Klopp biasanya mengumumkan formasi pemain utama di ruang ganti lapangan, jadi sebelum itu tak ada yang tahu siapa yang akan menjadi starter.
Waktu pengumuman formasi oleh pelatih sepak bola berbeda-beda. Beberapa seperti Klopp yang tidak mengumumkan sampai detik terakhir. Ada juga pelatih yang terbiasa memberi tahu pemain sehari sebelumnya siapa yang akan jadi starter.
Kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan alasan tersendiri. Jadi tidak ada yang lebih baik dari yang lain.
Meskipun ini pertandingan kandang, pemain tetap harus menginap di hotel sehari sebelumnya. Ini lebih mudah dikelola - kalau pemain pulang ke rumah masing-masing, siapa yang tahu apa yang mereka lakukan malam hari?
Ini buruk untuk manajemen, terutama kontrol pantang. Sekalipun pemain tinggal di rumah dengan baik tanpa ke klub malam, tapi kalau mereka 'beraksi' beberapa kali dengan istri/pacar di malam hari, bisa-bisa besok di lapangan mereka seperti lobak kosong - lemas tak bertenaga.
Pada hari pertandingan, para pemain berangkat bersama-sama menggunakan bus menuju venue pertandingan.
Sementara suporter Borussia Dortmund datang lebih awal dari pemain untuk mempersiapkan lapangan - TIFO raksasa dan spanduk-spanduk besar itu perlu dipasang terlebih dahulu.
……
Saat "Pak Tua" Bruno membawa anak buahnya naik ke tribun selatan, mereka menggantung spanduk di area organisasi suporter "Black Gold" mereka.
Pada spanduk itu tertulis kalimat besar: "Zhou Yi! Anak tribun selatan!"
Mereka datang ke pertandingan ini bukan hanya untuk menyemangati Borussia Dortmund, tapi juga memberi dukungan untuk Zhou Yi.
Orang tua Markus yang membawa Markus juga turut membantu.
Setelah semua persiapan selesai, para pemain dari kedua tim mulai keluar untuk pemanasan.
"Lihat! Dia keluar!"
Mata tajam Markus lebih dulu menemukan sahabatnya Zhou Yi.
"Hmm... Masih melirik ke sana kemari saat pemanasan, sepertinya sama sekali tidak grogi!" Ujar ibu Markus, Nyonya Wagner dengan nada kagum.
"Bu, dia kan pemain pengganti yang membantu tim menang, masa grogi cuma karena pemanasan?" Markus merasa perkataan ibunya aneh.
"Kamu tahu apa? Ini kan Westfalen! Bermain di sini sama kah dengan di desa terpencil itu?" Nyonya Wagner menasehati anaknya.
"Pak Tua" Bruno menambahkan: "Ibumu benar, Markus. Bermain di Westfalen memang pengalaman yang luar biasa. Tapi..." Ia mengubah nada. "Menurutku meski di sini, Zhou Yi tidak akan grogi. Karena dia juga orang yang luar biasa."
……
Saat Zhou Yi melakukan pemanasan di lapangan, matanya benar-benar melirik ke sekeliling. Kedua matanya memindai Westfalenstadion ke dalam ingatannya. Tribun penonton belum sepenuhnya terisi, namun gelora semangat sudah mulai terlihat dalam tahap awal.
Terutama tribun selatan, area dengan kerapatan suporter tertinggi berada di sana.
Zhou Yi teringat sebelumnya dia hanya bisa berdiri di sana menonton pertandingan, namun kini dia berdiri di tengah lapangan yang dilihat oleh orang-orang di sana.
Pandangannya tertuju ke area tempat dia pernah berdiri sebelumnya - baris ke-14. Area itu sedikit lebih tinggi dari pagar kawat setinggi enam belas meter di depan tribun selatan, dengan penglihatan yang sangat baik.
Benar saja, dia melihat sekelompok orang di sana - mereka adalah "Pak Tua" dan kawan-kawan!
Karena Borussia Dortmund melakukan pemanasan di separuh lapangan yang berada di bawah tribun selatan, jaraknya sangat dekat. Zhou Yi bahkan bisa melihat ekspresi wajah mereka dengan jelas.
Senang sekali mereka semua datang.
Setelah pemanasan selesai, Zhou Yi berjalan kembali ke ruang ganti bersama rekan setimnya, namun di tengah jalan dia dihadang seseorang.
Orang yang menghadangnya ternyata dikenalnya - penyiar lapangan Westfalenstadion, Norbert Dickel.
"Hai, Zhou Yi." Dickel memanggil Zhou Yi ke sisi koridor agar tidak mengganggu lalu lintas orang lain. "Aku punya pertanyaan untukmu."
"Silakan, Tuan Dickel."
"Nobby. Panggil saja Nobby, hah! Seperti kamu tahu, sebentar lagi aku akan membacakan daftar pemain, tapi nama orang China belum pernah kubaca sebelumnya. Jadi aku ingin bertanya padamu, menurut tradisi kami, nama depan dulu baru marga. Contohnya aku Norbert Dickel, Norbert nama depan, Dickel marga. Aku akan sebut Norbert dulu, lalu suporter akan meneriakkan Dickel. Tapi orang China berbeda dengan kami... Aku memanggilmu 'Zhou Yi', tapi Zhou bukan nama depanmu, kan?"
"Benar." Zhou Yi mengangguk.
"Jadi haruskah kubaca terbalik menurut kebiasaan kami menjadi 'Yi Zhou', atau...?"
"Kalau dipanggil 'Yi Zhou' aku merasa seperti orang lain. Nobby, panggil saja aku seperti biasa." Kata Zhou Yi.
"Artinya menurut tradisi China ya?" Dickel mengonfirmasi.
"Iya, lebih enak didengar." Jawab Zhou Yi.
"Oo, baiklah!" Dickel mengangguk-angguk.
"Omong-omong Nobby. Apakah ini berarti aku masuk pemain utama?" Tanya Zhou Yi tiba-tiba, membuat Dickel kaget. Ia menatap Zhou Yi dengan terkejut lalu cepat menggeleng.
"Tidak, kamu terlalu berandai-andai, Zhou Yi. Aku hanya mempersiapkan segala kemungkinan. Aku penyiar yang sangat profesional, haha!"
Meski Zhou Yi tidak berhasil mendapatkan informasi tentang statusnya sebagai pemain utama dari Dickel, ia tahu jawabannya akan segera terungkap.
Karena setelah pemanasan dan kembali ke ruang ganti, Klopp akan mengumumkan daftar pemain utama.
……
Zhou Jianliang dan Li Cuiyun duduk di depan televisi, dua cangkir teh terletak di meja depan mereka.
"TV sudah menyala, gambar telah beralih dari lapangan stadion Westfalen ke studio siaran di Beijing."
Komentator Duan Xin dan tamu Tao Wei saling tersenyum, lalu Duan Xin berkata: "Sekarang saat yang paling dinantikan semua orang - starting line-up! Ya, kami sudah mendapatkan daftar pemain utama kedua tim untuk pertandingan ini."
Zhou Jianliang duduk tegak.
"Ini dia, ini dia!" Ia terlihat sangat bersemangat.
"Pertama-tama saya bisa memberitahu semua, Zhou Yi yang paling ditunggu..." Duan Xin berhenti sebentar, "...masuk starting line-up!"
"Yes!" Zhou Jianliang menggegam tinju dan mengangkatnya.
"Apa yang perlu dihebohkan?" Li Cuiyun menyindir suaminya, "Performanya bagus di pertandingan sebelumnya, kan wajar kalau jadi pemain utama?"
"Ah, kamu tidak mengerti. Sepak bola tidak sesederhana itu..." Zhou Jianliang bingung menjelaskan pada istrinya, tidak bisa dijelaskan dalam satu dua kalimat.
"Kamu selalu overthinking!" Li Cuiyun membalas.
Zhou Jianliang membuka mulut tapi tak berkata-kata. Setelah dipikir-pikir, istrinya memang benar. Seperti saat beli tiket taruhan, ketika dia sebagai suporter profesional overthinking, malah sering tidak tepat prediksinya...
……
Hari ini matchday, tidak hanya Bundesliga tapi seluruh liga Eropa sedang bertanding. Pertandingan tim utama Barcelona juga hari ini.
Jadi sore ini, La Masia tidak mengatur latihan apa pun. Pemain muda bisa pulang untuk menonton pertandingan liga Barcelona melawan Deportivo La Coruña di kandang lawan melalui TV.
He Ying menonton pertandingan di asrama. Tapi dia tidak menonton pertandingan Barcelona, melainkan pertandingan liga Borussia Dortmund vs Nürnberg.
Pertandingan Zhou Yi sebelumnya tidak sempat dia tonton, kali ini dia tidak ingin melewatkannya. Hanya mendengar cerita Zhou Yi saja tidak cukup, dia ingin menyaksikan langsung bagaimana Zhou Yi bermain sebagai referensi untuk dirinya sendiri.
Di Schalke 04 Jerman, Yang Muge tidak masuk dalam daftar pemain Schalke 04 U19. Dia tetap di rumah. Julian Draxler justru merasa kasihan pada Yang Muge. Tapi Yang Muge malah menghibur Draxler, mengatakan bahwa setelah beberapa kali menjadi pemain utama berturut-turut, waktunya untuk istirahat.
Alasan sebenarnya dia tidak kecewa adalah karena bisa menonton siaran langsung Bundesliga di rumah, tidak seperti pertandingan sebelumnya yang hanya bisa mendengar radio dalam perjalanan pulang.
Pertandingan yang dia perhatikan tentu bukan laga kandang Schalke 04 melawan Hertha Berlin, melainkan pertandingan kandang Borussia Dortmund vs Nürnberg.
Di saat bersamaan, di London Inggris dan Milan Italia, ada juga yang memandangi layar TV menyaksikan pertandingan Borussia Dortmund vs Nürnberg...
Satu pertandingan Zhou Yi tidak hanya menyentuh orang tua dan suporter dalam negeri, tapi juga rekan-rekannya yang sama-sama berada di Eropa.
……
Di ruang ganti, Klopp juga mengumumkan formasi pemain utama kepada para pemainnya.
Zhou Yi benar-benar masuk dalam daftar tersebut.
Sebenarnya rekan setim tidak terkejut Zhou Yi menjadi starter, mengingat performanya di pertandingan sebelumnya sudah terlihat jelas. Karena Sahin cedera, kenapa Zhou Yi tidak bisa jadi starter?
Justru akan aneh kalau Zhou Yi tidak masuk starting line-up.
Großkreutz menyenggol Zhou Yi sambil mengedipkan mata padanya.
Sementara Götze yang juga masuk dalam daftar pemain gagal menjadi starter...
Setelah mengumumkan starting line-up, Klopp menyampaikan tuntutan untuk pertandingan ini kepada tim.
"...Saya tidak ingin melihat kejadian seperti pertandingan sebelumnya dimana kita unggul lebih dulu tapi kemudian kehilangan kontrol. Kali ini kita bermain di kandang sendiri, jangan beri kesempatan bernapas sedikitpun pada lawan! Kuasai situasi sepenuhnya, apapun skornya nanti!"
Saat mengucapkan ini, dia melirik ke arah Zhou Yi.
Penguasaan situasi sebenarnya ditujukan untuk Zhou Yi, karena inilah tanggung jawab utamanya.
Karena Sahin absen dan Zhou Yi yang menggantikan posisinya berperan sebagai gelandang serang, Klopp melakukan beberapa penyesuaian pada tim.
Sven Bender dan sang kapten Sebastian Kehl berposisi sebagai gelandang bertahan. Zhou Yi, Großkreutz, dan Kuba membentuk barisan di depan mereka bertiga - Zhou Yi di tengah, dua lainnya di sisi kiri-kanan.
Sedangkan posisi penyerang ujung ditempati oleh Barrios.
Zidan dalam pertandingan ini ditempatkan di bangku cadangan, tidak bisa menjadi starter. Orang Mesir ini justru menjadi korban keputusan Zhou Yi untuk masuk starting line-up - sebelumnya Klopp selalu menggunakan formasi 442, namun kali ini karena ingin memainkan Zhou Yi, dia mengganti ke formasi 4231.
Ini juga karena kemampuan bertahan Zhou Yi yang kurang, sehingga harus menjamin kekuatan pertahanan di lini tengah.
……
Saat pertandingan akan segera dimulai, Zhou Yi dan rekan setimnya berdiri di lorong pemain, menunggu wasit membawa mereka keluar lapangan.
Di saat yang sama, di luar lapangan, penyiar Norbert Dickel sedang memimpin teriakan suporter yang menyoraki starting line-up pertandingan.
"Roman——!" teriaknya dengan suara yang dipanjangkan.
Para suporter kemudian meneriakkan: "Weidenfeller!!"
Bersamaan dengan itu, layar besar menampilkan foto, nomor punggung, posisi, dan nama Weidenfeller.
Demikian seterusnya setiap pemain diperkenalkan.
Saat menyebut nama Bender, "Pak Tua" Bruno dan kawan-kawan berseru penuh semangat: "Sebentar lagi!"
Benar saja, selanjutnya Norbert Dickel berteriak: "Zhou——!!"
"Yi!!!"
Bruno, orang tua Mark, dan Mark sendiri berteriak sekuat tenaga sampai suara mereka hampir parau.
Sorakan suporter itu jelas terdengar sampai ke lorong pemain.
Teriakan "Zhou Yi!" itu membuat seluruh pori-pori di tubuhnya seakan terbuka, seperti aliran listrik yang menyetrum dari kaki hingga ke ubun-ubun, membuat kulit kepalanya bergidik!
Dia tak bisa menahan tubuhnya yang bergetar.
"Hanya satu perasaan——asyik!"
Inilah rasanya bermain di Westfalenstadion!
Meskipun dia belum mulai bermain...
Tapi dia sudah tidak sabar ingin memulai pertandingan.
Dia merasa mimpinya sedang terwujud setahap demi setahap, dan dalam proses mewujudkannya selalu ada kenangan berharga yang layak disimpan seumur hidup.
Seperti penampilan pertama kali di Westfalen ini.
Inilah pertama kali yang benar-benar layak dirayakan dan dikenang!
……
Saat lagu "Kau Takkan Pernah Berjalan Sendiri" dari tribun selatan perlahan mereda, para pemain dari kedua tim memasuki lapangan.
Zhou Yi mengikuti di belakang Großkreutz, bergerak bersama tim ke depan. Beberapa belas detik kemudian, akhirnya dia menginjakkan kaki di rumput Westfalenstadion.
"Lihat! Itu anak kita!" seru Zhou Jianliang bersemangat sambil menunjuk layar TV.
Di saat yang sama, di depan ribuan layar TV dan komputer di dalam negeri, banyak suporter yang sama bersemangatnya dengan Zhou Jianliang.
Akhirnya, Zhou Yi jadi pemain utama!
Itu pun sebagai pemain utama di Westfalenstadion!
Bagi suporter China yang juga penggemar Borussia Dortmund, ini benar-benar momen bahagia yang tak ternilai.
