti di menit 65, 1 gol 1 assist, bantu tim menang 3-1 atas Hoffenheim."
Guo Nu: "Waduh?! Keren amat?!"
Sun Pan: "Lao Guo, kenapa kaget? Dia kan emang suka cari perhatian! Ingat acara realitas kita dulu..."
Guo Nu: "Tapi ini kan liga profesional beneran! Intensitas duel, ritme permainan, semuanya beda level!"
Sun Pan: "Hmm... Bener juga. Gue kira bisa masuk sebagai cadangan aja udah hebat, eh malah masih belum puas. Serakah banget sih!"
Melihat ini, Zhou Yi mengetik: "Panpan, kurang edukasi jangan paksa-pake idiom."
Sun Pan: "Wah, si pahlawan pulang nih!"
Begitu Zhou Yi muncul, He Ying yang selama ini diam langsung menyela: "Zhou Yi, gimana rasanya main lawan Hoffenheim? Apa bedanya dibanding main di tim muda atau pertandingan pemanasan tim utama?"
"Bagus. Sebenarnya aku mau memberi tahu kalian tentang ini, perbedaan antara tim utama dan tim muda terlalu besar. Bundesliga sebenarnya bukan liga dengan kecepatan tinggi, tapi tetap lebih cepat dalam transisi serangan-pertahanan dibanding tim muda. Meski aku masuk sebagai pemain pengganti, hanya bermain kurang dari setengah jam, tapi merasa sangat lelah. Saat pertandingan berakhir, bajuku sudah basah kuyup. Kalau harus bermain 90 menit penuh... mungkin tidak akan bertahan. Jadi perkataan Klopp bahwa stamina ku belum memenuhi standar itu benar..."
Zhou Yi mulai mengetuk keyboard dengan cepat, membagikan semua pengalaman pertandingannya tanpa menahan diri kepada teman-temannya, berharap bisa membantu mereka lolos ke tim utama di masa depan.
Orang lain, baik itu Yang Muge, Sun Pan, maupun Guo Nu saat ini juga tidak bersuara, menunggu dengan tenang Zhou Yi mengetikkan hasil pembelajarannya untuk dibagikan.
Lima pemuda yang bermain di luar negeri di Eropa, terhubung melalui Grup QQ, mengobrol ngalor-ngidul sambil belajar dan berkembang. Ini sepertinya agak seperti permainan anak-anak, tapi cukup sesuai dengan gaya bertindak generasi 90-an mereka...
……
Grup QQ yang terus berkedip telah menjadi sepi, kalimat terakhir dalam riwayat obrolan adalah ucapan Sun Pan: "Ayo ayo, cepat tidur! Baru main 30 menit pertandingan sudah lelah seperti anjing, bocah, jalan yang harus kau tempuh masih panjang!"
Ini masih dari 15 menit yang lalu.
Namun He Ying di depan komputer masih terus sibuk, ia membuka rekaman chat grup, menyalin semua perkataan Zhou Yi, lalu menempelkannya di dokumen baru yang dibuka.
Dia butuh waktu lima belas menit untuk menyelesaikan semua yang dikatakan Zhou Yi.
Kemudian, dia memberi nama dokumen tersebut dan menyimpannya di folder khusus.
Foldernya bernama "Pembahasan Pengalaman Zhou Yi", sedangkan dokumennya diberi judul "Zhou Yi vs Hoffenheim".
He Ying yang berbakat luar biasa selalu menjadi bintang akademi yang sangat diperhatikan di sepak bola dalam negeri. Sejak mulai bermain bola, dia terpilih di semua tim nasional kelompok usia. Si anak yang sombong ini memang jarang mengakui keunggulan orang lain, bahkan saat tiba di La Masia dan berhadapan dengan para genius seumuran Barcelona pun, He Ying sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dia merasa tidak kalah dan yakin cepat atau lambat akan melampaui mereka.
Tapi jika bicara soal orang yang benar-benar diakui, He Ying hanya mengakui satu orang: Zhou Yi.
Sejak Zhou Yi memasuki dunianya, sosok ini terus meroket dengan cara yang tak bisa dipahaminya. Dalam reality show, mereka berdua hidup berdampingan 24 jam. He Ying yang awalnya tidak suka, akhirnya tunduk hanya dalam satu bulan. Selama bulan itu, dia menyaksikan langsung bagaimana Zhou Yi berubah dari pemain pengganti tak dikenal menjadi penyelamat tim. Di pertandingan terakhir yang mengalahkan tim muda La Masia, kontribusi Zhou Yi sangat besar.
Saat Zhou Yi menolak tawaran Barcelona dan memilih Borussia Dortmund, awalnya dia agak tidak paham. Tapi sekarang rasa kagumnya semakin menjadi-jadi.
Di Borussia Dortmund, Zhou Yi bahkan melompat dari tim muda ke tim utama lebih cepat dari siapa pun! Sementara teman-temannya yang bermain di luar negeri masih berjuang mendapat posisi di tim muda, Zhou Yi sudah bermain resmi di liga bersama tim utama!
Laju kenaikan seperti ini, bahkan perumpamaan roket pun terasa kurang cukup.
Baik performa di lapangan maupun pilihan hidupnya di persimpangan jalan, semuanya membuat He Ying takjub.
Karena itu, He Ying kini memberi perhatian khusus pada pengalaman Zhou Yi, yakin ini akan mempersingkat jalannya menaklukkan sepakbola Eropa.
Semua yang Zhou Yi katakan, dia percayai sepenuhnya.
……
Yang Muge akhirnya menemukan rekaman pertandingan Zhou Yi siang itu. Dia hanya mendengar siaran langsung, tapi tidak melihat langsung permainan Zhou Yi.
Kini dia menemukan highlight pertandingan Borussia Dortmund vs Hoffenheim di internet.
Bagian saat Zhou Yi masuk sebagai pemain pengganti, dia tonton berulang kali.
Zhou Yi yang mengenakan seragam kuning cerah Dortmund di bawah mentari sore, bagai prajurit suci berbalut emas, bersinar terang baik seragam maupun kulitnya.
Yang Muge merasa iri.
Operan dan pergerakan posisi Zhou Yi membuatnya sadar: skillnya bahkan lebih hebat dari pertandingan U19 sebelumnya!
Sungguh tak terlihat ini adalah pemain baru tanpa pengalaman pertandingan resmi tim utama.
Di depan komputer, Yang Muge melihat pemandangan ini dan tiba-tiba teringat saat pertama kali mengenal Zhou Yi di kamp pelatihan konsentrasi tim acara realitas. Saat itu Zhou Yi masih bimbang antara mengikuti harapan ibu untuk kuliah atau bertahan di jalan sepak bola yang dicintainya.
Ia sangat senang karena waktu itu bisa memberikan assist kepada Zhou Yi, membantu menguatkan tekadnya memilih jalan ini.
Karenanya, semua orang kini bisa menyaksikan seorang genius muncul di panggung yang semestinya, bukan bertarung dalam peperangan yang mungkin sudah ditakdirkan gagal di ruang ujian berisi udara beku.
……
Di malam awal musim dingin Milan, Guo Nu yang bertelanjang dada hanya dengan celana pendek sama sekali tidak merasa dingin. Malah sebaliknya, seluruh tubuhnya memancarkan uap putih tipis.
Dengan keringat bercucuran, ia terus-terusan melakukan push-up sambil terlempar di lantai.
Ia sendiri tidak tahu sudah berapa banyak yang dilakukan karena sama sekali tidak menghitung.
Atau lebih tepatnya, pikirannya sama sekali tidak sempat memikirkan hitungan.
Sampai sekarang ia belum pernah melihat rekaman permainan sepak bola Zhou Yi. Ia hanya tahu Zhou Yi punya satu gol dan satu assist, tapi tidak tahu detail cara melakukannya.
Tapi sekadar membaca pengalaman pertandingan dan perasaan yang dibagikan Zhou Yi di grup chat dengan lancar, sudah cukup membuat hatinya berdesir – itu adalah Bundesliga, salah satu dari lima liga top, liga profesional resmi tim utama!
Tujuan akhir dari semua kerja kerasnya di Milan!
Ia melakukan push-up dengan gila-gilaan hingga benar-benar kehabisan tenaga dan tak sanggup mengangkat tubuhnya lagi.
Kemudian ia membalikkan badan, berbaring di lantai, dan mulai melakukan sit-up.
Seolah-olah hanya dengan menghabiskan stamina secara brutal, hatinya yang gelisah bisa sedikit lebih tenang...
……
Lampu di kamar sudah padam, tapi Sun Pan tidak tidur. Tangannya terlipat di belakang kepala, bersandar di kepala tempat tidur.
Ia menoleh ke jendela. Bekas kota kabut ini sekarang memiliki visibilitas yang cukup baik. Di tengah malam, di pinggiran London, Sun Pan masih bisa melihat bintang-bintang di langit.
Di bawah langit berbintang yang sama, Zhou Yi yang sudah bermain selama tiga puluh menit mungkin sedang tidur lelap seperti babi mati.
Meski dalam grup chat ia mengejek Zhou Yi masih jauh dari levelnya, dalam hati ia sangat iri pada Zhou Yi.
Zhou Yi yang sudah mengerahkan seluruh tenaganya di lapangan, sekarang bisa tidur nyenyak sekali.
Lalu dirinya sendiri?
Sampai sekarang belum mengantuk sama sekali. Tampaknya malam ini akan sulit untuk terlelap...
