Bab 160 Sutradara Utama Pertandingan Luar Biasa Ini

　　Umpan Zhou Yi ini cukup mengejutkan karena perhatian semua tertuju pada Lewandowski yang jelas-jelas ingin berbalik dan menyerang. 　　Tak disangka Zhou Yi sama sekali tidak mengoper kepadanya, malah mengarahkan bola ke sisi berlawanan menuju ruang kosong. 　　Ada siapa di ruang kosong itu? 　　"Shinji Kagawa!" Komentator Jepang bersemangat luar biasa. 　　Di momen krusial ini, Shinji Kagawa menyambar dari sayap dan muncul di belakang pertahanan Inter Milan, menerima bola! 　　Jika bisa mencetak gol, bukankah dia akan menjadi pahlawan pertandingan?! 　　Karena itu komentator Jepang begitu bergairah. 　　Gerakan tiba-tiba Shinji Kagawa menyambut bola benar-benar mengejutkan semua. Banyak yang tak menyangka masih ada pemain Borussia Dortmund yang bisa muncul di posisi ini! 　　Perlu diketahui bahwa celah antara Samuel dan Maicon sebenarnya tidak terlalu besar. Meskipun bek tengah Argentina ini bergeser ke area tengah, dia tidak muncul di belakang Lúcio dan masih menjaga koneksi dengan Maicon. 　　Tak disangka Zhou Yi benar-benar mengoper bola melalui celah sempit ini. 　　Yang lebih mengejutkan, pemain Dortmund benar-benar percaya Zhou Yi bisa mengirimkan bola melalui jalur ini. Shinji Kagawa dengan tegas melakukan serangan ke depan, tepat menyambut operan Zhou Yi! 　　Sekarang, semua mata tertuju pada Shinji Kagawa. 　　Bahkan Zanetti yang tadinya mengawal Zhou Yi tiba-tiba berakselerasi masuk ke area penalti. 　　Entah Kagawa akan mengoper atau menembus sendiri untuk menembak, Inter Milan membutuhkan bantuan di area penalti! 　　Maicon dan Samuel hampir bersamaan berbalik menyerbu Kagawa. 　　Lúcio mengawal Lewandowski. 　　Mark juga menekan ke area penalti, Cordoba berbalik menghadapinya. 　　Götze juga sprint ke area penalti, tapi dia dihadapi Santon dan Chivu. 　　Dalam kondisi seperti ini, Kagawa membawa bola menyusup ke dalam dan ikut menerobos area penalti. 　　Namun gerakan ini justru mempersempit sudut tembakannya. Mengoper mungkin menjadi pilihan terbaik dan satu-satunya saat ini. 　　Di titik ini, sistem man-to-man di area penalti menjadi sangat krusial... 　　Kagawa menoleh ke arah gawang lalu... mengoper! 　　Tapi bukan umpan ke depan gawang, melainkan umpan segitiga terbalik ke belakang! 　　Ia mengoper bola ke... Zhou Yi yang menyelinap ke area penalti! 　　Saat perhatian semua orang mengikuti pergerakan bola ke belakang, barulah mereka melihat Zhou Yi yang menunggu di garis kotak penalti! 　　Zanetti buru-buru berbalik mencoba menghalangi tembakan Zhou Yi, namun putaran darurat ini terlalu keras membuat kakinya sedikit tergelincir. Ia harus menopang tubuh dengan kedua tangan agar tidak terjatuh. 　　Kapten Inter Milan yang gigih menyapu horizontal, berusaha menutup sudut tembakan Zhou Yi. 　　Zhou Yi memang mengangkat kaki kanannya, bersiap melakukan gerakan menembak. 　　"Zhou Yi——!" He Ping berteriak gembira. 　　Tak disangka bola akhirnya mendarat di kaki Zhou Yi! 　　Tapi di saat ini hatinya berdebar-debar – Jangan sampai meleset! Jangan sampai menyimpang! Jangan... sia-siakan kesempatan terakhir ini! 　　Ia menggigit gigi, membelalakkan mata, menatap Zhou Yi di layar TV sampai lupa memberikan komentar. 　　…… 　　Zhou Yi mengayunkan kaki kanan, berpura-pura akan menembak. 　　Namun saat kaki kanannya diayunkan ke bawah, alih-alih benar-benar menendang bola ke gawang... ia justru menggeser ke kiri! 　　Mengelabui Zanetti yang berusaha merebut kembali! 　　"Bagus!" Di depan TV, Zhou Jianliang tak kuasa menahan diri memukul paha sambil berteriak, membuat Li Cuiyun di sampingnya kaget. 　　Tapi Li Cuiyun tak sempat melototi suaminya. Matanya juga tertancap pada layar TV, tak berkedip, khawatir melewatkan momen menegangkan. 　　…… 　　Zhou Yi yang melewati Zanetti melangkah ke kiri, kaki kanan menapak di samping bola, kaki kiri mengayun dari belakang, tembakan! 　　Kali ini benar-benar tembakan! 　　Bagian dalam kaki kiri menyapu bola, bola melayang membentuk akurasi lengkung menuju sudut jauh gawang! 　　"Tembakan!!" 　　Lewandowski di area penalti melihat Zhou Yi mengangkat kaki, segera mendorong dada dan perut ke depan. Begitu gerakan ini dilakukan, bola nyaris melesat melewati pinggangnya yang melengkung ke depan! 　　Lucio di belakangnya refleks menjulurkan kepala untuk menghalau, ingin menyundul bola keluar. Tapi karena awalnya berlari ke arah berlawanan, sundulan ke arah sebaliknya membuat lehernya tak cukup panjang... gagal menyentuh! 　　Bola terus melaju dengan putaran kuat, mengganggu udara sekitarnya, menuju gawang! 　　César yang berjaga di depan gawang terhalang pandangan oleh sekelompok pemain, terutama Lewandowski dan Lucio. 　　Saat melihat bola berbelok, dia kaget, lalu menendang dan menerjang... sudah terlambat. 　　Dia gagal menyentuh bola, hanya meraih udara yang bergejolak... 　　Terbang di udara, dia hanya bisa menyaksikan bola... masuk ke gawang! 　　Masih melayang di udara, matanya membelalak tak percaya... 　　Bola itu... masuk?! 　　…… 　　“Ah!! Ah——！！！” Melihat bola masuk ke gawang, Marcel Leif menyangga kepala dengan kedua tangan, berteriak histeris hanya bisa mengucapkan “Ah”, tak bisa berkata-kata. 　　He Ping sedikit lebih baik darinya, mungkin karena hatinya sejak awal sudah menanti-nanti, jadi ketika bola terbang masuk gawang, ia mengangkat tangan berteriak: “Gol! Bola masuk! Indahnya gol itu!! Zhou Yi! Dia berhasil! Di menit akhir pertandingan, golnya membantu tim menyamakan skor! Dari 0:4 menjadi 4:4! Zhou Yi langsung menciptakan tiga gol, dia adalah sutradara utama pertandingan luar biasa ini!” 　　…… 　　Saat bola masuk gawang, Stadion Giuseppe Meazza tidak menjadi sunyi senyap, melainkan seperti kuali yang mendidih! 　　Semua orang mengeluarkan teriakan, ada yang sekadar mengeluarkan suara tak bermakna, ada yang mengutuk, ada yang takjub, ada pula yang menjerit-jerit... 　　Siapa sangka, Borussia Dortmund benar-benar berhasil menyamakan skor!? 　　Segelintir suporter Borussia Dortmund yang ikut menyertai tim melompat dari kursi, berpelukan erat, lalu menoleh ke lapangan dengan pandangan tak percaya. 　　…… 　　“Aduh! Aduh! Aduh aduh aduh!!!” Sun Pan menggunakan serangkaian kata seru untuk mengekspresikan perasaannya saat ini. 　　Tertinggal empat gol dan kurang satu pemain, ini masih bisa disamakan? 　　Masuk akal tidak ini? 　　He Ying juga terkejut, mengirim tanda “!” di grup. 　　Yang Muge terdiam sejenak sebelum berkata di grup: “Benar-benar skor imbang ya...” 　　Dan Guo Nu? Sama sekali tidak bersuara. Berada di lokasi, dia benar-benar terpana. Dia berdiri di kursinya, menatap kosong ke arah pemain Borussia Dortmund yang sedang berhamburan menggila ke arah Zhou Yi. 　　Dia bagaikan putik di tengah bunga kuning, berdiri kokoh di tengah lapangan, sementara kelopak-kelopak kuning itu mati-matian ingin melekat padanya... 　　Ini mungkin pertandingan paling gila yang pernah ditonton Guo Nu. 　　Dia sudah tidak ingin mengulangi betapa sulitnya pertandingan ini bagi Borussia Dortmund. Singkatnya, wajahnya kini ditulis jelas kata "BINGUNG". Dia terkesima, takjub. 　　Meski dia pendukung Inter Milan, pada detik ini, dia sama sekali tidak bisa menyimpan dendam atas gol Zhou Yi ini. 　　Karena ini luar biasa! 　　…… 　　Setelah mencetak gol, Zhou Yi tidak berbalik berlari merayakan, melainkan tetap berdiri di tempat, satu jari menunjuk langit. 　　Ini bukan karena dia sengaja ingin pamer, tapi sungguh dia sudah tidak kuat berlari lagi, jadi memilih merayakan gol di tempat... 　　Rekan-rekan setimnya berkerumun, memeluknya, menenggelamkannya. Hanya tangan yang menunjuk langit itu masih tegak berdiri, bagaikan bendera besar, sementara pemain Borussia Dortmund lainnya berkumpul di bawah panji itu. 　　Klopp di pinggir lapangan menyaksikan pemandangan ini, mengangkat kedua tangan dan menampar wajahnya sendiri keras-keras untuk menyadarkan diri, memastikan ini bukan mimpi. 　　Lalu dia menoleh ke Buvac bertanya: "Apa kita benar-benar berhasil?" 　　Dengan wajah tertawa yang hampir terdistorsi, Buvac berseru gembira: "Ya! Kita berhasil! Kita berhasil menyamakan skor!!" 　　Kemudian dia langsung menerjang dan memeluk Klopp. 　　Klopp terdorong mundur dua langkah, lalu memukul punggung Buvac dengan keras sambil tertawa lepas. 　　Di momen ini, tak ada kata-kata yang bisa menyaingi tawa lepas nan jujur ini. 　　…… 　　"Luar biasa, ya ampun!" Marcel Leif akhirnya bereaksi, berteriak histeris. "Di saat tersulit Borussia Dortmund, kupikir jika di babak kedua mereka bisa mencetak satu gol saja sudah cukup untuk menyelamatkan muka. Tapi... tak disangka... mereka malah menyamakan skor! 4:4! Hanya dengan melihat angka ini, kita sudah bisa membayangkan betapa penuh emosi dan dramatisnya pertandingan ini! Tapi setelah menonton langsung, baru sadar bahwa bayangan kita masih terpaut 100.000 kilometer dari kenyataan! Sungguh sulit diungkapkan dengan kata-kata betapa hebatnya pertandingan ini! Para pemuda Borussia Dortmund berhasil imbang di kandang lawan melawan juara bertahan yang bermain dengan satu pemain lebih banyak!" 　　Di depan TV, Nyonya Wagner tidak bersorak atau berteriak, tapi menutupi wajahnya dengan kedua tangan sambil menangis karena terlalu emosi. 　　Sebuah pertandingan seolah mengarungi semua suka-duka kehidupan, memberikan pukulan emosional yang besar bagi Nyonya Wagner. 　　Yang bisa dilakukan suaminya hanyalah memeluknya erat-erat. 　　Kottane duduk di samping, menatap layar TV dengan pandangan terpaku. 　　Pertandingan ini juga memberikannya kejutan yang tidak kecil... 　　Saat skor 0-4 di babak pertama, dia merasa Borussia Dortmund pasti kalah. Jika bukan karena menonton bersama orang tua di rumah, mungkin dia sudah mematikan TV dan membaca buku. 　　Tapi jika benar melakukan itu, dia akan melewatkan babak kedua yang begitu mendebarkan. 　　Terutama menit-menit terakhir pertandingan, mulai sebelum Mark mencetak dua gol hingga Zhou Yi mencetak gol, bahkan membuatnya yang bukan suporter merasa sesak napas. Napas tertahan, mata tak berkedip. 　　Tapi dia merasa ini bukan pesona sepak bola, melainkan pesona yang dipancarkan sekelompok orang yang pantang menyerah. 　　Matanya terus tertuju pada tubuh Zhou Yi. 　　Tiga dari empat gol tim berkaitan langsung dengannya, satu lagi serangannya diinisiasinya. 　　Tubuh kurus pria ini sepertinya menyimpan ketegaran yang jauh melampaui imajinasi orang biasa. 　　Gerakan tenangnya saat melewati Zanetti dan melepaskan tembakan tadi, bahkan membuat hatinya sendiri bergetar... 　　Meski tak ingin mengakuinya karena agak memalukan, perasaan sejati dalam hati takkan berubah karena keinginan subjektifnya. 　　Anak ini benar-benar penyihir timur, apakah dia punya ilmu sihir? 　　Mengapa bahkan dirinya sendiri sampai goyah? 　　…… 　　"Aaaaaa!" Zhou Jianliang di depan TV melompat gembira, lalu berjingkrak-jingkrak dan berteriak-teriak di ruang tamu. 　　Saat ini, dia seakan melupakan sepenuhnya pernyataannya sebelumnya bahwa Borussia Dortmund mustahil bangkit. 　　Tidak masalah, mengingkari janji pun tak apa, asal penampilan anak dalam pertandingan ini bagus! 　　Bahkan jika harus menarik kembali ucapannya sendiri, dia merasa itu semanis madu. 　　Li Cuiyun juga menjerit kegirangan saat gol terjadi, lalu suaminya langsung menjadi pusat perhatian di ruang tamu. 　　Duduk di sofa, ia memandang suaminya yang bersemangat seperti anak kecil, tanpa mengingatkannya untuk tidak mengganggu tetangga. Sekarang ini, apapun yang dikatakan pasti tak didengarnya, kan? 　　Lagipula, seorang pria tua yang bisa melepaskan diri sesuka hati... Biarkan saja! 　　Li Cuiyun tersenyum memandang suaminya yang sedang kalap.