"Ah? Ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" Zhou Yi terkejut.
Sebenarnya komunikasi sehari-hari antara dia dan Sahin sangat minim, bahkan bisa dibilang sangat sedikit.
Di tim, Zhou Yi memiliki hubungan baik dengan Großkreutz, juga cukup akrab dengan Götze mengingat mereka pernah bersama-sama di tim muda.
Dengan mayoritas rekan setim pun hubungannya cukup baik.
Begitu pula dengan Sahin.
Tapi tidak semua rekan setim yang baik otomatis menjadi teman dekat.
Hubungannya dengan Sahin juga seperti itu.
Tidak ada konflik antara mereka, tapi juga tidak terlalu dekat.
Jika tidak ada urusan penting, hampir tidak ada interaksi.
Satu-satunya waktu adalah ketika performa Sahin menurun, Zhou Yi terpaksa membagikan pengalamannya secara halus.
Hanya sekali itu.
Selain itu, mereka hanya saling menyapa jika bertemu, jarang mengobrol santai.
Karena itulah dia terkejut Sahin secara aktif ingin membicarakan sesuatu.
Sahin juga tidak bertele-tele, mengangguk lalu langsung masuk ke inti permasalahan.
“Sebenarnya kita berdua tahu, taktik dual-core yang disebutkan itu tetap ada prioritas sekunder, benar kan?” tanyanya.
Zhou Yi mengangguk. Fakta ini sebenarnya sudah dipahami semua orang. Hanya saja taktik ini dinamai dual-core.
"Selama ini, aku yang utama dan kamu sekunder. Tapi untuk pertandingan berikutnya, aku ingin mengubah..." Sahin berkata, "Di pertandingan selanjutnya, aku yang akan jadi pendukungmu."
Zhou Yi menatap Sahin dengan terkejut.
"Tapi pelatih tidak mengatur seperti itu..." ujarnya setelah sadar.
"Itu tidak masalah." Sahin melambaikan tangan. "Pada dasarnya posisi kita bisa dipertukarkan. Kita bisa berdiskusi sendiri. Sudah diputuskan, kamu akan jadi pemain inti di pertandingan berikutnya."
Setelah berkata demikian, Sahin langsung berdiri hendak pergi.
Tak disangka, dari belakangnya Zhou Yi tiba-tiba bertanya: "Apakah kamu akan pergi ke Madrid?"
Sahin berhenti, menoleh ke arah Zhou Yi.
"Semoga beruntung, Nuri. Tempat itu tidak mudah." Zhou Yi tersenyum pada Sahin.
"Terima kasih, Zhou Yi."
Sahin membuka pintu ruang ganti dan pergi.
Memandangi pintu yang telah tertutup, Zhou Yi bergumam seperti melantunkan opera: "Sekali masuk klub besar——dalam seperti laut～～～"
……
"Kami sudah berunding dengan Spanyol, berita ini akan diumumkan setelah musim berakhir." Zorc berkata di kantornya kepada Klopp.
"Hmm..." Klopp mengangguk, namun di hatinya terasa sedikit sendu.
Sahin adalah pemain yang direkrut kembali dari Feyenoord setelah Zhou Yi bergabung dengan Borussia Dortmund. Saat itu pemuda Turki ini tampil sangat baik di Feyenoord, klub Belanda itu berniat membeli Sahin secara permanen, dan Sahin juga mulai tertarik.
Meskipun memulai karier di Borussia Dortmund sejak dini, ia tak pernah mendapat banyak kesempatan, performanya juga kurang konsisten. Terhambat masalah internal Dortmund, ia merasa masa depan kariernya di klub ini tidak begitu cerah.
Klopp sendiri yang menelepon Sahin, menjelaskan betapa penting perannya dalam rencana barunya, sehingga Sahin membatalkan niat meninggalkan Dortmund dan kembali ke klub.
Di bawah bimbingannya, Sahin akhirnya berhasil menjadi pemain inti tim.
Dalam rencana awal Klopp, pemuda Sahin ini akan menjadi tulang punggung Dortmund selama sepuluh tahun ke depan, dan akhirnya menjadi Kapten tim.
Itulah harapannya.
Namun dunia sepak bola penuh kejutan tak terduga, sehingga rencana terbaik pun seringkali tak bisa dijalankan mulus.
Andai Sahin tidak cedera dalam pertandingan melawan Hoffenheim saat itu, Zhou Yi takkan pernah mendapat kesempatan bermain.
Jika Zhou Yi tidak tampil, mungkin Klopp baru akan melihat bakat terpendamnya di musim berikutnya.
Kalaupun Zhou Yi tidak menunjukkan performa gemilang, mungkin Klopp takkan pernah memutuskan untuk menukar Sahin dengan dana transfer besar.
Dan pada awalnya, jika dia tidak secara tidak sengaja melihat pertandingan Zhou Yi di luar lapangan latihan tim muda, mungkin semua kisah setelah itu tidak akan terjadi.
Sahin akan tetap bertahan di Borussia Dortmund, sebagai pemain inti tim, memimpin Dortmund menantang hegemoni Bayern München di Bundesliga.
Sekarang, Sahin ditukar dengan biaya transfer 16 juta euro, kemudian pergi, membuka posisi untuk Zhou Yi.
Ini adalah pembaruan tim dan metabolisme alami. Jika bukan karena sudah ada Zhou Yi, Klopp tidak akan melepas Sahin sebelum menemukan pengganti yang tepat.
"Bagaimana dengan Zhou Yi?" Zorc bertanya lagi kepada Klopp.
Tapi Klopp tidak mengerti, apakah menjual Sahin perlu mempertimbangkan Zhou Yi? Dia bertanya: "Hmm?"
"Musim depan kita akan bermain Champions Eropa, tapi dengan stamina Zhou Yi, apakah dia bisa menghadapi pertandingan dua kompetisi sekaligus?" tanya Zorc.
"Sahin sudah dijual, baru sekarang kamu memikirkan ini?" Klopp tertawa, setelah menggoda Zorc, dia menjelaskan. "Saya sudah mempertimbangkan masalah stamina Zhou Yi, di satu sisi stamina-nya semakin membaik, di sisi lain kita punya pemain lain di posisi gelandang. Setelah kepergian Sahin, yang paling diuntungkan sebenarnya bukan Zhou Yi tapi Götze, dia akan mendapat lebih banyak kesempatan bermain."
"Hmm, tapi kita tetap harus memperkuat lini tengah," kata Zorc.
"Saya setuju," Klopp mengangkat kedua tangannya.
“Bagaimana menurutmu tentang pemain ini?” Sambil berkata demikian, Zorc menggeser sebuah map ke hadapan Klopp.
Klopp mengambilnya dan membuka halaman pertama, menemukan wajah seorang pemain Asia.
“Pemain China lagi?” Ia mengangkat kepala bertanya.
“Bukan. Tentu tidak. Ini pemain Jepang.”
“Oh, perwakilan harga murah kualitas bagus,” Klopp menyindir Jepang dengan santai, lalu melanjutkan membuka halaman berikutnya dan melihat nama pemain tersebut.
“Kagawa... Zhen Si?” Ia berusaha mengeja nama Romanisasi Jepang yang aneh.
“Shinji Kagawa,” Zorc membetulkan pengucapan Klopp, lalu berkata, “Scout kami di Jepang sudah mengamatinya lama, dia pemain muda yang sangat berbakat. Sebenarnya setengah tahun lalu, banyak tim Eropa yang tertarik padanya, tapi dia tetap di Jepang karena ingin bisa bermain di Piala Dunia Afrika Selatan. Dulu pernah dikabarkan akan menjalani trial di Real Madrid dan Barcelona... Tapi sekarang dia tampaknya lebih memilih bergabung dengan kita.”
Sementara Zorc memperkenalkan Shinji Kagawa, Klopp terus memeriksa data pemain tersebut termasuk laporan scout dan statistik performa detail.
Setelah selesai, dia bertanya pada Zorc: “Berapa biaya transfernya?”
“Jika kita menginginkannya, perkiraan saya bisa diselesaikan di bawah 400.000 euro.” Zorc mengacungkan empat jari.
“Benar-benar murah...” Klopp menyeringai. Pemain timnas Jepang, bakat muda yang berpotensi tampil di Piala Dunia, dengan harga semurah ini...
"Baiklah, saya tidak keberatan. Hanya berharap dia bisa sebaik dan semurah produk buatan Jepang." Klopp mengangkat tangan menunjukkan persetujuan.
"Saya sangat percaya dengan mata scout kita di Jepang. Perlu diketahui, sebelumnya dia pernah menemukan pemain jenius lainnya." Zorc tersenyum.
"Siapa?" tanya Klopp.
"Zhou Yi."
Klopp tertegun sejenak sebelum menyadari siapa scout di Jepang yang dimaksud. "Tim Kiste?"
"Ya, dia." Zorc mengangguk.
"Ah, saya juga percaya penilaiannya." Klopp bersiap berdiri untuk pamit, tapi sebelum pergi dia berkata ke Zorc: "Tapi saya harus koreksi, Michael. Zhou Yi bukan ditemukan Tim, melainkan saya."
Dia menunjuk dirinya sendiri, berkata dengan bangga.
……
8 Mei 2010, sore waktu setempat, pukul 21:30 waktu Beijing, pertandingan terakhir Bundesliga dimulai serentak.
Borussia Dortmund bertandang ke markas SC Freiburg.
Di pertandingan ini, Zhou Yi dan Sahin kembali menjadi starter bersama. Namun yang sedikit berbeda dari pertandingan sebelumnya, sejak awal laga Zhou Yi tampak sangat proaktif, terus meminta bola ke rekan setim.
Padahal dalam pertandingan dengan duet inti sebelumnya, Zhou Yi tidak seaktif ini. Dia memposisikan diri sebagai pendukung, membiarkan Sahin mengendalikan ritme permainan terlebih dahulu, baru tampil ketika Sahin membutuhkan bantuan.
Kedua pola permainan dan sikap ini memiliki perbedaan yang cukup mencolok, sehingga pengamat sepak bola yang paham langsung menyadarinya tak lama kemudian.
Marcel Leif merasa heran: "Zhou Yi hari ini tampak... sangat agresif. Sebagai pendukung dalam sistem dua inti, tindakannya sedikit... mengambil alih peran utama?"
Duan Xin juga berkomentar: "Zhou Yi seolah merebut sorotan dan tugas Sahin. Dia berulang kali masuk ke area bek-bek untuk meminta bola, padahal itu wilayah Sahin..."
Tao Wei ikut heran: "Sebenarnya, Zhou Yi selalu dikenal sebagai pemain dengan visi tim yang kuat. Dia rela berkorban untuk kepentingan tim. Jika pelatih membagi tugas berbeda untuk dua inti, dia jarang melanggar batas. Tapi sekarang... dia terus menerus melampaui batas. Apa yang dipikirkan Klopp?"
Belum selesai bicara, siaran pertandingan langsung beralih ke close-up Klopp.
Di layar, Klopp terlihat mengerutkan kening, duduk sambil berbicara dengan asistennya.
……
"Penampilan Zhou Yi hari ini aneh," bisik Klopp ke Buvac sambil memiringkan kepala.
"Aku perhatikan. Dia beberapa kali mundur ke posisi gelandang bertahan, padahal di pertandingan sebelumnya tidak pernah," jawab Buvac sambil mengangguk.
"Kenapa bisa begitu? Dan Sahin sepertinya tidak peduli..." Alis Klopp masih berkerut, ini yang paling membingungkannya.
Zhou Yi mengambil alih tugas Sahin, tapi Sahin tampak sama sekali tidak keberatan.
Ini sangat berbeda dengan rencana yang disusun sebelum pertandingan!
"Aku juga tidak tahu, Jürgen. Menurutmu situasi ini akan membahayakan performa tim?" tanya Buvac.
"Belum tahu. Pertandingan baru saja mulai. Aku perlu observasi lebih lanjut."
"Kalau begitu mari kita amati dulu." Buvac sebagai asisten pelatih yang bertanggung jawab atas taktik di tim pelatih tidak terburu-buru mengambil keputusan.
"Hmm." Klopp mengangguk, matanya semakin fokus menatap lapangan.
