Saat Klopp menyelesaikan penjelasannya, papan tulis sudah dipenuhi garis-garis, panah, dan lingkaran yang rapat.
Babak kedua juga akan segera dimulai.
Para pemain meninggalkan ruang ganti menuju lapangan.
Baru saja keluar dari ruang ganti, Zhou Yi dipanggil oleh Mats Hummels: "Zhou Yi, ketika kamu melihat tim kita kebobolan delapan gol di babak pertama, apa perasaanmu? Pernahkah kamu berpikir untuk menyerah?"
Mendengar pertanyaan Hummels, semua juga memperlambat langkah, memfokuskan pandangan pada Zhou Yi.
Zhou Yi menoleh dan membentangkan tangan ke Hummels: "Maaf, Mats. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu, karena saat itu aku masih pemain cadangan, sama sekali tidak punya kesempatan bermain. Jadi pemikiranku sama sekali tidak menentukan pertandingan. Kalau kubilang tidak menyerah, pasti kamu akan merasa aku cuma bicara enak tanpa merasakan tekanan."
"Jadi di pertandingan itu, kamu tidak turun bermain?" tanya Subotic.
Zhou Yi mengangguk: "Aku duduk di bangku cadangan menyaksikan pertandingan itu sampai selesai."
"Lalu pertandingan terakhir, yang kalian menangkan itu..." Subotic terus mengejar.
"Aku bermain penuh 90 menit," jawab Zhou Yi.
"Oh..." Subotic tiba-tiba mengerti. "Jadi perbedaannya karena kamu bermain atau tidak..."
"Tidak, Neven. Perbedaannya adalah di pertandingan terakhir itu, tidak ada satu pun orang dalam tim kami yang menyerah."
……
Tertinggal empat gol di babak pertama, Zhou Yi masih sempat bercerita ke rekan setim di ruang ganti. Ini bukanlah aksinya pamer.
Melainkan dia benar-benar tidak merasa bahwa tertinggal empat gol perlu disesali.
Sebaliknya, di dalam hatinya ada emosi yang berbeda.
Yaitu kegembiraan.
“Ya, timnya kalah empat gol dan kehilangan satu pemain di lapangan, tetapi alih-alih merasa frustrasi, dia justru merasa bersemangat.”
“Mengapa dia merasa bersemangat?”
“Karena akhirnya pertandingan ini memiliki sesuatu yang segar!”
“Seperti siswa berprestasi yang menghadapi ujian, tiba-tiba muncul soal di luar silabus. Siswa biasa akan menggerutu dan menyalahkan guru, sedangkan si jenius justru merasa tertantang - mengatasi hal tak terduga selalu memicu semangat orang seperti ini.”
“Inilah perasaan Zhou Yi saat ini.”
“Jika setiap pertandingan sudah bisa diprediksi sejak awal, bukankah itu membosankan?”
“Harus ada sedikit kejutan agar lebih seru.”
“Seru - inilah pemikiran sebenarnya di hati Zhou Yi.”
“Dia tidak menganggap pertandingan ini sudah berakhir. Masih ada 45 menit penuh, cukup untuk melakukan banyak hal. Pertandingan seperti inilah yang benar-benar menantang.”
“Inilah pemikiran aslinya.”
“Bagi seseorang yang bisa mensimulasikan ulang puluhan kali satu pertandingan, menemukan pertandingan yang belum pernah dia temui dalam semua simulasi itu benar-benar kejutan menyenangkan.”
“Sepak bola selalu penuh kejutan. Ada yang menganggapnya sebagai bencana mengerikan, ada pula yang merasa kejutan itu menyenangkan.”
……
“Baik, para pemain kembali ke lapangan. Babak kedua akan segera dimulai…” He Ping membangkitkan semangatnya.
“Saat jeda babak pertama, saya dan narator tamu Zhang Lu menganalisis situasi Borussia Dortmund. Hasil analisis kami sama-sama tidak optimis.”
Zhang Lu berpendapat, dalam pertandingan ini, jika Borussia Dortmund akhirnya bisa mencetak satu gol tandang saja sudah cukup bagus, menyelamatkan muka dibandingkan kalah terlalu telak.
Soal hal lain jangan terlalu dipikirkan.
Siaran TV menampilkan banyak close-up shot pemain Borussia Dortmund, namun bisa dilihat ekspresi para pemain Dortmund tampak berbeda dibanding saat babak pertama berakhir.
Ketika kamera beralih ke wajah Zhou Yi, tidak terlihat perbedaan karena baik saat turun lapangan di akhir babak pertama maupun sekarang, raut wajahnya tetap datar tanpa perubahan ekspresi.
Dia hanya menoleh melihat sekeliling.
Kemudian wasit utama membunyikan peluit tanda pertandingan dimulai.
Suporter Inter Milan di tribun membuka babak kedua dengan sorakan gemuruh.
……
Setelah babak kedua dimulai, karena Inter Milan yang melakukan kick-off, mereka bisa memanfaatkan penguasaan bola di kaki untuk melanjutkan serangan ke Borussia Dortmund.
Namun serangan Inter Milan ini cepat berakhir. Saat mencapai area penalti Dortmund dan melihat garis bek Dortmund masih rapi, Sneijder langsung melepaskan tendangan jauh.
Bola melenceng dari gawang, mengakhiri serangan Inter Milan.
Tidak ada operan sabar yang terorganisir, juga tidak ada pergerakan posisi silang yang intens.
Serangan Inter Milan kali ini sangat sederhana.
Saat Sneijder memilih untuk menembak, Zhou Yi berada 10 meter di belakangnya. Melihat Sneijder langsung menendang, Zhou Yi menyipitkan mata.
Dia berpikir apakah ini pertanda mulai mengendurnya permainan Inter Milan?
……
Tendangan Sneijder ini, baik dari pemain itu sendiri, Guo Nu yang duduk di tribun, penonton di depan TV, pemain lain Inter Milan, pelatih, komentator, wartawan di area media, hingga semua suporter Inter Milan di tribun... tak seorang pun merasa ada yang salah dengan tindakannya.
Lagi pula sudah unggul empat gol, jumlah pemain juga lebih banyak. Apa salahnya bermain seperti ini?
Pemain yang sedang rileks justru bisa bermain lebih baik dengan gaya santai seperti ini, meski terlihat sembarangan.
Hmm, semua orang sepakat dengan pandangan itu.
Tapi Zhou Yi punya pendapat berbeda.
Saat Langerak hendak mengumpan bola ke area depan, dia melihat Zhou Yi memberi isyarat telapak tangan ke bawah, memintanya tidak terburu-buru.
Kemudian dia berlari kembali ke garis bek-bek, berdiri sejajar dengan Subotic dan Mats Hummels.
Langerak paham maksudnya: meminta operan bola.
Maka dia mengoper bola itu.
Setelah menerima bola, posisi Zhou Yi terlalu mundur sehingga tak ada yang menekan. Meski di posisi aslinya pun mungkin tak akan ditekan, karena jika Inter Milan benar-benar ingin menekan, mereka masih punya dua penyerang Biabiany dan Eto'o yang sebenarnya tidak terlalu jauh.
Tapi dua penyerang itu hanya berdiri mengawasi dari sisi berbeda, tak ada yang berusaha merebut.
Dengan tenang Zhou Yi menerima bola, berbalik, lalu membawa bola maju.
Baru setelah melihatnya membawa bola beberapa langkah, Eto'o akhirnya menyergap.
Saat itu, Zhou Yi langsung mengoper bola kepada rekan gelandangnya, Sven Bender.
Setelah menerima operan, Sven Bender juga tidak ditekan oleh pemain Inter Milan.
Ia bisa dengan tenang mengontrol bola lalu mengamati situasi.
Zhou Yi memanfaatkan waktu ini untuk menyelinap di depannya sambil memberi isyarat minta bola.
Sven Bender pun mengoper bola ke arahnya.
Sebelum menerima bola, Zhou Yi membelakangi arah serangan. Saat menerima bola, ia menariknya ke belakang dengan kaki kanan sambil berbalik tubuh menghadap arah serangan.
Tetapi tetap tidak ada pemain Inter Milan yang langsung menekan. Di sekitarnya sebenarnya ada Stankovic dan Coutinho, namun mereka hanya mengawasi tanpa mendekat.
Karena lawan tidak mendekat, Zhou Yi pun membawa bola maju.
Baru saat Zhou Yi menggiring bola, Stankovic mulai mendekati Zhou Yi.
Tentu saja, Zhou Yi kembali mengoper bola.
Kemudian ia terus bekerja sama dengan rekan setimnya dalam operan-operan pendek. Setelah serangkaian kombinasi, Zhou Yi telah menjelajahi ketiga area gelandang kiri, tengah, dan kanan. Tampak jelas pertahanan Inter Milan di lini tengah memang sangat longgar.
Berkali-kali Zhou Yi bisa dengan mudah menerima bola lalu menyesuaikan posisi dengan tenang.
Perlakuan seperti ini jarang ia dapatkan di babak pertama.
Tidak hanya Zhou Yi sendiri, tekanan pertahanan yang dihadapi pemain Borussia Dortmund lainnya juga jauh berkurang.
Hanya saja sejauh ini, pertahanan Inter Milan di Zona 30 Meter masih cukup solid. Dia hanya mencoba sedikit, langsung menyadari hal ini, lalu mengembalikan bola untuk memastikan penguasaan tetap di pihak mereka.
Kemudian mencari cara, menemukan ruang kosong, dan mengeksploitasi kelemahan.
Jika tidak ada kesempatan bagus untuk sementara, Zhou Yi menginstruksikan operan mundur berulang-ulang, bahkan sampai ke kaki kiper Langerak, sebelum mengirimkannya maju lagi.
Tapi dia tidak selalu harus menerima dan mengoper bola, kadang operan bisa melewatinya.
Di saat seperti ini, dia langsung berlari ke depan sambil mengamati situasi, menyadari Inter Milan tidak berusaha memperketat pengawalannya.
Mungkin mereka mengira dia hanya lari tanpa tujuan?
……
Borussia Dortmund mengedarkan bola lagi tanpa menemukan celah. Saat itu Zhou Yi sudah berada di area depan, tapi malah menunjuk ke belakang sambil meneriakkan nama Shinji Kagawa yang memegang bola, memintanya mengoper mundur daripada ke dirinya.
Shinji Kagawa berbalik dan mengoper ke gelandang bertahan Sven Bender.
Formasi Inter Milan langsung terdorong maju mengikuti alur bola.
Sven Bender awalnya ingin mengoper ke Zhou Yi, tapi menyadari Zhou Yi masih di depan terlalu jauh, dengan pemain Inter Milan menghalangi jalur operan yang berisiko direbut.
Dan jika dirinya ingin mengoper ke Zhou Yi, Zhou Yi pasti akan menerima bola sambil membelakangi arah serangan. Setelah menerima bola, kemungkinan besar dia akan mengembalikan operan ke dirinya lagi, tidak ada artinya.
Saat itu dia melihat Götze di sayap.
Langsung dia melakukan umpan panjang melintasi kepala Sneijder, gelandang Inter Milan yang sedang menyerang di area tengah, menuju sayap.
Götze menerima bola di sayap, Zanetti sudah menghadang di depannya. Zanetti si "pemain muda" berpengalaman tidak langsung menekan, melainkan menjaga posisinya dengan jarak yang tepat dari Götze.
Mencegahnya mendapat kesempatan menembus.
Benar saja, menghadapi pertahanan Zanetti, Götze sama sekali tak bisa menembus. Sneijder yang tadi menyerang juga sudah berbalik dan berlari ke arahnya.
Tiba-tiba Mark yang tadinya berada di paling depan mulai berakselerasi mundur.
Sementara Zhou Yi yang tetap di area depan lawan mulai bergerak horizontal dari rusuk kanan menuju tengah.
Pergerakan keduanya langsung diikuti pemain Inter Milan.
Yang mengikuti Mark adalah bek tengah Inter Milan Lúcio, sedangkan yang mengawal Zhou Yi adalah bek tengah lainnya, Samuel.
Menyadari Zhou Yi dan Mark telah menarik dua bek tengah lawan, Götze langsung melakukan umpan silang panjang ke... Mark!
Dia tidak mengoper ke Zhou Yi, tapi memilih mengirim bola ke Mark.
Namun untuk mencegah bola diambil saat di tanah, Götze memilih mengirim bola tinggi. Meski sulit diblok di udara, ini secara tak langsung meningkatkan kesulitan Mark dalam menerima bola.
Kalau dia mengontrol bola dengan dada, Lucio langsung akan membayangi, sehingga dia tidak punya kesempatan lagi untuk berbalik...
Tapi Mark tidak mengontrol bola, dia jelas sangat paham bagaimana melakukan kombinasi dengan Zhou Yi.
Langsung saja dia menggunakan dadanya... menyundul bola yang melayang ke arah Zhou Yi!
Saat itu, Zhou Yi tepat berlari ke hadapannya!
Jarak antara mereka sangat dekat, Zhou Yi hampir tidak mungkin mengontrol bola yang tiba-tiba disundul ini. Bahkan jika berhasil, Samuel sudah siap menghadang.
Kali ini, di depan semua orang, Zhou Yi menunjukkan imajinasinya yang luar biasa - dia sedikit merendahkan badan, lalu menyundul bola kembali dengan kepala!
Bola melambung melewati kepala Lucio!
Lucio tidak menyangka Zhou Yi akan memproses bola seperti ini. Saat melihat bola melayang, dia terdiam sejenak baru teringat: Nomor 45 Mark yang tadi di depannya... sudah berbalik lari ke belakangnya!
Sial!
Ini adalah umpan terobosan jebakan offside yang dilakukan dengan sundulan kepala!
