Setelah babak kedua dimulai, Vidal masih menempel ketat Zhou Yi tanpa memberi celah.
Saat jeda babak pertama, Heynckes secara khusus memuji Vidal. Menilai pembatasan terhadap Zhou Yi di akhir babak pertama sangat sukses. Memintanya terus bermain seperti itu di babak kedua.
Selama bisa membatasi Zhou Yi, ancaman serangan Borussia Dortmund akan berkurang drastis.
Melihat Vidal masih menempelnya seperti di akhir babak pertama, Zhou Yi memilih bertahan di posisi gelandang bertahan, jarang maju ke depan.
Sedangkan Vidal masih mengikutinya, tanpa tanda-tanda ingin mundur.
Zhou Yi menoleh ke Vidal dengan ekspresi heran dan bertanya, "Ngapain kamu ngikutin gue?"
Vidal merasa pertanyaan ini sangat bodoh——Masa gue nggak ngikutin kamu biar kamu kabur?
Dia bahkan tak mau menjawab pertanyaan konyol itu, hanya mendengus kecil.
"Gue saranin kamu balik ke posisimu sendiri," Zhou Yi masih berusaha ngomong.
Vidal hampir tertawa, belum pernah lihat orang seidiot ini, pikir dengan omongan kosong bisa ngejebak gue?
Hanya orang bodoh yang akan kembali!
Melihat Vidal tetap bergeming, Zhou Yi mengangkat tangan, "Ini demi kebaikanmu. Kalau nggak mau nerima... ya udah."
Vidal memandang Zhou Yi dengan tatapan seperti melihat orang gila, penuh belas kasihan.
Pasti otak bocah ini ada masalah, ngapain bacot mulu sih?
……
Karena Zhou Yi dijaga ketat Vidal, ancaman serangan Borussia Dortmund belakangan ini kurang efektif. Sebaliknya, Bayer Leverkusen malah meningkatkan tekanan.
Sepuluh menit babak kedua berjalan, mereka sudah melakukan tiga tembakan, salah satunya memaksa Weidenfeller melakukan penyelamatan spektakuler.
Sektor suporter Bayer Leverkusen yang jumlahnya tak banyak di tribun bersorak girang, yakin gol akan segera datang!
Tembakan ketiga Bayer Leverkusen diciptakan oleh Ballack yang tiba-tiba melepaskan tembakan mendadak dari depan area penalti. Bola menyentuh tiang gawang dan meleset. Meski tidak masuk, ini membuat banyak suporter Borussia Dortmund merasakan keringat dingin.
Ball boy melempar bola masuk. Weidenfeller bersiap melakukan tendangan gawang ketika melihat Zhou Yi berdiri tepat di garis luar area penalti, memberi isyarat agar sang kiper mengoper bola kepadanya.
Awalnya Weidenfeller ingin menendang bola jauh ke area depan lapangan. Namun karena Zhou Yi aktif meminta bola... Weidenfeller tentu mempercayai Zhou Yi. Meski saat ini dia dijepit bek ketat, keberaniannya meminta bola pasti memiliki alasan taktis.
Dengan licik, dia pura-pura melakukan tendangan jauh. Setelah beberapa langkah ancang-ancang, malah mengoper langsung ke Zhou Yi.
Saat menerima bola, Zhou Yi membelakangi area serangan. Dengan punggung kaki luar kanan, dia menggeser bola ke bek kiri Schmelzer.
Kemudian dia berbalik dan berlari ke depan sambil berteriak ke rekan setimnya di posisi gelandang bertahan, Sven Bender: "Bergerak maju, Sven! Lari ke depan!"
Dia langsung menoleh ke Schmelzer dan meminta bola kembali.
Vidal tetap di dekatnya tanpa bereaksi. Begitu Schmelzer mengoper bola, dia langsung menyerang Zhou Yi.
Zhou Yi menghentikan bola dengan posisi kuda-kuda, menurunkan titik berat tubuhnya, menahan benturan tubuh Vidal dengan kokoh.
Meski tubuhnya goyah sebentar dan langkahnya sedikit tersandung, ia berhasil mempertahankan bola. Kemudian dengan cepat ia mengoper bola ke Sven Bender yang sedang melakukan serangan.
Setelah itu, ia berdiam diri di tempat, tidak berlari maju, seolah urusan selanjutnya tidak ada hubungannya dengannya. Sambil menoleh ke Vidal di sampingnya, ia bertanya: "Kamu yakin tidak mau kembali?"
Vidal pura-pura tidak mendengar.
Zhou Yi mencibir, lalu mengalihkan pandangannya ke Sven Bender.
Saat Sven Bender tiba-tiba menyerang, Shinji Kagawa juga sedikit mundur dari posisi gelandang serang untuk memberikan dukungan. Bender mengoper bola ke Kagawa, tidak berhenti melainkan terus berlari maju.
Gerakan lari ini tiba-tiba membuat Bayer Leverkusen kesulitan.
Karena jumlah gelandang mereka terbatas, setiap orang punya tugas pertahanan masing-masing. Götze dan Großkreutz juga bukan pemain sembarangan.
Ballack yang bertugas di lini tengah harus menahan Shinji Kagawa, sementara serangan mendadak Sven Bender membuatnya berada dalam posisi tidak terjaga.
Dan sekarang ia sudah sangat dekat dengan area penalti Leverkusen!
Situasi ini benar-benar memalukan bagi Leverkusen. Haruskah mereka menjaga Bender?
Zhou Yi juga melirik Vidal di sampingnya. Terlihat Vidal pun tidak menyangka kondisi akan berubah seperti ini, tampak bingung - Siapa sangka, Zhou Yi justru bertahan di belakang sementara yang menyerang adalah 'tukang perang' Sven Bender?!
Melihat Sven Bender tidak terjaga, Shinji Kagawa pun mengoper bola kepadanya.
Saat bola mengarah ke Sven Bender, masih tidak ada yang maju untuk menghadangnya. Pertahanan Bayer Leverkusen sedang dalam kebingungan sesaat - siapa yang seharusnya menjaga Sven Bender yang tiba-tiba muncul ini? Jika aku yang maju menjaganya, lalu siapa yang akan menutupi pemain yang seharusnya menjadi tanggung jawabku?
Tanpa kejelasan masalah ini, para pemain tidak berani gegabah maju.
Melihat tidak ada yang segera menghadangnya, Sven Bender langsung melepaskan tendangan jauh dari jarak sekitar 30 meter ke gawang!
"Sven Bender——Tendangan Jauh!!"
Teriakan Marcel Leif menggema saat bola melesat seperti peluru yang ditembakkan, menerobos tirai hujan lebat menuju gawang.
Kiper Bayer Leverkusen, Adler, yang melihat Sven Bender tiba-tiba melepaskan tembakan, segera terjun menyambar ke samping.
Tembakan Sven Bender ini sangat mendadak, ditambah bola yang basah menjadi lebih berat dan licin, meningkatkan kesulitan penyelamatan. Maka Adler tidak boleh lengah.
Perlu diketahui, dalam pertandingan hujan, tingkat keberhasilan tendangan jauh sangat tinggi...
Ia berhasil menyentuh bola, namun tak bisa mengamankannya, hanya mampu menepis bola dengan satu telapak tangan melewati mistar gawang!
"Adler! Penyelamatan bagus!" teriak Marcel Leif. "Tembakan Sven Bender juga luar biasa!"
Tribun penonton bergemuruh dengan decak kagum sekaligus penyesalan karena gol Sven Bender gagal tercipta.
Sven Bender sendiri juga menyesal bola ini ternyata tidak masuk, dia merasa saat menembak sensasinya sangat baik. Sebenarnya dia bukan tipe gelandang bertahan yang mahir maju dari belakang untuk mencetak gol, dia adalah gelandang bertahan murni yang fokus pada pertahanan, sehingga jumlah golnya sangat-sangat sedikit.
Hingga saat ini, dalam karirnya dia hanya mencetak satu gol, itu pun saat masih bermain untuk 1860 Munich, musim 2007-2008, dia tampil 27 kali di 2. Bundesliga untuk 1860 Munich dan mencetak satu gol.
Sejak itu, dia tidak pernah mencetak gol lagi.
Musim lalu setelah transfer ke Borussia Dortmund, tampil 19 kali dengan jumlah gol nol.
Tapi ini tidak berarti dia tidak ingin mencetak gol.
Siapa yang tidak ingin mencetak gol?
Bahkan kiper pun berharap bisa mencetak gol.
Jadi gagalnya gol ini membuat Sven Bender sangat kecewa, dia menyangga kepala dengan kedua tangan, mendongak menghela nafas.
……
Zhou Yi yang melihat Sven Bender menyesali gagalnya gol itu, berteriak dari belakang: "Tidak apa-apa, Sven! Tidak apa-apa! Masih banyak kesempatan, nanti coba lagi!"
Dia juga tak lupa mengacungkan jempol ke arah Sven Bender.
Vidal di sampingnya meliriknya, teringat sebelumnya dia pernah menyuruhnya mundur bertahan...
Dirinya yang tetap berada di dekat Zhou Yi menyebabkan lini belakang berkurang satu pemain, memberi kesempatan Sven Bender maju menyerang dan menembak.
Kali ini Sven Bender menembak, bagaimana jika nanti dia malah mengoper?
Begitu memikirkan berbagai kemungkinan membiarkan Sven Bender tanpa penjagaan, Vidal langsung merasa ngeri.
Baru sekarang dia menyadari alasan kenapa anak itu bersikeras menyuruhnya mundur bertahan. Rupanya bukan untuk menggodanya—kalau dia tidak mundur, benar-benar akan ada masalah!
Di saat yang sama, di kursi komentator, Marcel Leif berkomentar, "Tadi sangat berbahaya. Kalau bukan karena Adler tampil brilian, Bayer Leverkusen pasti sudah kebobolan lagi... Saat Sven Bender maju menyerang, sama sekali tidak ada yang menghadang. Ini salah. Vidal yang bertugas menjaga Zhou Yi memang tidak masalah, tapi ketika Zhou Yi tetap di lini belakang, apakah perlu Vidal terus mendampinginya? Ini pengaturan yang perlu dipertimbangkan. Menurutku Vidal harus aktif mundur bertahan. Lagipula jumlah gelandang terbatas. Kehilangan satu orang di lapangan sebesar ini sangat terasa..."
……
Meski serangan Sven Bender kali ini tidak menghasilkan gol, seolah memberikan Borussia Dortmund perspektif baru dalam pola serangan.
Tak lama kemudian, Borussia Dortmund kembali mendapat kesempatan menyerang. Di bawah tekanan pertahanan ketat Vidal, Zhou Yi sekali lagi mengoper bola ke Sven Bender yang sedang maju.
Setelah mengoper, dia tetap tidak berlari ke depan.
Saat itu, Vidal justru berlari kencang ke arah Sven Bender tanpa menengok, meninggalkan Zhou Yi.
Melihat pemandangan ini dari belakang, Zhou Yi tersenyum.
Tadi disuruh mundur bertahan tidak mau, sekarang kalang kabut kan?
Sudah terlambat!
Sven Bender mengoper sepak bola ke depan kepada Shinji Kagawa yang mundur untuk menerima umpan, semuanya terlihat persis seperti sebelumnya.
Setelah mengoper, Sven Bender terus berlari maju, ingin terlibat lebih dalam dalam serangan Borussia Dortmund.
Michael Ballack menempel ketat Shinji Kagawa, mencegahnya mengembalikan bola dengan mudah ke Sven Bender.
Sementara Arturo Vidal mempercepat lari untuk mengejar Sven Bender dan menghalanginya menerima bola.
Semua mata tertuju pada keempat pemain ini, tanpa menyadari Zhou Yi yang diam-diam mulai bergerak maju dari belakang.
Tepat saat Zhou Yi melewati lingkaran tengah, Shinji Kagawa langsung mengembalikan bola kepadanya!
Ketika bola mendarat di kaki Zhou Yi, Vidal menoleh dan melihatnya.
Untuk sepersekian detik, Vidal seolah melihat senyuman sedikit mengejek di wajah Zhou Yi...
Tapi ini pasti hanya khayalannya, karena Zhou Yi sekarang sama sekali tidak punya waktu untuk mengejek Vidal.
Setelah menerima bola, kesempatan ini hanya sekejap. Dia harus memanfaatkannya secepat mungkin untuk mengarahkan bola ke posisi strategis, sebelum jebakannya terhadap Vidal menjadi sia-sia.
Zhou Yi telah menemukan ruang kosong. Dari area tepat melewati lingkaran tengah, dia langsung melepaskan... umpan panjang!
Bola melambung diagonal menuju sayap!
……
"Umpan...!" teriak Duan Xin gembira saat melihat Mario Götze menghentikan bola dengan kaki di area yang nyaris tak dijaga pemain Bayer Leverkusen.
“Götze!” Teriakan Marcel Leif langsung tenggelam dalam sorak-sorai suporter Borussia Dortmund di Westfalenstadion.
Di tengah gemuruh sorakan ini, Götze dengan cantik mengontrol bola lalu mendorongnya ke area penalti sebelum menyelinap masuk ke zona tersebut dengan gerakan diagonal!
Inilah alasan mengapa stadion bergemuruh dengan sorakan dan jeritan histeris - Zhou Yi mengirimkan umpan panjang yang menembus lapisan pertahanan Bayer Leverkusen yang tersusun rapi, langsung menemukan Götze yang menyelinap di belakang bek lawan!
Sekarang Götze bisa langsung berhadapan dengan gawang!
Pemain-pemain Bayer Leverkusen buru-buru mundur bertahan, bergegas mengepung Götze.
Namun Götze tidak berniat menyerang sendirian. Saat semua bek lawan mengeroyoknya, dia justru mengoper bola ke tengah.
Barrios yang menyusul dari belakang langsung menyambar peluang. Area penalti kecil di depan gawang sudah porak-poranda diinjak-injak pemain kedua tim. Hampir tak terlihat rumput hijau, hanya tanah coklatan yang sulit untuk menjaga keseimbangan. Barrios memilih untuk tidak menjaga keseimbangan dan langsung meluncur melakukan sundulan sliding!
Meski Adler berusaha melakukan penyelamatan, putaran badan sang kiper untuk menjangkau bola ternyata terlambat...
Bola berhasil disundul Barrios masuk ke gawang!
“2:0！” Marcel Leif mengangkat tangan bersorak,"Borussia Dortmund semakin memperlebar keunggulan mereka! Berbeda dengan penampilan lambat di awal liga musim lalu, Dortmund kali ini langsung menunjukkan performa maksimal sejak awal musim!"
"Gol bagus! Indah sekali!" Duan Xin juga berteriak,"Meski bukan assist langsung dari Zhou Yi, tapi jelas gol ini dimulai darinya. Dia memainkan peran krusial dalam serangan ini! Umpan panjangnya sangat tegas dan mendadak, yang terpenting... tepat sasaran!"
Entah Zhou Yi mencetak gol atau memberi assist, sebagai komentator China, tugasnya adalah menemukan kaitan setiap gol dengan Zhou Yi lalu memujinya setinggi langit. Barulah komentar seperti ini yang disukai rakyat.
Setidaknya Zhou Jianliang, ayah Zhou Yi, merasa sangat puas mendengar komentar Duan Xin.
