Latihan Zhou Yi terus berlanjut. Selama periode ini, universitas Kottane dan Hannah juga libur. Hannah sudah merencanakan perjalanan jauh, jadi begitu liburan tiba, setelah makan bersama Zhou Yi dan Kottane, dia berangkat dengan harapan menemukan cinta sejati dalam perjalanannya.
Kottane mengolok-oloknya dengan menyebut ini "tur seks Eropa".
Sementara Kottane sendiri, setelah liburan, tidak ada alasan untuk tetap tinggal di sini, akhirnya pulang ke kampung halaman.
Kini rumah itu hanya ditempati oleh Zhou Yi seorang diri.
Meskipun lebih bebas, terkadang Zhou Yi merasa sedikit kesepian.
Terutama setelah dia berlatih seharian dan kembali ke tempat tinggal dalam keadaan lelah, yang menyambutnya hanyalah kamar yang gelap dan sepi. Perasaan itu memang tidak terlalu enak.
Di saat seperti ini, Zhou Yi harus mengumpulkan tenaga untuk membuat makan malam sederhana sendiri agar perutnya kenyang.
Mengapa tidak makan malam di basis pelatihan sepak bola?
Karena sekarang sudah masa liburan, basis pelatihan sepak bola yang sudah menyediakan makan siang untuk Zhou Yi sendirian saja sudah cukup baik. Mereka sama sekali tidak menyediakan makan malam, jadi Zhou Yi harus pulang dengan perut kosong. Setelah makan, Zhou Yi biasanya malas mencuci peralatan masak dan langsung pergi ke kamarnya untuk berbaring.
Di saat-saat seperti ini, Zhou Yi merasa hidup sendirian masih memiliki beberapa ketidaknyamanan.
Dulu ketika Kottane atau Hannah masih ada, jika dia tidak sempat masak, dia masih bisa ikut makan masakan mereka. Atau saat intensitas latihan tidak terlalu berat, dia masih bisa makan di luar. Tapi sekarang setelah pulang dari basis pelatihan sepak bola, dia sudah terlalu lelah untuk bergerak, apalagi pergi makan di luar.
Dalam hal makanan, dia hanya bisa membuat sesederhana mungkin. Untungnya makan siang di restoran basis pelatihan sepak bola memiliki gizi seimbang, beragam, dan porsinya juga cukup.
Tapi tentu akan lebih baik jika nutrisi makan malam juga bisa memadai.
Hari-hari dimana seseorang bisa berkeliaran di dalam rumah hanya dengan mengenakan celana dalam seperti ini sudah berlangsung hampir seminggu.
Sampai suatu hari, Zhou Yi mengakhiri latihan, kembali ke tempat tinggalnya dengan kelelahan, membuka pintu menggunakan kunci, Zhou Yi merasa ada yang berbeda.
Setelah diamati lebih seksama, ternyata ruangan menjadi rapi dan bersih.
Perlu diketahui, selama dia tinggal, tempat ini semrawut seperti sarang anjing. Bukan karena Zhou Yi malas atau tidak peduli kebersihan, tapi dia tak punya waktu dan tenaga untuk membersihkan. Baju-baju berserakan di mana-mana, termasuk celana dalam, wastafel dapur penuh tumpukan panci dan piring kotor yang belum sempat dicuci selama beberapa hari.
Tapi hari ini, begitu masuk, Zhou Yi tidak melihat kaos kotor yang dia lempar ke lantai pagi tadi, juga tidak menemukan kaus kaki bau dan celana pendek yang menumpuk di sofa.
Lantai bersih tanpa barang berserakan. Sofa yang sebelumnya penuh kini rapi.
Sesaat, Zhou Yi bahkan mengira dia masuk rumah yang salah.
Di saat itu, Kottane menyembul dari dapur, pandangan mereka bertemu.
"Hah?" Zhou Yi terkejut melihat Kottane. "Kenapa kamu?"
"Ada keberatan?" Kottane melangkah keluar sambil memegang pisau.
"Eh, tidak, tidak ada." Zhou Yi cepat-cepat menggeleng. Bercanda, lebih baik tidak memancing orang yang sedang memegang senjata. "Aku cuma heran... Universitas belum buka kan? Bukannya kamu harusnya tinggal di rumah?"
"Aku bertengkar dengan ibuku, jadi kembali ke sini."
"Kalian lagi..." Ekspresi Zhou Yi menunjukkan kekecewaan.
Saat dia masih tinggal di rumah Mark, Zhou Yi tidak hanya sekali mendengar pertengkaran antara Kottane dan ibunya Nyonya Wagner. Setiap kali bertengkar, Kottane biasanya akan menghilang untuk waktu yang lama. Belakangan, setelah tinggal bersama Kottane, Zhou Yi baru tahu ke mana dia pergi selama itu.
Isi pertengkaran mereka berdua ibu dan anak juga seputar etika keluarga. Nyonya Wagner adalah wanita yang sangat ingin mengendalikan segalanya, di rumah dialah kepala keluarga. Suaminya yang pendiam, Pak Wagner tua, adalah orang baik tapi kurang punya kehadiran.
Ibu yang dominan melahirkan putri yang juga dominan, jadi wajar jika ada konflik. Hal-hal sepele dalam kehidupan sehari-hari bisa memicu pertengkaran jika keduanya bersikukuh. Awalnya Zhou Yi merasa canggung, tapi lama-lama terbiasa seperti Mark yang tidak punya perasaan. Mereka bertengkar di lantai bawah sampai lantai bergetar, Zhou Yi dan Mark tetap tenang bermain game.
Jadi sekarang mendengar Kottane bertengkar lagi dengan Nyonya Wagner, Zhou Yi tidak terkejut, hanya merasa kesal.
"Kamu sudah makan di luar?" Kottane tidak mempermasalahkan sikap Zhou Yi, malah bertanya padanya.
"Belum..." Zhou Yi menggeleng.
"Bagaimana kalau steak?"
"Apa?" Zhou Yi tidak mengerti.
“Aku tanya mau makan steak untuk makan malam gimana?” Kottane juga tidak tahu apakah Zhou Yi pura-pura tidak mengerti, menahan keinginan untuk melirik ke atas, lalu menjelaskan pada Zhou Yi.
“Ah, tidak masalah, bagus sekali, sudah lama aku tidak makan daging sapi di malam hari...” Zhou Yi menjadi gembira, meskipun pertengkaran Kottane dengan ibunya bukan hal baik, tapi setidaknya dia bisa makan enak. “Cuma bisa makan spaghetti bolognese Italia."
“Kelihatan sih.” Kottane menyeringai. “Tong sampah dapur penuh kemasan spaghetti dan saus bolognese."
Hal ini membuat Zhou Yi merasa malu sekaligus teringat sampah di wastafel dapur, lalu dia buru-buru lari ke dapur.
Kottane tentu tahu maksudnya, mengangkat tangan berkata: “Jangan cari-cari, sudah aku cuci."
“Emm, terima kasih.” Kottane hari ini terlalu baik, Zhou Yi sampai bingung harus berkata apa.
“Jangan berterima kasih, kalau tidak dicuci aku tidak bisa masak makan malam di situ.” Kottane sama sekali tidak bermaksud membantu Zhou Yi.
Zhou Yi tersenyum canggung bertanya: “Kalau baju-baju di luar..."
“Semua di kamarmu."
Zhou Yi agak kecewa, dikiranya Kottane sudah mencucikan semuanya.
Tapi tidak dicuci juga lebih baik, ada beberapa celana dalam yang belum sempat dicuci, Zhou Yi benar-benar tidak bisa membayangkan Kottane mencuci celana dalamnya...
"Ada yang masak, Zhou Yi tidak perlu khawatir kelaparan." Dia melempar tasnya, masuk ke kamarnya, mengumpulkan pakaian kotor dan memasukkannya ke mesin cuci. Sambil mesin berputar, dia mulai membersihkan kamarnya - Kottane sudah merapikan ruang tamu, dapur, toilet, dan kamarnya sendiri, tapi tidak mungkin masuk ke kamar Zhou Yi. Jadi bagian ini harus dia urus sendiri.
Meski lelah setelah latihan seharian, bayangan steak lezat yang akan segera disantap membuat kekuatan baru mengalir di tubuh Zhou Yi. Membersihkan kamar pun terasa tidak melelahkan lagi.
Tepat saat dia selesai, Kottane mengangkat steak ke meja makan.
Melihat steak masih mengepul dan mengeluarkan aroma menggoda, Zhou Yi langsung ingin menyambar. Tapi Kottane melotot: "Apa kamu tidak merasa harus cuci tangan dulu sebelum makan?"
"Eh." Baru ingat tangannya masih kotor setelah membersihkan kamar, Zhou Yi pun menurut pergi cuci tangan.
Usai mencuci tangan, dia membantu Kottane membawa piring-piring di dapur, berusaha tampak sangat membantu.
Setelah hampir dua minggu makan spaghetti bolognese Italia, Zhou Yi merasa Kottane yang mau memasak steak bagai malaikat. Biasanya suka saling sindir, sekarang sama sekali tidak. Atau lebih tepatnya... tidak berani. Dia takut kalau bersikap seperti biasa, hanya bisa melihat Kottane menikmati steak sendirian.
……
Tubuh yang terlalu lelah ditambah masakan Kottane yang memang lezat, membuat Zhou Yi melahap dengan lahap. Cepat sekali ia menghabiskan steak di piringnya, bahkan semua lauk pendamping pun habis tak tersisa.
Lalu ia menatap kosong ke arah piring Kottane.
Matanya mengamati gerakan Kottane memotong steak. Melihatnya menggunakan pisau dan garpu secara kombinasi untuk memotong sepotong kecil dari steak besar, mencelupkannya sebentar ke dalam saus, kemudian membuka bibir merahnya dengan anggun. Garpu mengantarkan potongan daging sapi yang berlumuran saus ke mulutnya. Bibirnya menutup rapat sambil menggigit daging dan garpu, lalu perlahan menarik garpu keluar...
Zhou Yi tak kuasa menelan air liur.
Kottane yang sedang mengunyah berhenti mendengar suara itu. Ia menatap Zhou Yi: "Masih mau makan?"
Zhou Yi cepat-cepat menggelengkan tangan: "Tidak, tidak..."
"Oh." Kottane menunduk dan melanjutkan memotong steaknya.
Zhou Yi sebenarnya hanya ingin bersikap sopan. Tak disangka Kottane langsung percaya. Ia pun tak bisa berkata apa-apa lagi, hanya bisa terus memperhatikan Kottane menyantap makanannya.
Setelah memakan dua potong lagi, Kottane meletakkan pisau dan garpu. "Aku kenyang."
"Lho? Tapi ini belum habis..." Zhou Yi terkejut.
"Tidak sanggup menghabiskannya." Kottane mulai membersihkan mulutnya dengan serbet makan.
“Itu…” Mata Zhou Yi sepenuhnya tertarik pada steak sisa setengah di piring. Sebenarnya dia belum kenyang, latihan intensif setiap hari membutuhkan asupan energi besar.
“Kalau tidak jijik, ambil saja.” Usai berkata demikian, Kottane berdiri merapikan piring.
Zhou Yi ragu sejenak, akhirnya mengambil piring Kottane dan memindahkan steak sisa ke piringnya sendiri…
Kemudian terdengar suara gesekan pisau memotong daging dan suara kunyahan lahap.
Kottane yang membawa piring kosong menuju dapur mendengar suara itu, tak bisa menahan senyum tipis.
……
Saat Kottane selesai mencuci piring, Zhou Yi juga telah menghabiskan makannya. Dia membawa piring ke dapur. Kottane hendak mengambilnya, tapi Zhou Yi menghindar: “Aku sendiri saja, aku sendiri saja.”
Sambil berkata demikian, dia berjalan ke wastafel dan mulai mencuci piring sendiri.
Melihat Zhou Yi benar-benar melakukannya sendiri, Kottane tidak pergi. Dia berdiri di samping dengan penuh minat mengamatinya.
“Mencuci piring saja ditonton?” Zhou Yi merasa tidak nyaman dengan pandangan itu.
“Hmm, orang biasa mencuci piring memang tak menarik. Tapi bintang sepak bola mencuci piring jadi lumayan menghibur.” Kottane bercanda.
“Ngomong-ngomong kayak bintang sepak bola nggak perlu makan minum atau ke toilet gitu.” Zhou Yi melirik ke atas. “Pemain bola juga manusia oi? Mereka sama kayak kamu, tinggal di bumi ini, bernapas pake udara, makan minum, juga harus BAB, BAK dan tidur. Jangan kamu jadikan kami monster!”
Mendengar Zhou Yi membela dirinya dengan serius, Kottane tertawa.
Sebenarnya setelah bertengkar dengan ibunya, suasana hatinya sangat buruk karena pergi ngambek.
Pulang ke rumah sewaan dan melihat keadaan dalam rumah yang berantakan, pasti moodnya juga nggak bakal bagus.
Setelah membereskan ruang tamu, dapur dan toilet yang akan dipakainya dengan sabar, Kottane sedang hendak masak makan malam saat Zhou Yi kembali.
Memikirkan bungkus-bungkus saus daging tomat di tempat sampah, Kottane merasa kehidupan Zhou Yi memang sangat sulit. Karena kasihan, dia membuatkan makan malam untuknya.
Tapi sekarang, dia merasa setidaknya moodnya membaik ketika bersama Zhou Yi.
Bagi yang baru saja bertengkar dengan keluarga, ini sangat penting.
