Di ruang ganti Kickers Offenbach, Sun Pan sedang menerima ucapan selamat rekan setim.
Sudah tiga bulan di sini tapi masih belum lancar bahasa Jerman. Komunikasinya pakai bahasa tubuh——acungan jempol saja sudah cukup dimengerti.
Pujian dari rekan setim ia terima dengan lapang dada.
Ia yakin Zhou Yi sedang menonton pertandingan ini. Begitu juga Yang Muge. Pasti mereka sedang ramai-ramai komentar di grup.
Jadi semua orang bisa melihat, terutama He Ying.
Pindah dari Chelsea ke tempat terpencil ini, jelas ini adalah sebuah kegagalan.
Mengapa dia datang ke sini? Dia sendiri juga tidak terlalu paham, yang penting dia sudah di sini.
Dibandingkan dengan teman-temannya, dia yang paling gagal. Meski di grup chat dia terlihat santai, sebenarnya harga dirinya cukup tinggi. Dia tidak ingin orang lain tahu kondisi aktualnya.
Kalau bukan karena kebetulan Offenbach Kickert bertemu Borussia Dortmund, mungkin sampai masa pinjamannya habis pun dia tidak berniat memberi tahu teman-temannya bahwa dia pernah bermain di sini.
Sekarang setelah semua sudah tahu, Sun Pan bertekad tampil gemilang di pertandingan ini. Dia ingin semua orang tahu kedatangannya ke sini bukan kemunduran, tapi awal baru!
Emas akan tetap berkilau di mana pun berada, seorang genius akan tetap bersinar di lapangan mana pun!
Karena itulah performanya di pertandingan ini sangat istimewa.
Pelatih tim, Tuan Wolf, juga terkejut dengan performa Sun Pan. Keputusannya menempatkan Sun Pan sebagai starter lebih karena tekanan - tepat sebelum pertandingan, klub Chelsea secara halus memberi pressing agar pemain pinjaman mereka mendapat lebih banyak kesempatan bermain.
Sudah dua bulan liga berjalan, Sun Pan belum juga tampil. Ini benar-benar tidak bisa diterima.
Chelsea bukan klub yang asal meminjamkan pemain lalu lepas tangan.
Akhirnya Wolf terpaksa menempatkan Sun Pan sebagai starter di pertandingan ini.
Tak disangka, Sun Pan yang jadi starter justru memberinya kejutan besar.
Setelah masuk, hal pertama yang dia lakukan adalah memuji performa Sun Pan, lalu menyuruh seluruh tim untuk terus bermain bertahan di babak kedua, memastikan tidak kebobolan.
Piala Jerman menggunakan sistem gugur satu pertandingan, tidak ada sistem kandang-tandang dua leg, juga tidak seperti piala Inggris yang mengadakan ulang pertandingan jika seri.
Jika skor imbang dalam 90 menit di Piala Jerman, langsung masuk perpanjangan waktu 30 menit. Kalau masih imbang, langsung adu penalti.
Jadi jika Kickers Offenbach bisa imbang dengan Borussia Dortmund dalam 120 menit, mereka berkesempatan adu penalti melawan Dortmund.
Ini tentu hasil terbaik karena adu penalti bisa menutup jurang kemampuan antar tim.
Ditambah kondisi Sun Pan hari ini benar-benar luar biasa...
Sangat layak untuk diantisipasi!
……
Memasuki babak kedua, Borussia Dortmund terus mengepung gawang Kickers Offenbach.
Serangan mereka bahkan semakin ganas.
Melihat ini, Zhou Yi menduga pasti pelatih Klopp mengomel habis-habisan saat jeda babak...
Tapi sekeras apapun serangan Dortmund, setajam apapun tembakan mereka, Sun Pan seperti memakai cheat - menepis segala usaha baik tendangan tinggi maupun rendah.
"Sun! Ooohh! Penyelamatan brilian lagi!"
“Sun! Dia berhasil menangkap sundulan dekat Zidan dengan mantap!”
“Tembakan Großkreutz sangat mendadak, namun Sun masih berhasil menepisnya dengan kedua tinju!”
Menit ke-60, Borussia Dortmund yang kesulitan mencetak gol melakukan penyesuaian pergantian pemain pertama. Shinji Kagawa yang awalnya duduk di bangku cadangan masuk menggantikan Großkreutz yang performanya buruk dalam serangan.
Masuknya Shinji Kagawa menjadi sinyal bahwa Borussia Dortmund akan berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan Offenbach dalam 90 menit pertandingan.
Namun penyesuaian ini terasa agak terlambat...
Penyelamatan demi penyelamatan luar biasa Sun Pan memberi semangat juang dan kepercayaan diri besar bagi pemain Kickers Offenbach, membuat mereka sadar tidak hanya jadi figuran bagi tim kuat.
Seluruh tim Kickers Offenbach bersatu padat. Tidak hanya mengandalkan penyelamatan Sun Pan, kesebelas pemain mundur ke zona 30 meter mereka sendiri, membentuk tembok manusia dan bertahan dengan cara menyumbat lubang peluru untuk mencegah gol Dortmund.
Komentator pun mulai menunjukkan keberpihakan pada Kickers Offenbach dalam siaran.
Wajar jika orang cenderung simpati pada underdog, apalagi ketika underdog menunjukkan ketangguhan luar biasa melawan tim kuat - mereka pasti dapat dukungan netral.
Performa Kickers Offenbach dalam pertandingan ini sepenuhnya layak mendapat dukungan.
Menit ke-73, Wolf mengganti gelandang Da Costa dengan bek Törl, jelas ingin memperkuat pertahanan.
Borussia Dortmund langsung membalas dengan memasukkan penyerang Markus Wagner menggantikan gelandang starter Antonio Da Silva. Mereka terus meningkatkan serangan.
Namun penyesuaian dari Borussia Dortmund tidak membuahkan hasil. Hingga menit ke-85, skor tetap 0-0, Borussia Dortmund gagal menembus gawang Kickers Offenbach.
Saat itu, Klopp menggunakan kuota pengganti terakhirnya dengan memasukkan Götze menggantikan gelandang Forna.
Tapi hingga 90 menit pertandingan berakhir, Borussia Dortmund tetap gagal mencetak gol.
Ketika wasit utama meniup peluit tanda berakhirnya 90 menit, Stadion Bieberer Berg milik Kickers Offenbach menggema oleh sorak-sorai gegap gempita.
"Luar biasa! Kickers Offenbach berhasil mempertahankan gawang mereka selama 90 menit penuh! Hasil ini pasti di luar perkiraan banyak orang sebelum pertandingan? Suporter Borussia Dortmund pasti mengira pertandingan ini akan selesai dalam 20 menit..." komentator bersemangat berkomentar.
“Meskipun Borussia Dortmund sering melakukan pergantian pemain di babak kedua, mereka tetap tidak bisa membobol gawang Kickers Offenbach. Para pemain Kickers Offenbach jelas sedang dalam kondisi puncak. Di bawah kepemimpinan kiper muda Sun, mereka bermain penuh percaya diri. Setiap pertahanan dilakukan dengan segenap tenaga dan... bersih dan tegas! Bahkan tendangan bebas pun jarang didapat Dortmund!”
“Serangan Borussia Dortmund bagai terperangkap dalam lumpur, kehabisan ide. Mereka hanya bisa mengandalkan umpan silang dari sayap yang monoton, atau sekadar melakukan tendangan jauh dari luar area penalti – tindakan ini tak lebih dari memberi kesempatan kiper Kickers Offenbach, Sun, untuk unjuk kebolehan. Saat ini, aku yakin setiap suporter Borussia Dortmund di depan televisi pasti merindukan Zhou Yi. Klopp pun mungkin menyesal tidak membawanya ke Offenbach.”
Zhou Yi tak menyangka namanya disebut-sebut. Di depan televisi, ia melirik ke atas. Penyebutan namanya di saat seperti ini bukanlah pertanda baik. Artinya jika Dortmund kalah, ia akan dihujani pertanyaan wartawan: "Apakah menurutmu keputusan Klopp tidak membawamu ke Offenbach menjadi penyebab kekalahan?"
Pertanyaan itu sebenarnya sangat bodoh, tapi wartawan suka mengajukannya. Zhou Yi pun tak bisa menghindar.
Tentu Zhou Yi tak bisa menjawab: "Ya, semuanya karena aku tidak dibawa. Kalau aku di lapangan, mengalahkan mereka semudah memotong labu dan mengiris sayur..."
Ia tidak sebodah itu.
Meski dia juga sangat berharap bisa berkontribusi untuk tim di lokasi, dia tidak tahu apakah Klopp menyesal tidak membawanya, tapi yang pasti dia menyesal tidak pergi...
Sekarang dia teringat perkataan Yang Muge kepadanya saat jeda babak pertama.
Sial, tidak menyangka Lao Yang punya atribut mulut burung gagak!
……
Waktu istirahat lima menit cepat berlalu.
Para pemain dari kedua tim kembali ke lapangan, kemudian memulai babak pertama perpanjangan waktu.
Benar-benar bisa menahan Borussia Dortmund imbang selama 90 menit tanpa kebobolan, para pemain Kickers Offenbach tampil penuh percaya diri meski lelah, saat ini mental telah melampaui fisik.
Sebenarnya pertandingan yang sudah mencapai tahap ini, ujian sesungguhnya bukan lagi level teknis-taktikal, melainkan kualitas kemauan.
Berbeda dengan Kickers Offenbach yang penuh semangat, para pemain Borussia Dortmund justru tampak frustasi.
Karena mereka mengira pertandingan bisa selesai di babak pertama, malah terseret ke perpanjangan waktu oleh orang itu. Segala serangan dan tembakan mereka selalu gagal mencetak gol, sangat meruntuhkan moral.
Kiper itu seperti mabuk obat, lincah melompat ke segala arah. Membuat setiap serangan mereka sia-sia.
Hari ini seolah-olah bahkan Tuhan tidak berada di pihak mereka.
Begitu pikiran seperti ini muncul, para pemain Dortmund merasa putus asa. Moral tim tentu anjlok.
Borussia Dortmund yang moralnya rendah bermain tanpa fokus di babak pertama perpanjangan waktu, malah membiarkan Kickers Offenbach mendominasi. Gawang Dortmund bahkan sempat terancam.
Pemandangan ini membuat Klopp melompat-lompat marah di pinggir lapangan, berteriak-teriak ke arah lapangan dengan urat lehernya menonjol.
Jelas, dia sangat tidak puas dengan performa para pemainnya.
Tapi sekarang dia sudah kehabisan akal, semua kuota pengganti telah habis. Dia hanya bisa cemas di pinggir lapangan tanpa bisa berbuat apa-apa...
Lima belas menit babak pertama perpanjangan waktu berakhir, Dortmund masih belum mencetak gol. Jangankan mencetak gol, tidak kebobolan saja sudah cukup baik...
Kedua tim langsung bertukar sisi lapangan tanpa istirahat.
Sebenarnya pemain kedua tim sudah sangat kelelahan. Dortmund yang bermain di tiga kompetisi meski sudah melakukan rotasi besar-besaran, stamina pemainnya tetap tidak cukup prima.
Di awal babak kedua perpanjangan waktu, penyerang Zidan langsung mengalami kram.
Tapi saat ini Dortmund sudah kehabisan kuota pengganti. Meski Zidan kram, dia harus tetap di lapangan. Tidak bisa lari pun harus tetap berdiri sekadar mengisi tempat, kontribusinya untuk serangan tim praktis nol...
Pertandingan yang sudah sampai di titik ini semakin menunjukkan Dortmund di ujung tanduk, sementara Kickers Offenbach seolah sudah di ambang kemenangan.
Nyanyian dan sorak-sorai suporter Kickers Offenbach di Biberer Berg Stadion terus bergema tanpa henti dari televisi.
"Di depan televisi, Zhou Yi sudah lama terdiam, tidak berbicara di grup..."
