Seiring kembalinya pemain yang tampil di Piala Dunia, skuad Borussia Dortmund semakin lengkap dan jadwal latihan mulai normal.
Seluruh tim berlatih keras menyambut musim baru.
Tentu saja, aspek stamina tetap jadi prioritas Klopp. Latihan lari masih sangat intens.
Latihan mendaki gunung juga tetap dijadwalkan.
Saat mengobrol dengan Yang Muge, Zhou Yi baru tahu pelatih Schalke 04, Magath, juga sering membawa tim utama naik gunung.
Makanya negara pegunungan seperti Austria dan Swiss jadi favorit tim Bundesliga untuk lokasi pelatihan konsentrasi.
Zhou Yi akhirnya paham, rupanya pelatih Jerman begitu menyukai aktivitas pendakian...
Tapi latihan naik gunung memang metode yang bagus. Selain melatih stamina, juga mengasah mental pemain.
Karena pada akhirnya, pendakian gunung bukan lagi tentang stamina, tapi tentang kualitas kemauan - saat kelelahan total, mengangkat kepala dan melihat puncak yang menjulang serta lereng yang sulit didaki, banyak orang akan merasa frustasi seolah garis finish tak pernah tercapai.
Di saat seperti itu, hanya mereka yang pantang menyerah yang akhirnya bisa mencapai puncak.
……
Setelah latihan fisik, tim memasuki fase latihan taktik.
Di hari pertama latihan taktik, Klopp mengatur pertandingan latihan internal tertutup.
Para pemain dibagi menjadi dua tim untuk bertanding 11 vs 11 selama 90 menit.
Pertandingan pembuka latihan taktik ini bertujuan membantu pemain menemukan ritme melalui intensitas terkontrol, sekaligus memungkinkan tim pelatih mengobservasi setiap pemain.
Terutama para pemain baru yang baru bergabung.
Awalnya Klopp ingin fokus mengamati pemain baru seperti Shinji Kagawa, Robert Lewandowski, dan pemain muda dari Tim Cadangan.
Tapi segera, pandangannya tertuju pada Zhou Yi.
Program latihan stamina dan kekuatan Zhou Yi selama liburan dirancang langsung oleh Klopp.
Hasil latihan ini telah terlihat dalam laporan medis dan sesi latihan fisik sebelumnya.
Tapi dia belum pernah benar-benar menyaksikan hasil latihan khusus itu di lapangan.
Sekarang dia melihatnya.
Zhou Yi berlari lebih aktif dalam latihan, area pergerakannya juga jauh lebih luas dibanding sebelumnya. Dulu Zhou Yi terutama bergerak di area tengah lapangan atau kedua rusuk, sesekali pergi ke sayap.
Rentang pergerakan vertikalnya sedikit lebih luas daripada horizontal, tapi jarang memasuki kedua area penalti.
Untuk seorang gelandang serang, kecuali kurang memasuki area penalti lawan, sebenarnya area pergerakannya sudah cukup memadai.
Tapi sekarang, area larinya jelas lebih luas. Ia bisa menerobos ke area penalti lawan, mundur ke depan area penalti sendiri, muncul di sayap, bahkan dari satu sayap ke sayap lainnya.
Dengan area pergerakan yang membesar, ia terasa hadir di mana-mana di lapangan, bisa terlibat dalam serangan dan pertahanan tim kapan saja di mana saja.
Dan bukan hanya area lari yang membesar, ini sebenarnya baru permulaan. Yang benar-benar menarik perhatian Klopp ada di bagian selanjutnya.
Dengan area pergerakan yang meluas dan kemampuan mencapai lebih banyak titik, Zhou Yi juga perlu memiliki kemampuan mengirim bola ke sudut mana pun di lapangan.
Ini adalah persyaratan dasar untuk pemain gelandang berkualitas.
Maka ketika Zhou Yi mengambil bola di sudut sepertiga pertahanan, berbalik dan melakukan umpan panjang ke Großkreutz di seberang lapangan dengan akurasi hampir sempurna, alis Klopp langsung berkedut.
Kemudian, semakin banyak umpan silang seperti ini dari Zhou Yi: dari kiri lapangan ke kanan, kanan ke kiri, belakang ke depan...
Terkadang dia mengalami kekalahan, tapi itu bukan masalah besar. Umpan panjang memang memiliki akurasi yang lebih rendah dibanding umpan pendek, persentase keberhasilannya juga tidak terlalu tinggi. Tidak mungkin setiap tendangan bisa mencapai tujuan dengan tepat.
Sebenarnya, toleransi akurasi untuk umpan silang cukup besar.
Asalkan umpan tersebut mencapai sekitar 80-90% dari target, itu sudah cukup.
Jadi yang menarik perhatian Klopp bukanlah tingkat akurasi umpan panjang Zhou Yi, melainkan intensitasnya dalam melakukan umpan panjang secara berulang.
Perlu diketahui, hal ini hampir tidak terlihat di musim lalu. Zhou Yi musim lalu hanya melakukan umpan pendek, sesekali umpan jarak menengah. Terkadang, demi menyambungkan serangan tim, dia harus terus bergerak mencari posisi untuk menerima bola dari rekan setim lalu mengoper lagi. Ini tentu sangat menguras stamina-nya.
Klopp mengingat-ingat dengan seksama. Pertandingan dimana Zhou Yi aktif melakukan banyak umpan panjang yang dia ingat hanya satu - babak terakhir liga musim lalu saat Borussia Dortmund tandang melawan SC Freiburg. Saat skor 1-1 dan pertandingan mandek, Zhou Yi tiba-tiba melakukan umpan panjang yang akurat ke Barrios, menciptakan peluang emas.
Tapi akhirnya Barrios menyia-nyiakan kesempatan itu.
Akibatnya, dalam pertandingan terakhir tersebut, Borussia Dortmund gagal meraih kemenangan.
Itu bukan satu-satunya upaya umpan panjang Zhou Yi dalam pertandingan tersebut. Sebelumnya, dia juga telah mencoba beberapa kali meski tidak terlalu berhasil.
Saat melihat performa Zhou Yi dalam latihan, Klopp baru menyadari—mungkin sejak saat itu, Zhou Yi sudah mulai secara sadar meningkatkan penggunaan umpan panjang…
Ini membuktikan Zhou Yi adalah pemuda yang berpikir jernih. Dia tidak puas dengan 14 assistnya dalam satu musim, tapi justru menyadari kekurangannya. Sebagai gelandang playmaker, tidak bisa melakukan umpan panjang sungguh tidak dapat diterima…
Melihat Zhou Yi terus berpindah posisi di lapangan dan mengalirkan bola ke sana kemari, tiba-tiba sebuah ide muncul di benak Klopp.
Setelah kepergian Sahin, masalah yang selama ini membebaninya sepertinya menemukan solusi…
……
Usai latihan, Zhou Yi dipanggil Klopp untuk datang ke kamarnya malam itu.
Zhou Yi sangat terkejut, teman-temannya juga merasa heran.
Begitu Klopp pergi, Mark langsung mendekat: "Pelatih mau apa memanggilmu ke kamarnya?"
Zhou Yi menggeleng: "Gak tahu…"
"Menurutku pasti bukan urusan baik!" Großkreutz berlagak misterius. "Zhou Yi, kau bakal kena masalah!"
"Kevin, jangan nakuti Zhou Yi!" Mark buru-buru menghibur. "Mungkin ini kabar baik!"
"Ya, setidaknya ada lima puluh persen kemungkinan itu baik. Kedengarannya probabilitas cukup tinggi," Götze menyela.
Zhou Yi melirik ke atas.
Dia tidak peduli apakah itu hal baik atau buruk, hanya merasa heran. Dia melambaikan tangan ke Mark: "Tenang, Mark. Kalau ada hal buruk, biar Kakek Kevin dan Mario yang mentraktir kita makan!"
"Huh." Großkreutz mendengus, "Kalau itu hal baik, kamu yang traktir kita?"
"Kalau hal baik, bukannya seharusnya kalian yang traktir aku? Untuk merayakan." Zhou Yi terkejut.
Großkreutz menepuk bahu Zhou Yi: "Aku suka caramu tidak malu-malu dengan percaya diri, Zhou Yi!"
"Terima kasih pujiannya, Kakek Kevin." Zhou Yi menerimanya dengan senang.
……
Setelah makan malam, Zhou Yi mengetuk pintu kamar Klopp.
Yang membukakan pintu bukan Klopp, melainkan asisten pelatih Buvac.
Klopp kemudian menyapanya dan menyuruhnya duduk.
Setelah duduk, tanpa basa-basi Klopp langsung bertanya: "Zhou Yi, apa benar kamu latihan tambahan umpan panjang sendiri?"
Setelah pertanyaan itu, kedua pelatih menatapnya dengan penuh harapan.
"Eh..." Zhou Yi tentu tidak bisa bilang "aku berlatih bola dalam mimpi", dia hanya mengangguk, "Sebenarnya sejak musim lalu, aku sudah latihan umpan panjang secara pribadi."
Perkataannya tidak salah, hanya saja latihan itu dilakukan di dunia virtual.
"Klopp tidak berniat menanyakan bagaimana Zhou Yi berlatih sendiri. Ia dan Buvac saling memandang dengan ekspresi 'seperti yang diduga'."
Asisten pelatih tim yang bertanggung jawab khusus soal taktik, Zeljko Buvac, kembali menatap Zhou Yi dan bertanya: "Mengapa kamu mulai berlatih umpan panjang?"
"Saya merasa kemampuan saya terlalu monoton. Hanya mengandalkan umpan pendek bisa melewatkan peluang bagus," jawab Zhou Yi jujur. "Jika tidak bisa melakukan umpan panjang akurat saat diperlukan, saya hanya bisa menonton."
"Tapi kamu gelandang serang. Jarakmu ke gawang lawan dekat, kapan perlu menggunakan umpan panjang?" Buvac terus bertanya.
"Secara teori memang begitu, Pelatih. Tapi menurut saya pemain tidak boleh terpaku di satu posisi. Di lapangan, kita harus bergerak ke ruang kosong dan mengirim bola ke area berpeluang," jelas Zhou Yi. "Lagipula, jika lawan melakukan pressing di area penalti mereka, saya bisa mundur untuk memberi jarak lalu langsung melancarkan serangan dengan umpan silang..."
Klopp dan Buvac kembali saling bertatapan. Pemikiran seperti ini dari pemain muda benar-benar langka.
Banyak pemuda hanya memikirkan cara menghabiskan uang mereka untuk mendekati cewek atau membeli mobil. Pemikiran taktis seperti ini seolah menjadi urusan pelatih, mereka hanya perlu eksekusi di lapangan.
Setelah mendengar penjelasan Zhou Yi, Buvac mengangguk dan bertanya: "Kalau begitu, Zhou Yi, bagaimana kalau bermain sebagai gelandang bertahan?"
"Apa?" Zhou Yi terkejut, pertanyaan itu terlalu mendadak, dia belum sempat bereaksi.
Buvac melanjutkan, "Dari posisi gelandang serang ke gelandang bertahan, kamu akan mendapatkan ruang dan penglihatan yang lebih luas. Umpan panjang yang telah kamu latih keras juga akan berguna. Selain itu... melihat gaya bermainmu, saat diperlukan kamu masih bisa melakukan serangan. Lagipula staminamu sekarang sudah memadai. Bagaimana, pertimbangkanlah? Dalam sepak bola modern, tren pengatur lini tengah diposisikan lebih belakang sudah menjadi kecenderungan. Tentu kamu tidak perlu menjawab sekarang, bisa dipikirkan dulu..."
Namun sebelum Buvac selesai bicara, Zhou Yi langsung menyahut: "Baik."
"Hah?" Kali ini giliran Buvac dan Klopp yang terkejut.
"Bermain sebagai gelandang bertahan tidak masalah," tambah Zhou Yi.
"Ini... Kamu tidak perlu pertimbangkan matang-matang?" Buvac tidak percaya.
"Sudah kupikirkan jelas, Pelatih. Jika aku sudah mempertimbangkan untuk mundur menghindari pressing ketat lawan, mengapa tidak mengubah mundur pasif menjadi aktif?" Zhou Yi membentangkan tangan. "Selain itu dalam pertandingan, aku memang sering berpindah ke posisi gelandang bertahan untuk meminta bola. Menurutku lebih baik menjadi gelandang bertahan daripada berebut posisi dengan mereka."
Klopp yang selama ini diam akhirnya bicara: "Kamu harus yakin dengan keputusanmu, Zhou Yi. Ini harus berasal dari keputusanmu sendiri, bukan karena tekanan."
Zhou Yi menggeleng: "Tidak, Pelatih, ini benar-benar keputusanku sendiri."
“Tapi bermain sebagai gelandang bertahan berarti jarak ke gawang lawan semakin jauh. Aku ingat ada yang menilai semakin dekat kamu dengan gawang lawan, semakin besar ancamanmu. Sebaliknya, semakin jauh dari gawang, semakin kecil ancamanmu...” kata Klopp.
“Menurutku pernyataan itu sendiri salah, Pelatih. Di lapangan aku tidak diam di satu posisi, harus terus bergerak. Kalau aku main sebagai gelandang bertahan, bukan berarti tidak pernah masuk ke separuh lapangan lawan? Saat bermain sebagai gelandang serang, aku juga tidak hanya diam di depan. Lagipula, mengapa aku tidak bisa menjadi orang yang bisa menciptakan ancaman dari jarak berapapun terhadap gawang?”
Mendengar jawaban Zhou Yi ini, Klopp menepuk tangan: “Bagus! Kalau begitu diputuskan, mulai musim ini kamu akan bermain sebagai gelandang bertahan!”
Demikianlah, Zhou Yi mengalami perubahan posisi kedua sejak mulai bermain sepak bola. Dari penyerang ke gelandang serang, lalu ke gelandang bertahan. Posisinya semakin mundur, tapi perannya semakin vital.
