Pagi hari berikutnya, Zhou Yi bangun dan melihat sarapan sudah tersaji di meja. Awalnya dikira milik Kottane, tapi setelah selesai mandi, Kottane muncul membawa piring sarapan yang sama persis lalu duduk di seberang untuk makan.
Dia langsung membeku.
Sebuah pikiran yang tidak masuk akal muncul di kepalanya.
Kottane melihatnya masih berdiri diam, lalu berkata padanya: "Kalau sudah selesai langsung sarapan."
Pikiran mustahil dalam benak Zhou Yi berubah menjadi kenyataan...
Ia berkata pada Kottane dengan heran: "Ini... sejak kapan kamu jadi baik begini?"
Kottane melirik ke atas, mengulurkan tangan ke piring Zhou Yi: "Kalau tidak mau makan tidak usah."
Zhou Yi yang gesit langsung menyambar, ingin menahan piring, tapi malah menangkap tangan Kottane.
Dia terkejut sejenak, lalu cepat-cepat melepas tangan sambil berkata: "Jangan, aku mau makan... Aku hanya heran, semalam kamu masak makan malam, pagi ini sarapan lagi..."
Selanjutnya dia ragu-ragu mengatakannya.
Tapi Kottane mengulurkan tangan pada Zhou Yi: "Kamu pikir ini gratis? Aku akan menagih bayaran."
Mendengar ini, Zhou Yi malah lega - ini perilaku normal Cortana, akhirnya dia berani menyantap makanan dengan tenang.
Kalau tidak, dia takut setelah makan Kottane akan mengajukan permintaan yang menyulitkannya.
Masalah uang bukan masalah bagi Zhou Yi. Meski gajinya paling rendah di Borussia Dortmund, biaya jasa untuk Kottane masih mampu dia bayar.
Setelah makan, Zhou Yi memanggul tasnya, meninggalkan tempat tinggal menuju basis pelatihan sepak bola untuk latihan hari baru.
Berbeda dengan perasaan seperti menuju tempat eksekusi sebelumnya, setelah menyantap sarapan lezat buatan Kottane, Zhou Yi merasa seluruh tubuhnya dipenuhi energi. Terutama ketika membayangkan steak harum yang mungkin bisa dinikmatinya lagi malam nanti, hari ini terasa tidak terlalu menyiksa.
Saat latihan, pelatih fisik Bartlett terheran-heran dengan kondisi Zhou Yi hari ini: "Hei Zhou, kurasa kamu lebih bersemangat hari ini, ada apa?"
Zhou Yi hanya tersenyum tanpa menjawab.
Memang sulit baginya menjelaskan alasan sebenarnya kepada pelatih.
Tapi bagaimanapun, suasana hatinya yang baik secara alami menghasilkan efek latihan yang optimal.
Demikianlah latihan terus berlanjut hari demi hari. Setiap hari Zhou Yi menikmati sarapan dan makan malam buatan Kottane. Dengan asupan energi yang cukup, hasil latihannya semakin membaik. Tidak hanya stamina, kekuatan fisiknya juga meningkat signifikan, mungkin berkat steak lezat yang dikonsumsinya setiap malam.
Namun hari-hari indah ini tidak bertahan lama. Seminggu kemudian, Kottane pun kembali ke rumahnya.
Tapi Zhou Yi tidak menganggap ini hal buruk. Pertengkaran antara putri dan ibu itu wajar, tapi jika setelah marah lalu kabur dan tidak pulang sama sekali justru tidak normal. Keadaan sekarang justru membuktikan Kottane normal. Mampu pulang berarti kemarahannya dengan sang ibu sudah terlampiaskan, hubungan mereka bisa kembali harmonis. Bukankah ini sesuatu yang baik?
Mengenai masalah makan sendiri, sebenarnya tidak terlalu penting...
……
Sementara Zhou Yi berlatih, peristiwa besar sepakbola dunia tahun 2010 - Piala Dunia Afrika Selatan - juga dimulai di ujung selatan benua Afrika yang jauh.
Piala Dunia kali ini tetap tidak ada hubungannya dengan sepak bola Tiongkok, karena Timnas Tiongkok sudah lama tersingkir. Saat Piala Dunia dimulai, beberapa suporter China tidak tahan berfantasi: Jika sejak awal ada Zhou Yi, mungkinkah Tim China bisa lolos ke Piala Dunia?
Topik ini memicu perdebatan cukup besar di internet.
Terutama di musim panas 2010, munculnya Weibo (microblog) di jaringan internet China menjadi arena penting interaksi sosial online. Perdebatan ini terjadi di platform media sosial baru tersebut.
Semua orang menyuarakan pendapat mereka tentang sepak bola Tiongkok.
Pihak resmi Weibo juga paham bagaimana memanfaatkan topik panas ini, bahkan meluncurkan polling resmi yang semakin membakar semangat partisipasi masyarakat.
Hasil polling akhir menunjukkan lebih banyak orang yang pesimis.
Mereka tidak percaya penambahan Zhou Yi saja bisa membawa Tim China lolos ke Piala Dunia Afrika Selatan.
Belum lagi membicarakan kekacauan manajemen timnas saat itu, hanya dari aspek kompetisi sepak bola: Zhou Yi adalah pemain yang ahli dalam memberi umpan, tapi sebaik apapun operannya, tetap perlu ada yang bisa mengubah umpan itu menjadi gol?
Banyak suporter berpendapat di timnas, tidak ada yang bisa melakukan kombinasi dengan Zhou Yi. Mereka hanya akan menyia-nyiakan peluang yang diciptakan Zhou Yi berulang kali.
Jujur saja, sepak bola Tiongkok tiba-tiba memiliki seorang jenius seperti Zhou Yi, tetapi masih kekurangan lebih banyak talenta yang sepadan dengannya. Sekalipun Zhou Yi tampil luar biasa, tetap tidak ada gunanya.
Jadi meskipun ada Zhou Yi, di musim panas tahun ini kita tetap hanya akan menjadi penonton biasa.
Ini benar-benar hasil yang menyedihkan, seolah-olah sepak bola Tiongkok tidak pernah bisa bangkit selamanya.
……
Zhou Yi di Jerman, meskipun fokus pada latihan setiap hari, atmosfer Piala Dunia tetap mempengaruhinya tanpa henti.
Di jalan-jalan Borussia Dortmund, poster promosi Timnas Jerman terlihat di mana-mana, orang-orang melintas di sampingnya mengenakan jersey Timnas Jerman.
Pada momen ini, tidak ada Borussia Dortmund di sini, hanya ada Timnas Jerman.
Setelah latihan seharian, Zhou Yi pulang ke rumah. Meski sangat lelah, dia tetap menyalakan TV untuk menonton pertandingan Piala Dunia.
Sebagai pemain profesional, menonton pertandingan tingkat tinggi juga merupakan cara untuk mengumpulkan pengalaman.
Keesokan harinya saat latihan, pelatih akan berdiskusi dengannya tentang pertandingan sehari sebelumnya, tentu saja fokus utamanya adalah stamina. Misalnya berapa kilometer seorang pemain berlari dalam pertandingan kemarin, bagaimana lari tersebut membantu penampilannya dan timnya.
Melalui contoh nyata untuk menjelaskan kepada Zhou Yi standar persyaratan mobilitas dalam sepak bola modern.
Dulu mengira pemain yang bisa berlari 10 km dalam satu pertandingan sudah dianggap manusia super tangguh.
Tapi sekarang tampaknya, seorang pemain, terutama gelandang, berlari sejauh 10 kilometer dalam pertandingan hanyalah standar biasa untuk pemain bagus, sama sekali tidak bisa dianggap luar biasa. Sedangkan gelandang-gelandang yang memiliki stamina lari ekstra, mana ada yang tidak mencapai 11-12 kilometer ke atas?
Di dunia virtual, Zhou Yi menemukan bahwa seiring peningkatan staminanya, umpan panjang menjadi semakin penting.
Dulu karena stamina-nya tidak terlalu baik, area pergerakannya sangat terbatas. Meski selalu berlari, area aktivitasnya pada dasarnya hanya di bagian tengah lapangan, paling jauh bergerak naik-turun. Jarang ke sayap karena kemampuan umpan silangnya buruk - kalau ke sayap tidak bisa memberikan umpan silang berkualitas, sementara dia tetap perlu kembali ke tengah. Makanya Zhou Yi jarang berpindah ke sisi lapangan secara ekstrem selama pertandingan.
Namun seiring bertambahnya stamina, area pergerakannya dalam pertandingan juga meluas.
Peningkatan kemampuan berlari berarti dia bisa mencapai lebih banyak area di lapangan.
Tapi sekuat apapun kemampuan larinya, tak mungkin melebihi sepak bola. Jadi selalu ada area dimana bola bisa sampai tapi dia tidak, misal saat dia berada di depan garis bek sendiri tapi ada kesempatan di area penalti lawan. Bagaimana dia menghadapinya?
Seperti dulu, mengirim bola dengan operan pendek dan pergerakan posisi untuk menerima? Kesempatan itu akan hilang. Dalam sepak bola situasi berubah cepat, beberapa peluang hanya muncul sesaat - jika tidak diambil, lenyaplah.
Di saat seperti ini, jika Zhou Yi memiliki umpan panjang akurat, dia bisa langsung mengirim bola dari lini belakang ke zona target, memungkinkan rekan setimnya memanfaatkan peluang itu.
“Jadi kebutuhan akan umpan silang berbanding lurus dengan peningkatan kemampuan berlari.”
Setelah menyadari hal ini, Zhou Yi berlatih lebih keras dalam teknik umpan silang di dunia virtual.
Di dunia nyata, ia terus mengasah fisiknya, sementara di dunia virtual ia bisa fokus sepenuhnya pada latihan teknik.
Ini merupakan metode yang baik untuk mengintegrasikan dunia virtual dengan realitas.
Dulu orang menggambarkan kerja keras seseorang dengan mengatakan "dia berlatih saat orang lain tidur". Sekarang Zhou Yi benar-benar pantas mendapat julukan itu.
……
Pada tanggal 30 Juni, ketika Zhou Yi menyelesaikan latihan kekuatan di gym hari ini, Bartlett dan Wang Le muncul bersamaan di hadapannya.
“Selamat, Zhou Yi. Kamu telah menyelesaikan latihan khusus yang kami siapkan, kamu berhasil keluar dari 18 lapis neraka.”
Saat Bartlett tersenyum dan mengucapkan kata-kata tersebut, Zhou Yi terdiam membeku.
“Jadi mulai besok kamu tidak perlu datang lagi. Kamu bisa beristirahat sampai bergabung dengan tim,” Wang Le juga tersenyum lebar.
Baru saat itu Zhou Yi tersadar. Wajahnya berseri ingin bersorak gembira.
Tapi lututnya gemetar dan tubuhnya ambruk di atas matras gym.
Padahal setelah latihan tadi masih bisa berdiri, kini seluruh tubuhnya terasa lemas tak berdaya.
Melihat keadaannya, kedua pelatih kaget: “Kamu baik-baik saja, Zhou Yi?”
“Tidak, tidak,” Zhou Yi cepat-cepat menggeleng, “Hanya terlalu gembira, belum sempat mengolah perasaan... Ha!”
"Melihat Zhou Yi bisa bercanda normal, kedua pelatih baru lega. Kemudian Bartlett mengulurkan tangan ke Wang Le: 'Serahkan.'"
"Ck, harus dibahas sekarang juga?" Wang Le menyeringai.
"Tentu, takut nanti kamu mengingkari janji. Di depan pemain, kamu pasti tidak berani." Bartlett menggerakkan jarinya.
Wang Le akhirnya mengeluarkan setumpuk uang dari saku celana dengan enggan, lalu mengambil selembar uang 100 euro dan menepaknya di telapak tangan Bartlett.
Zhou Yi bingung: "Apa yang kalian lakukan, Pelatih?"
"Hehe, begini Zhou Yi. Saat menyusun program latihan ini, kami bertaruh. Florian mengira kamu tidak akan sanggup bertahan." Bartlett menunjuk ke Wang Le.
"Waktu itu siapa yang percaya kamu bisa bertahan? Kami sudah siap mental kalau kamu menyerah di tengah jalan. Latihan ini terlalu ekstrem, makanya kami menyebutnya 'neraka'?" Wang Le mengeluh, "Tapi siapa sangka tubuh kurusmu punya energi mengerikan! Kamu benar-benar menyelesaikannya! Tidak menyerah! Benar-benar tidak masuk akal..."
Wang Le menggeleng sambil berkata "ck ck" penuh kekaguman.
“Benar, benar. Penampilanmu membuat kami terkesan. Sekarang aku sangat berharap untuk masa depanmu, Zhou Yi. Menurutku kamu bisa mencapai level yang tak terduga oleh siapa pun sebelumnya...” Bartlett juga memuji habis-habisan karena Zhou Yi telah memenangkannya 100 euro.
Tapi Zhou Yi menangkap poin pentingnya, dia bertanya kepada kedua pelatih: "Tunggu, Pelatih. Maksud kalian... latihan ini dari awal memang bisa dihentikan di tengah jalan?"
Wang Le menunjukkan ekspresi "kamu bodoh ya?": "Tentu saja, setiap program latihan punya risiko. Kami akan menilai risikonya berdasarkan kondisi fisikmu. Jika kami anggap fisikmu tidak bisa bertahan, atau kamu sendiri merasa tidak sanggup melanjutkan, maka latihan akan dihentikan. Bagaimana kalau kami sampai merusak kondisimu?"
Zhou Yi terlihat bingung: "Jadi jika aku merasa tidak sanggup, bisa minta menghentikan latihan?"
"Ya." Bartlett mengangguk, lalu menoleh ke Wang Le, "Tapi kalau diingat sekarang, sepertinya kita juga cukup beruntung. Badan kecil Zhou Yi ini bisa tahan dihajar seperti ini tanpa masalah, itu benar-benar mukjizat..."
"Iya, iya. Sekarang kalau dipikir-pikir aku masih merinding. Ke depannya kita tidak boleh main-main seperti ini lagi... Tapi bukankah ini membuktikan potensi manusia itu tak terbatas, Oliver?"
"Hmm, ada benarnya juga ucapanmu itu, Florian. Menggali potensi seseorang sampai batas maksimal, melihat sejauh apa dia bisa bertahan, memang memberi kepuasan tersendiri..."
Mendengar percakapan kedua orang itu yang seolah tak ada orang lain, Zhou Yi ingin menangis tapi tak keluar air mata—katanya profesional! Profesional! Kok kedengarannya sama sekali tidak profesional begini!
Selain itu... "Kenapa tidak ada yang memberitahuku bisa menyerah di tengah jalan?!" teriaknya.
Dua orang yang sedang mengobrol itu serentak menoleh dan berkata, "Kalau diberitahu, mungkin kamu sudah menyerah sejak hari kedua."
"Apa aku orang yang tidak punya tekad?" Zhou Yi membantah.
"Ya." Jawaban Wang Le tegas.
"Kalau tidak memaksamu ke situasi sulit, kami mungkin tidak akan pernah tahu seberapa besar potensimu, Zhou Yi." Bartlett tersenyum ramah.
Senyumnya di mata Zhou Yi sudah setara dengan "licik tua yang berpengalaman"...
