"Hei Mark, mereka sedang mewawancaraimu. Bisakah kamu tidak memperlakukan sesi wawancara seperti pidato penerimaan penghargaan..." Setelah istirahat sehari dan bertemu Mark kembali, Zhou Yi mengkritiknya.
Dia kemudian juga melihat penampilan Mark saat diwawancarai.
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya…"
"Tapi saat itu kamu yang jadi pemeran utama. Daripada mencari perhatian sendiri, malah mengangkat namaku?"
"Tidak ada salahnya kamu yang jadi sorotan, hah!" Mark tertawa.
Zhou Yi melirik ke atas.
Tapi dalam hati dia merasa lega, bocah ini tidak berubah meski tampil gemilang di dua pertandingan berturut-turut. Dia tetap Mark yang dulu.
……
Di liga ke-6 berikutnya, Borussia Dortmund bertandang ke St. Pauli.
Dari segi kemampuan tim, hasil pertandingan ini sudah bisa diprediksi.
Mempertimbangkan jadwal Liga Champions di pertengahan pekan, Klopp melakukan beberapa penyesuaian pada starting line-up.
Mark yang tampil gemilang di dua laga beruntun kembali masuk dalam starting line-up.
Namun Zhou Yi tidak termasuk dalam pemain utama.
Posisinya digantikan Lewandowski.
Sebagai hadiah atas gol di laga sebelumnya dan dedikasi selama latihan, Klopp memasukkan Lewandowski ke starting line-up. Ini merupakan debut pertama penyerang Polandia itu sebagai starter musim ini.
Borussia Dortmund memainkan formasi 442 di kandang lawan, dengan hanya Sven Bender sebagai gelandang bertahan di lini tengah.
Keputusan Klopp ini tentu didasari performa Robert Lewandowski dan Mark yang bisa bersinergi di pertandingan sebelumnya. Ia ingin memberi waktu lebih banyak kepada duet ini untuk diuji coba.
Lagipula lawan dalam pertandingan ini tidak terlalu kuat, lebih baik bereksperimen sekarang daripada di laga Grup Champions Eropa berikutnya.
Dengan setengah starting lineup, Borussia Dortmund akhirnya menang 3-1 atas St. Pauli di kandang lawan.
Baik Mark maupun Lewandowski tidak mencetak gol.
Namun Mark berhasil memberikan satu assist.
Assist-nya berhasil dikonversi Shinji Kagawa menjadi gol.
Dua gol lainnya dicetak oleh Großkreutz.
Setelah mengalahkan St. Pauli 3-1, Dortmund mulai mempersiapkan laga kedua Grup Champions Eropa di pertengahan pekan.
Untuk Dortmund saat ini, Champions Eropa lebih menjadi prioritas.
Di laga kedua fase grup, Dortmund akan menjamu Twente - juara Eredivisie Belanda musim lalu.
Kejutan di matchday pertama bukanlah kemenangan Dortmund atas Valencia di tandang, melainkan hasil imbang 2-2 Twente kontra juara bertahan Inter Milan di kandang sendiri!
Hasil itu benar-benar di luar perkiraan banyak pihak.
Inter Milan sempat unggul lebih dulu, namun Twente menyamakan kedudukan enam menit kemudian.
Diego Milito malah mencetak gol bunuh diri yang membuat Inter tertinggal skor.
Sebelum akhir babak pertama, Eto'o membantu tim menyamakan skor.
Di babak kedua, kedua tim tidak mencetak gol lagi. Skor 2-2 bertahan hingga akhir pertandingan. Juara bertahan Inter Milan gagal memenangkan pertandingan pertama fase grup mereka.
Meskipun Twente adalah tim peringkat ketiga, semua orang menganggap mereka yang terlemah di grup ini. Kemenangan Inter Milan atas mereka dianggap wajar, yang penting adalah mencetak selisih gol sebanyak-banyaknya.
Hasilnya, menghadapi lawan terlemah pun Inter Milan gagal menang!
Setelah pertandingan ini, pelatih Inter Milan Benitez langsung mendapat kritikan.
Oleh karena itu, Borussia Dortmund juga tidak boleh meremehkan Twente. Bagaimana jika nasib mereka sama seperti Inter Milan?
Meskipun kemampuan lawan di atas kertas tidak kuat, Klopp tetap meminta seluruh tim bersiap maksimal.
Mark yang tampil bagus di liga mendapat kesempatan menjadi starter di pertandingan ini. Ini adalah partisipasi pertamanya di Champions Eropa sekaligus debut sebagai starter.
Mengambil pelajaran berharga dari kasus Inter Milan, Borussia Dortmund bermain sangat hati-hati di kandang sendiri sejak awal, takut kebobolan lebih dulu.
Sementara Twente bermain agresif. Mereka terus berlari tanpa lelah, terutama pressing di lini tengah dan depan yang cukup merepotkan Dortmund.
Babak pertama berjalan sangat ketat antara kedua tim.
Untuk bisa meraih poin di kandang lawan, Twente benar-benar menggunakan segala cara yang diizinkan oleh aturan...
Kiper mereka Nikolay Mihaylov bahkan mendapat kartu kuning karena mengulur-ulur waktu.
Saat itu sudah menit keempat puluh, tinggal lima menit lagi babak pertama berakhir. Serangan Borussia Dortmund semakin gencar. Mihaylov khawatir timnya kebobolan di menit-menit akhir, yang akan menjadi pukulan berat bagi moral tim. Makanya dia memilih taktik mengulur waktu. Tentu saja, tindakan ini membuatnya diganjar kartu kuning.
Akhir babak pertama, kedua tim belum bisa mencetak gol. Skor tetap 0-0.
Marcel Leif juga mengakui ada sesuatu yang berbeda dari tim Twente: "Di pertandingan sebelumnya, mereka bisa imbang 2-2 dengan juara bertahan Inter Milan di akhir babak pertama. Kali ini mereka masih bertahan tanpa kebobolan. Pertahanan mereka memang terorganisir dengan baik..."
……
Gagalnya serangan tim mencetak gol di babak pertama membuat Mark gelisah. Tapi di ruang ganti, dia melihat Zhou Yi tetap tenang. Penasaran, dia bertanya: "Zhou Yi, kamu tidak khawatir?"
"Khawatir apa?" Zhou Yi balik bertanya heran.
"Kita selama 45 menit sama sekali tidak bisa membobol gawang Twente!"
Zhou Yi mengangkat bahu: "Masih ada 45 menit lagi kan?"
Rupanya benar-benar tidak panik. Mark mengguncang-guncang lengan Zhou Yi: "Bagaimana bisa kamu setenang ini, Zhou Yi?"
“Ini kan Champions Eropa, Mark. Ini Champions Eropa.” Zhou Yi menggelengkan kepala sambil berkata. “Coba pikir, tim mana di Champions Eropa yang bisa dianggap lemah? Semua pasti punya kelebihan masing-masing. Jadi wajar saja kalau 45 menit belum ada gol, kan?”
Mendengar perkataan Zhou Yi, Mark pun terdiam. Perlahan dia melepaskan genggamannya, menatap Zhou Yi. Beberapa saat kemudian baru sadar.
“Kau benar, Zhou Yi... Ini Champions Eropa!” Tinjunya terkepal sambil menengadah ke langit.
Ini pertandingan Champions Eropa pertamanya. Selain musik pembuka yang berbeda, sebenarnya ada beberapa perbedaan antara Champions Eropa dengan liga...
……
Meski babak pertama tidak berjalan mulus, Klopp tidak melakukan penyesuaian taktik apalagi pergantian pemain.
Tim tetap mempertahankan formasi awal saat kembali ke lapangan.
Memasuki babak kedua, Borussia Dortmund terus mendominasi sementara Twente bertahan di separuh lapangan mereka.
Semua tahu lima menit pertama dan lima menit terakhir pertandingan adalah waktu paling rawan kebobolan.
Twente tidak bodoh. Tidak perlu nekat menyerang lawan.
Mereka punya target realistis: pertahankan hasil imbang. Kecuali ada peluang emas, baru memikirkan kemenangan.
Twente melakukan pertahanan mundur dengan sangat disiplin.
Tapi gawang mereka akhirnya jebol di menit ke-48—baru tiga menit setelah babak kedua dimulai!
“Mario Götze！！！” Penyiar lapangan Norbert Dickel mengangkat mikrofon dan menjerit ke langit.
Sorak-sorai dari tribun penonton menggema hingga memekakkan telinga.
Di tengah sorakan mereka, Götze berlari menuju area bendera sudut.
Rekan setimnya mengejarnya dari belakang dan memeluknya di area bendera sudut.
"Gol Götze membuka keunggulan Borussia Dortmund! Ini merupakan gol keduanya di Champions Eropa!! Dengan mencetak gol di dua laga grup Champions Eropa secara beruntun, Götze benar-benar membuktikan dirinya sebagai yang ditunggu-tunggu!" Marcel Leif tidak henti-hentinya memuji Götze.
Musim lalu Zhou Yi lebih banyak mencuri perhatian, sementara Götze terlihat lebih redup dan sering kali hanya menjadi pemain pengganti. Namun musim ini, setelah kepindahan Sahin dan posisi Zhou Yi yang mundur ke belakang, Götze akhirnya mendapatkan momen miliknya.
sepak bola Jerman ini tentu saja membawa harapan besar bagi seluruh orang Jerman. Semua berharap ia dapat tampil gemilang, terus meningkatkan performa, serta membawa bentuk terbaiknya dari klub ke Timnas.
Zhou Yi memang hebat, sayangnya dia orang China...
……
Gol Götze tidak hanya membawa keunggulan bagi Borussia Dortmund, tetapi juga memantik semangat seluruh tim.
Tepat tiga menit setelah golnya, Mark yang menerima operan Zhou Yi di area penalti dijegal pemain Twente hingga terjatuh. Wasit utama tanpa ragu memberikan tendangan penalti untuk Borussia Dortmund!
“Penalti ini tidak kontroversial, tidak ada tanda-tanda diving dari Mark, dan pemain Twente juga tidak bisa protes.”
Borussia Dortmund memiliki aturan tidak tertulis yang berbeda dengan klub lain, yaitu tidak memiliki urutan tetap penendang penalti seperti penendang pertama, kedua, dan seterusnya.
Tidak, Klopp sama sekali tidak membuat pengaturan seperti itu.
Lalu apa yang dilakukan Borussia Dortmund setelah mendapatkan penalti?
Tergantung pemain di lapangan yang merasa percaya diri untuk menendang. Jika berhasil mencetak gol, maka penalti berikutnya masih ditendang olehnya sampai dia menolak atau gagal.
Sebelumnya penalti Dortmund ditendang oleh Sahin. Masih ingat penalti di area penalti Schalke 04 saat Zhou Yi terjatuh dalam Derbi Ruhr musim lalu?
Penendangnya saat itu adalah Sahin.
Tapi musim ini Sahin telah transfer keluar, dan Dortmund belum mendapatkan penalti.
Lalu siapa yang akan menendang?
Götze baru saja mencetak gol dan sedang dalam kondisi prima. Semua ingin dia yang menendang.
Tapi Götze menolak, bertanya ke Zhou Yi: “Bagaimana kalau kamu saja?”
Zhou Yi menggelengkan kepala: “Gol pertama saya di Champions Eropa tidak ingin berupa penalti.”
“Hei, jangan meremehkan penalti!” protes Götze.
“Bukan meremehkan, tapi gol bersejarah jika hanya penalti... terdengar membosankan...” Zhou Yi terus menggeleng sambil menolak.
Sambil itu dia bertanya pada Mark: “Bagaimana kalau kamu yang ambil?”
Mark melihat bola lalu menggeleng: “Aku juga tidak mau gol pertamaku di Champions Eropa lewat penalti. Menurutku dengan kemampuan tim sendiri, harusnya bisa mencetak gol yang lebih keren...”
Götze, Zhou Yi, dan Mark semua menolak eksekusi penalti, ini benar-benar di luar dugaan semua orang.
Awalnya mereka mengira pasti akan berebutan eksekusi penalti, toh penalti mudah dicetak. Asal masuk, statistik gol akan tercatat atas nama mereka.
Tapi tak disangka Zhou Yi dan Mark ternyata punya ambisi tersendiri.
Melihat tiga rekan setim muda ini menolak, Mats Hummels tak tahan lagi. Ia maju dari kerumunan: “Aku saja yang eksekusi.”
Tak ada yang protes. Hummels pun maju ke depan dan menaruh bola di titik penalti.
Pemain lain mundur dari area penalti.
Saat hanya tersisa Hummels dan kiper lawan Mikhailov di area penalti, wasit utama meniup peluit.
Hummels berlari ancang-ancang, lalu melepaskan tendangan!
Bola masuk ke gawang, 2-0!
