Barrios yang sejak tadi berkeliaran di garis tengah, saat melihat Sahin menengadah mencari dirinya sambil mengayunkan kaki kiri, langsung mengira Sahin kali ini akan memberikan umpan panjang langsung ke arahnya. Maka ia pertama-tama bergerak horizontal sepanjang garis tengah, lalu tiba-tiba mengubah arah dengan berlari zig-zag menuju area depan!
Saat itu ia menoleh melihat bola, namun malah menyaksikan gerakan Zhou Yi yang mengayunkan kaki untuk umpan panjang.
Ia kaget - Kok bola sudah kembali ke kaki Zhou Yi?
"Kalau saja dia tidak baru mulai berlari dan sulit mengerem mendadak, Barrios mungkin sudah langsung berhenti, karena dia tahu ini berarti dia akan berlari sia-sia lagi..."
Zhou Yi tidak mahir dalam umpan silang, hal ini sudah jelas bagi Barrios sejak latihan tim sebelumnya, tidak perlu menunggu pertandingan ini.
Tapi setelah sudah mulai berlari, tidak baik juga jika berhenti di tengah jalan.
Barrios tidak mengurangi kecepatan, tetap berlari menuju target awalnya.
Di belakangnya, bola berputar di udara menuju arahnya.
Saat mendekati Barrios, bola mulai turun dan mendarat tak jauh di depannya.
Barrios tak menyangka titik jatuhnya bola begitu sempurna, dengan sedikit akselerasi dan mengangkat kaki, dia berhasil mengontrol bola!
Setelah mengontrol bola, Barrios mengangkat kepala dan menyadari jaraknya ke gawang SC Freiburg tidak jauh, hanya ada satu bek tengah dan kiper di depannya.
Ini adalah kesempatan yang sangat bagus!
……
"Umpan silang Zhou Yi!" teriak Duan Xin saat Zhou Yi mengoper, meski sebenarnya dia tidak terlalu berharap.
Namun saat melihat Barrios berhasil mengontrol umpan Zhou Yi, dia terkejut lalu berseru: "Umpan silang yang indah! Umpan silang yang presisi! Dia menemukan Barrios dengan akurat! Ini peluang serangan balik sempurna Borussia Dortmund!"
Marcel Leif juga berteriak dari kursi komentator: "Umpan silang Zhou Yi sangat tepat! Borussia Dortmund mendapat kesempatan emas!"
Suara teriakan kaget dan siulan dari suporter SC Freiburg menggema di atas Stadion Solar Mage.
Pemain-pemain SC Freiburg lainnya sedang mundur bertahan mati-matian.
Zhou Yi tidak berlari maju lagi. Saat ini jarak Barrios darinya terlalu jauh. Dengan stamina yang dimilikinya, berlari ke depan hanya akan membuang-buang tenaga tanpa bisa melakukan apapun.
Dia memilih untuk tetap di belakang sambil mengamati bagaimana Barrios akan memanfaatkan umpan yang dia berikan.
Barrios menghentikan bola, membawanya maju beberapa langkah. Mungkin karena sudah bermain lebih dari 70 menit dan stamina menurun, dia tidak mencoba menembus bek lawan melainkan hanya melakukan gerakan tipu, membuka sudut tembakan lalu langsung melepaskan tembakan dari luar area penalti.
Sayangnya tembakan Barrios kali ini kurang akurat. Bola akhirnya melambung melewati mistar gawang...
"Aduh!!" Duan Xin berteriak penuh penyesalan. Betapa dia berharap umpan panjang Zhou Yi itu bisa menghasilkan gol!
Perlu diketahui ini adalah kesempatan langka dimana Zhou Yi berhasil memberikan umpan silang yang akurat!
Sayangnya Barrios menyia-nyiakan peluang emas ini.
Menjadi gelandang mungkin memiliki masalah seperti ini - sebaik apapun umpanmu, bisa saja dihamburkan oleh rekan penyerang.
Tapi memang begitulah sepak bola. Kesalahan dan penyesalan adalah bagian dari permainan ini.
Satu-satunya cara untuk mengurangi kesalahan dan penyesalan adalah dengan meningkatkan kemampuan diri sendiri dan menciptakan lebih banyak peluang.
Marcel Leif juga merasa sangat menyesal untuk Zhou Yi: "Peluang serangan balik yang bagus dari Borussia Dortmund, tapi Barrios gagal! Mereka sebenarnya bisa memanfaatkan ini untuk membalikkan skor..."
Barrios yang kehilangan keseimbangan setelah menembak terbaring di lapangan menyaksikan bola melambung melewati mistar gawang. Ia membalikkan badan, menutupi wajahnya dengan kedua tangan dalam penyesalan.
Kemudian ia bangkit dari tanah, kembali mengacungkan jempol ke arah Zhou Yi.
Kali ini bukan sekadar etika lapangan, ia benar-benar memberikan pujian untuk operan brilian Zhou Yi.
Benar-benar umpan yang luar biasa.
Zhou Yi melambaikan tangan ke Barrios, seolah tak peduli dengan kesempatan yang terbuang.
Justru Sahin di belakang Zhou Yi tampak lebih kecewa dari sang playmaker, seolah-olah dialah yang mengumpankan bola. Menyaksikan tembakan melambung Barrios, Sahin langsung memegangi kepalanya.
Umpan panjang yang begitu indah... Sayang sekali!
……
"Sungguh disayangkan!" teriak Buvac di luar lapangan. "Barrios menendang terlalu keras!"
Klopp menggelengkan kepala: "Mungkin dia kehabisan tenaga. Tarik dia keluar."
Lima menit kemudian, Barrios digantikan oleh Valdes.
Sementara Zhou Yi tetap bertahan hingga pertandingan usai.
Akhirnya, Borussia Dortmund bermain imbang 1-1 dengan SC Freiburg di kandang lawan. Jika Barrios tidak menyia-nyiakan operan Zhou Yi, mungkin Dortmund bisa membawa pulang tiga poin dan menutup musim yang penuh gejolak ini dengan kemenangan.
Tapi inilah sepak bola.
Terkadang, bola tidak selalu bergulir atau terbang sesuai harapanmu, mungkin sedikit melenceng.
Jadi agar bola tidak selalu melenceng di momen krusial, perlu usaha lebih keras dalam latihan.
Setelah pertandingan, ketika wartawan China bertanya apakah Zhou Yi menyesali kesia-siaan peluang oleh Barrios, Zhou Yi menggelengkan kepala: "Tidak ada yang perlu disesali."
"Tapi jika gol Barrios itu masuk, kalian bisa memenangkan pertandingan ini..." tanya wartawan.
"Sebenarnya kami punya beberapa peluang lain yang jika bisa dimanfaatkan, tidak perlu mengandalkan gol Barrios untuk menang." Jawaban Zhou Yi membuat wartawan bingung melanjutkan pertanyaan.
Melihat para wartawan tidak bertanya lagi, Zhou Yi melambaikan tangan dan pergi.
Demikianlah Zhou Yi menyelesaikan seluruh pertandingan resminya di musim 209-2010.
Musimnya telah berakhir.
……
Namun ketika Zhou Yi membayangkan pulang kampung dengan penuh kemenangan, baru masuk ruang ganti ia langsung dikenyahkan oleh kenyataan dari Klopp.
"Hei, Zhou Yi." Klopp menahan langkahnya.
"Apa kabar, pelatih? Ada perlu apa?" Zhou Yi berhenti.
“Begini... Ada rencana apa untuk liburanmu?”
“Aku berencana pulang ke rumah.”
“Hmm, memang sebaiknya kamu pulang.” Klopp mengangguk, lalu mengubah topik. “Tapi bisakah kamu menunda lagi rencana pulangmu?”
Zhou Yi memandangnya dengan terkejut, sama sekali tidak mengerti maksud perkataan pelatih.
“Begini, tim pelatih telah menyusun program latihan khusus untukmu yang membutuhkan waktu penyelesaian. Latihan ini bertujuan meningkatkan kondisi fisikmu, termasuk stamina dan kekuatan. Kami berencana menggunakan waktu liburan untuk melatihmu...”
“Tapi stamina saya sudah membaik, lihat saja saya bisa bermain penuh 90 menit di pertandingan ini. Dan saya tidak terlalu lelah...” Zhou Yi membuka tangannya, napasnya masih teratur.
“Ya, tapi setelah mengerahkan seluruh tenaga di satu pertandingan, bisakah kamu bermain 90 menit lagi dengan kondisi sama di pertandingan berikutnya?” tanya Klopp.
Menghadapi pertanyaan Klopp, Zhou Yi bingung menjawab. Ia sangat paham kemampuan fisiknya memang belum memadai, tapi enggan mengakuinya secara terbuka. Dirinya sangat ingin pulang - sejak November 2008 sampai sekarang, satu setengah tahun ia belum kembali ke rumah, hanya bisa melihat orang tuanya lewat panggilan video melalui internet.
Setelah kesegaran pertama tinggal di Jerman berlalu, kerinduan pada orang tua di kampung halaman semakin menumpuk. Rencana awal pulang setelah musim kompetisi berakhir tiba-tiba terancam batal. Bagaimana mungkin ia menerima kenyataan ini?
"Musim depan, kita tidak hanya harus bermain di liga domestik, tapi juga berpartisipasi di Champions Eropa. Tapi dengan stamina Anda saat ini, bahkan bermain 90 menit penuh secara berturut-turut di liga saja sudah sulit, apalagi pertandingan ganda. Atau Anda ingin saya mencoret Anda dari daftar registrasi salah satu kompetisi? Pilihlah, tidak main liga atau tidak main Champions Eropa?"
Klopp mengeluarkan senjata pamungkas.
Bagi Zhou Yi, Champions Eropa adalah panggung yang didambakannya. Saat masih menjadi suporter pelajar dulu, dia hanya bisa menonton siaran langsung Champions Eropa lewat TV dan internet. Baginya, Champions Eropa adalah panggung tertinggi klub sepak bola, kehormatan tertinggi bagi pemain profesional selain Piala Dunia.
Bisa bermain di Champions Eropa? Hanya membayangkannya saja sudah membuat bergairah, mana mungkin mau melepasnya?
Liga jelas juga tidak bisa dikorbankan. Liga adalah dasar, lagipula berapa banyak pertandingan Champions Eropa dalam setahun? Liga ada tiga puluh empat pertandingan...
Yang lebih penting - kenapa saya harus memilih satu dan mengorbankan yang lain?
Karena tidak ingin mengorbankan keduanya, Zhou Yi mungkin terpaksa harus menerima pengaturan Klopp ini.
Melihat Zhou Yi masih ragu-ragu, Klopp merendahkan suaranya: "Saya kasih tahu informasi, musim depan Sahin akan pergi."
Tapi Zhou Yi tidak terkejut.
"Anda sudah tahu?" Klopp justru terkejut.
"Saya menebaknya," kata Zhou Yi. "Sebelum pertandingan ini, Nuri tiba-tiba bilang ingin saya jadi inti utama dalam pertandingan ini, dia yang jadi sekunder."
Klopp mengusap dagunya setelah mendengar: "Pantas saja……"
Semua situasi yang terlihat dalam pertandingan akhirnya menemukan jawabannya.
"Jadi kamu tahu mengapa Sahin melakukan ini?" tanyanya.
Zhou Yi mengangguk.
"Musim depan kita hanya punya satu inti, kamu akan menjadi pusat tim. Jika inti tim bahkan tidak bisa menjadi starter secara konsisten, inti seperti itu dan tim yang mengandalkannya hanya akan jadi bahan tertawaan." Klopp melanjutkan dengan semangat. "Borussia Dortmund yang bermain di dua kompetisi membutuhkan inti dengan stamina prima. Itulah mengapa aku menyiapkan program latihan ekstra untukmu di musim panas."
Setelah berkata demikian, dia menatap Zhou Yi.
Zhou Yi tak bisa membalas. Apa lagi yang bisa dikatakannya?
Bisakah dia menolak?
Tidak.
Dia tidak bisa mengatakan kepada pelatih yang mempercayainya: "Maaf, aku tidak layak jadi inti. Aku hanya ingin pulang menemui orang tua, jadi cari saja orang lain."
Ini bukan omong kosong?
Untuk apa dia meninggalkan kampung halaman dan datang ke Dortmund, Jerman?
Bukankah untuk mewujudkan ambisinya di sepakbola profesional?
Sekarang kesempatan ada di depan mata, bagaimana mungkin dia tidak merebutnya?
Di bawah tatapan Klopp, Zhou Yi menghela napas: "Baik, Pelatih. Aku akan ikuti latihanmu."
Melihat Zhou Yi menyetujui rencananya, Klopp dengan bersemangat memeluknya: "Aku suka anak sepertimu, Zhou Yi! Aku jamin liburan ini akan membawa manfaat seumur hidup bagimu!"
"Zhou Yi nyaris tercekik dalam pelukan Klopp... Ia meronta sambil berkata: 'Tapi... musim panas depan, Pelatih pasti... harus mengizinkanku pulang!'"
Ucapannya terdengar menyedihkan seperti narapidana di penjara, ditambah gerakan meronta yang sesak nafas, benar-benar membuat orang lain merasa kasihan...
Klopp tertawa terbahak-bahak sambil menepuk-nepuk punggung Zhou Yi, "Tentu saja, tidak masalah!"
Maka demikian, musim 2009-2010 Zhou Yi berakhir, meskipun musim 2010-2011-nya sebenarnya sudah dimulai lebih awal...
