Saat gol keempat terjadi, hampir bersamaan muncul empat tanda "......" di grup chat.
Para penonton pertandingan terdiam tak berkata.
Pertandingan yang berjalan seperti ini membuat mereka kehilangan kata-kata.
Ini sudah melebihi batas yang bisa mereka terima.
Jika penonton saja seperti ini, apalagi para pemain yang terjun langsung di lapangan.
Itulah sebabnya Klopp begitu marah. Usaha keras sebelum pertandingan dan persiapan detailnya selama ini hanya berakhir seperti ini?
Dia tidak bisa menerima!
……
Namun akhirnya, terlepas dari penerimaan Klopp, ketika babak pertama berakhir skor menunjukkan 4-0, tim tuan rumah Inter Milan unggul empat gol atas Borussia Dortmund.
“Skor ini sudah cukup untuk mengakhiri pertandingan, 45 menit berikutnya bagi Inter Milan hanyalah prosedur yang harus dijalani, sementara bagi Borussia Dortmund ini akan menjadi siksaan yang menyakitkan!” Komentator Italia berkata dengan sedikit kesombongan.
Marcel Leif menganalisis dengan tenang: "Meskipun pertandingan ini sudah pasti kalah, saya harap para pemain muda Borussia Dortmund tidak menyerah di babak kedua. Bahkan jika bisa mencetak satu dua gol, itu akan sangat baik. Saat perlu membandingkan selisih gol dengan Inter Milan, mungkin itu bisa berguna... Dan perasaan pemain antara kalah 0:4 dengan 1:4 akan sangat berbeda."
Saat para pemain turun lapangan, siaran TV memberikan beberapa close-up shot pada beberapa pemain.
Dalam close-up shot tersebut, wajah pemain Inter Milan terlihat rileks dengan senyuman, berbincang santai sambil turun lapangan.
Sementara pemain Borussia Dortmund menunjukkan ekspresi muram, menundukkan kepala dan buru-buru meninggalkan lapangan.
……
Selama jeda babak pertama, berbagai stasiun TV penyiar melakukan analisis tentang babak pertama ini, hampir semua reaksi adalah "sulit dipercaya".
Karena melihat performa dan kemampuan Borussia Dortmund di dua pertandingan grup Champions Eropa sebelumnya, penampilan mereka sama sekali tidak seperti tim rookie di Champions Eropa.
Dari beberapa pertandingan liga terakhir mereka, kondisi mereka juga sangat baik.
"Pertandingan ini sebelum dimulai, semua orang menganggap kedua tim seimbang. Tim Benitez mungkin bisa menang di kandang sendiri, tapi pasti tidak akan mudah. Karena tim Klopp sangat ofensif dan gigih."
"Tapi siapa sangka, baru 15 menit pertandingan berjalan, Borussia Dortmund sudah benar-benar hancur."
"Akhirnya orang-orang menyimpulkan mungkin ini karena kurangnya pengalaman Dortmund di Champions Eropa. Setelah menang dua pertandingan grup berturut-turut, mereka terlalu optimis sehingga pemain menjadi lengah secara mental."
"...Kemenangan dua pertandingan grup sebelumnya membuat orang lupa bahwa mereka sebenarnya masih pemula Champions Eropa yang sejati. Untuk bisa melangkah lebih jauh di Champions Eropa, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan jalan panjang yang harus ditempuh."
"Bersamaan dengan itu, di grup 'Mengisolasi Lao Guo', keempat anggota grup juga sedang mendiskusikan babak pertama ini."
"Kemampuan tim Borussia Dortmund secara keseluruhan masih terlalu lemah. Jujur saja, mereka bahkan tidak punya bintang lapangan..." He Ying bersikukuh bahwa kelemahan tim Dortmund-lah yang membebani Zhou Yi. "Meski bintang lapangan tak bisa menentukan segalanya, tapi dalam situasi seperti ini, kehadiran bintang yang bisa tampil memimpin sangat diperlukan..."
Sun Pan yang sering kali menentang He Ying, selalu menentang apa yang disetujui He Ying dan mendukung apa yang ditentang He Ying. Tapi sekarang, keinginannya untuk berselisih dengan He Ying bahkan tak bisa diwujudkan. Skor 3-0 terpampang jelas di sini, kondisi lapangan juga sudah terlihat. Semua analisis He Ying masuk akal, kalau tidak setuji, apakah harus menyebut performansi buruk Borussia Dortmund di babak pertama adalah kesalahan Zhou Yi? Itu jelas-jelas perkataan bohong.
Yang Muge yang sejak tadi terdiam tiba-tiba berkata: "Aku terus memikirkan, bagaimana jika aku yang menghadapi situasi seperti yang dialami Zhou Yi sekarang? Aku tak menemukan solusi, menurutku ini benar-benar seperti siksaan..."
Sun Pan mendengar Yang Muge berkata begitu, juga berpikir sejenak, lalu menggigil. Menurutnya ini terlalu menyebalkan: "Untung aku tidak perlu mengalami siksaan seperti ini..."
……
Hampir setiap pemain Borussia Dortmund yang masuk ke ruang ganti, menundukkan kepala dalam kebisuan total.
Ini mungkin babak pertama terburuk yang pernah mereka alami. Bahkan saat kalah 1-5 dari Bayern München di kandang sendiri musim lalu, setidaknya skor babak pertama masih imbang 1-1. Tapi di pertandingan ini, Borussia Dortmund tampak tak berdaya melawan serangan lawan.
Sepanjang babak pertama mereka hanya melakukan dua tembakan, dan keduanya bahkan tidak masuk dalam bingkai gawang.
Pelatih kepala Klopp adalah yang terakhir masuk. Setelah masuk, ia menutup rapat-rapat pintu ruang ganti.
Kesebelas pemain utama telah berada di ruang ganti, sementara pemain cadangan yang tersisa melakukan pemanasan di lapangan di bawah pimpinan asisten pelatih Buvac.
Klopp memandangi mereka dalam keheningan selama satu menit penuh, tanpa mengucapkan sepatah kata. Ruang ganti begitu sunyi hingga hanya terdengar desahan napas setiap orang yang naik turun.
Sambil tetap diam, Klopp memandangi setiap pemain satu per satu.
Hampir semua pemain menundukkan kepala, tapi ketika matanya sampai pada Zhou Yi, dia mendapati Zhou Yi justru sedang menatapnya balik.
Sepasang bola mata itu memantulkan cahaya lampu ruang ganti, berkilauan.
Dia satu-satunya pemain yang berani menatapnya langsung meski kalah telak seperti ini. Hati Klopp berdesir, tiba-tiba dia bertanya: "Zhou Yi, ada yang ingin kau sampaikan?"
"Ha?" Zhou Yi terlihat kaget, tak menyangka pelatih kepala tiba-tiba menanyainya seperti itu.
"Ayo, berdiri." Klopp sudah bulat ingin mendengar pendapatnya, tangannya memberi isyarat bangun. "Ceritakan pandanganmu tentang babak pertama tadi. Apa yang kau pikirkan? Bagaimana perasaanmu?"
Mark di sampingnya menelan ludah diam-diam, lalu semakin merundukkan kepalanya.
Pemain lain bagai tercekam es, merasa pelatih kepala sedang murka dan menjadikan Zhou Yi sasaran kemarahan untuk memberi pelajaran...
Saat seperti ini, tindakan paling bijak adalah menunduk dan bersikap patuh.
Tapi tiba-tiba Mark merasakan Zhou Yi di sebelahnya benar-benar... berdiri!
Apa dia gila?!
Jantung Mark hampir copot.
Apa Zhou Yi tidak mendengar kemarahan dalam nada suara pelatih kepala?
Dia sangat ingin mengangkat tangan untuk menarik baju Zhou Yi, menyuruhnya duduk, namun takut gerakannya ini terlihat oleh pelatih kepala dan menjadi sasaran pengalihan amukannya.
Saat Mark sedang gelisah, dia mendengar Zhou Yi berkata: "Uh, sebenarnya aku tidak punya pendapat khusus."
"Tidak punya pendapat khusus?" Klopp terkejut dan membalas bertanya.
Apalagi rekan-rekan setim di ruang ganti, mereka serentak mengangkat kepala memandangnya dengan tatapan terkejut.
Di bawah tatapan semua orang, Zhou Yi mengangguk mengulangi: "Benar, aku tidak punya pandangan istimewa. Karena aku pernah mengalami kekalahan yang lebih parah dari ini, dan bukan hanya sekali. Tentu saat itu aku tidak di lapangan, tapi duduk di bangku cadangan. Tapi rasanya sama persen. Wajar saja jika dalam satu pertandingan kebobolan enam tujuh gol oleh orang itu..."
Götze menyentuh Mark di sebelahnya, berbisik: "Apakah ini soal U17?"
Mark melotot padanya: "Mana mungkin? U17 Borussia Dortmund tidak pernah kalah separah itu!"
"Lalu..." Götze tidak mengerti.
Shinji Kagawa memandang Zhou Yi, tiba-tiba tersadar apa yang akan dikatannya, karena dia pernah mendengar cerita ini dari Mr. Tim Kiste saat di Jepang.
Setelah mulai berbicara, Zhou Yi malah melangkah maju dua langkah, berdiri di tengah ruang ganti, memandang rekan setimnya termasuk pelatih kepala Klopp, lalu bertanya: "Pernahkah kalian mengalami keputusasaan?"
Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan aneh Zhou Yi ini.
Zhou Yi melanjutkan: "Aku pernah mengalaminya."
Kebingungan di mata semua orang semakin mengental.
“Ada satu pertandingan, di babak pertama saja kita sudah kebobolan delapan gol.”
Perkataan Zhou Yi ini menimbulkan kegaduhan kecil di ruang ganti, beberapa orang menarik napas tajam.
Kebobolan delapan gol di babak pertama? Apakah ini mungkin terjadi dalam pertandingan profesional?
Ini benar-benar... cukup membuat orang merasa putus asa.
Tapi sebenarnya Zhou Yi tidak membicarakan hal itu. Saat kebobolan delapan gol di babak pertama, dia sudah mati rasa. Yang benar-benar membuatnya putus asa adalah ketika terus menerus kalah telak dari tim muda La Masia dalam permainan virtual. Pertandingan pertama dia kalah 0:17, puluhan pertandingan berikutnya juga seperti itu. Kalah kurang dari sepuluh gol saja sudah dianggap lumayan bagus.
Perasaan bahwa tidak peduli seberapa keras kamu berusaha tetap tidak bisa mengalahkan lawan di hadapanmu, itulah yang benar-benar membuat putus asa. Bisa membuat orang menyerah untuk terus berusaha, hanya ingin membiarkan semuanya hancur berantakan.
Tapi dia tetap terus menantang lawan yang kuat di dunia virtual, pertandingan demi pertandingan.
"Di babak kedua, mungkin lawan merasa terlalu mudah mengalahkan kami. Bagaimanapun, terima kasih atas belas kasihan mereka yang hanya mencetak empat gol tambahan, sehingga kami kalah dengan skor 0:12. Ya, ini bukan pertandingan profesional tapi level tim muda. Namun ini bukan sekadar pertandingan persahabatan biasa. Kami datang dengan tekad untuk merebut kemenangan dan mencetak gol... Oh, lupa memperkenalkan, saat itu kami adalah tim berisi pemain di bawah 17 tahun dari dalam negeri China. Dan saya satu-satunya pemain amatir di antara mereka, seorang pelajar SMA. Sedangkan lawan kami saat itu adalah... U17 La Masia."
Zhou Yi berbicara dengan datar, tapi ucapan itu membuat banyak orang di ruang ganti terkesima.
Karena mereka semua tahu seberapa kuat U17 La Masia.
"Kemampuan tim kami jauh tertinggal. Kalah dua belas gol sama sekali tidak mengejutkan. Jadi saya tidak merasa babak pertama yang kalah empat gol itu masalah besar." Zhou Yi mengangkat tangan dan mencibir, seolah benar-benar tak menghiraukan paruh pertama pertandingan itu.
Kemudian ia melanjutkan: "Ada epilog dari kisah ini. Sebulan setengah kemudian, ketika kami kembali ke Barcelona, kami mengalahkan La Masia U17 dengan skor 2:1."
Usai berkata demikian, ia berbalik dan kembali ke tempat duduknya.
Ceritanya telah usai, tapi suasana hening masih menyelimuti ruang ganti.
……
"Kalian melakukan pekerjaan bagus!" Wajah Benitez memerah, ciri khasnya saat merasa antusias dan gembira.
Membawa beban tekanan yang sangat besar, dia sangat membutuhkan kemenangan yang begitu melegakan.
Saat pertama kali mengambil alih Inter Milan, dia menghadapi tim yang baru saja meraih treble winner. Pendahulunya tidak hanya meninggalkan prestasi gemilang, tapi juga menanamkan ciri khas pribadi yang sangat mendalam pada tim ini.
Jadi bisa dibayangkan bagaimana Benitez datang ke tim ini di bawah bayang-bayang Mourinho.
Dia sangat ingin menghapus jejak pendahulunya dari tim ini.
Sayangnya, tindakannya justru menuai kritik dan hambatan.
Apalagi... performa di lapangan juga benar-benar tidak meyakinkan.
Setelah meraih treble winner, Barcelona menambahkan tiga gelar lagi di paruh kedua tahun tersebut, sehingga mencapai rekor enam gelar juara yang belum pernah terjadi sebelumnya, menciptakan prestasi yang dikenang sepanjang masa.
Inter Milan juga punya kesempatan untuk menyamai Barcelona, membuat catatan sejarah Barcelona tidak terlalu sepi.
Namun sayang, Benitez mengacaukan semuanya.
Setelah mengalahkan Roma dan merebut Italian Super Cup, Inter Milan justru kalah dari juara Liga Europa Atletico Madrid di Piala Super Eropa. Dengan demikian, harapan enam gelar juara pun pupus.
Di babak penyisihan grup Champions Eropa, mereka bahkan hanya bermain imbang melawan tim underdog Twente di pertandingan pertama, semakin memperberat tekanan di pundak Benitez.
Untungnya, kemudian Inter Milan mengalahkan Valencia 4-0 di kandang sendiri, membalikkan tren negatif.
Jika pertandingan ini bisa dimenangkan dengan skor telak melawan Borussia Dortmund yang sedang dalam performa bagus, maka banyak keraguan tentang dirinya akan sirna.
Meskipun Benitez sangat senang dengan performa tim di babak pertama, bahkan memberikan pujian langka kepada tim.
Tapi para pemain sepertinya tidak antusias dengan pujiannya, reaksi mereka datar-datar saja, justru membuat ruang ganti tiba-tiba diliputi keheningan canggung...
Benitez yang kurang peka secara emosional sepertinya tidak menyadari keheningan mendadak ini. Setelah memuji tim, dia mulai bertele-tele membahas taktik yang harus diambil di babak kedua. Meski sudah unggul 4 gol, Benitez masih ingin timnya memenangkan pertandingan dengan lebih meyakinkan, tidak ingin ada komplikasi.
Tapi para pemain sepertinya tidak mendengarkan ucapannya. Sudah unggul 4 gol di babak pertama, jumlah pemain kita juga lebih banyak. Apa lagi yang perlu dikhawatirkan di babak kedua?
Main santai saja, kontrol permainan. Buat apa strategi rumit-rumit?
Cis!
……
Tepuk tangan Klopp memecah keheningan di ruang ganti, dia berkata: "Cerita yang bagus. Sekarang mari kita bahas babak kedua. Aku tidak tahu skor akhir seperti apa yang akan kita dapatkan. Tampaknya sangat sulit untuk memenangkan pertandingan ini, tapi aku berharap kalian tetap menunjukkan semangat juang di babak kedua. Permintaanku sangat realistis - bahkan jika kalian hanya bisa mencetak satu gol, itu sudah hasil yang bagus. Paling tidak, kita tidak sampai dicukur gundul di kandang mereka sendiri!"
Dia mulai melakukan beberapa penyesuaian pada taktik tim.
Sebelum pertandingan, semua taktik dibangun berdasarkan formasi 4231. Tapi sekarang tim kekurangan satu pemain, Kuba ditarik keluar, Shinji Kagawa pindah ke sayap, formasi 4231 berubah menjadi 4221.
Dia meminta Mark untuk lebih proaktif, lebih sering mundur mendekati Zhou Yi, dan terhubung dengan pemain lain.
Pemain lain juga perlu melakukan penyesuaian. Terutama ketika Zhou Yi maju mengatur serangan, bek-bek harus menjaga formasi lalu maju bersama. Saat bertahan, upaya mengupayakan offside harus dilakukan dengan tegas dan serempak.
Mungkin karena pengaruh cerita Zhou Yi, semua orang mendengarkan instruksi pelatih kepala dengan kepala terangkat dan penuh konsentrasi.
Tidak ada lagi yang menunduk dalam diam.
