Mungkin ucapan dan sikap arogan Cahill akan membuat suporter China sangat kesal - semua orang paham maksud tersiratnya - tapi sebenarnya Cahill tidak salah, kemampuan Tim China memang tidak cukup kuat. Ini yang paling menyebalkan, saat tahu orang itu sedang menghina tapi tidak bisa membantah karena ucapannya benar...
Perasaan seperti ini benar-benar sangat tidak nyaman.
Lima menit setelah semifinal dimulai, Harry Kewell mencetak gol pembuka untuk Australia.
Usia Kewell satu tahun lebih tua dari bintang Australia saat ini Tim Cahill, tapi ketenarannya jauh lebih awal. Saat Leeds United dengan seragam putih mengobarkan badai Young Guns di sepakbola Inggris dan Eropa dulu, Cahill, Viduka, Rio Ferdinand dkk sangat dihormati. Kewell juga masuk ke penglihatan suporter China.
Kemudian di Liverpool, ia meraih gelar Champions Eropa bersama tim. Ia juga orang Australia pertama yang memenangkan kejuaraan ini.
Namun karena pengaruh cedera, performanya menurun drastis setelah awalan yang bagus. Kini dia bermain untuk klub Turki Galatasaray, yang jelas bukan pusat sepak bola Eropa.
Meski Kewell terus diterpa cedera, kualitasnya masih tetap ada.
Ini bisa dilihat dari gol yang baru saja dia cetak.
Sebuah tendangan lengkung kaki kiri yang indah menerobos jari-jari Yang Zhi, melesak ke gawang Tim China.
Tertinggal 1-0 baru lima menit pertandingan, pukulan berat bagi Tim China.
Banyak pemain yang menutupi kepala dengan kedua tangan, menunjukkan ekspresi kekecewaan yang mendalam saat Australia mencetak gol.
Tapi Zhou Yi tetap tenang.
Rasa frustasi mereka muncul karena kejutan, tak menyangka Australia bisa mencetak gol begitu cepat.
Tapi Zhou Yi sudah mengalami situasi serupa dalam banyak simulasi di dunia virtual.
Mengingat kemampuan Australia, pencapaian ini sebenarnya wajar.
Dalam berbagai simulasi pertandingan, Tim China lebih sering kalah daripada menang saat melawan Australia.
Meski ucapan Cahill terdengar kasar, dia memang menyampaikan fakta.
Kemampuan keseluruhan Tim China memang tidak kuat.
Tapi Zhou Yi berpendapat bahwa kekuatan tim tidak selalu berbanding lurus dengan hasil pertandingan.
Kuncinya tetap pada performa lapangan saat pertandingan.
“Kebobolan lebih awal sebenarnya lebih baik, setidaknya Tim China punya banyak waktu untuk menyamakan skor. Jika tersisa lima menit lagi pertandingan baru kebobolan, itu baru harus menangis.”
“Sekarang yang utama adalah jangan biarkan Australia mencetak gol beruntun dalam waktu singkat. Jika itu terjadi, akan menjadi pukulan yang menghancurkan moral dan kepercayaan diri Tim China.”
Memikirkan ini, Zhou Yi mengangkat kedua tangannya lalu menepuk dengan keras. Ia terus menepuk sampai semakin banyak rekan setim yang mengangkat kepala dan menatapnya.
“Kita masih punya 85 menit untuk melakukan sesuatu. Jadi kebobolan sekarang bukan masalah besar. Selanjutnya harus lebih waspada, mereka pasti akan menyerang habis-habisan. Saat itu datang, kita harus bertahan. Dalam mengolah bola jangan panik, tegas dan lugas saja. Jika bingung ke mana harus mengoper... operkan ke saya!”
Dalam suasana yang agak bising, suara Zhou Yi sampai ke telinga setiap pemain Tim China.
Meskipun Zhou Yi adalah pemain termuda di timnas ini, tak ada yang mempertanyakan atau menentangnya ketika ia berbicara seperti ini. Malah tanpa sadar mereka mendengarkannya, dan merasa tenang karena ada yang mengambil inisiatif.
Seperti orang yang bingung tak tahu harus berbuat apa, tiba-tiba menemukan arah.
Karena Zhou Yi tidak hanya mengucapkan kata-kata manis di permukaan, ia juga memberikan solusi praktis di akhir - jika bingung ke mana harus mengoper, operkan ke dia!
Gao Hongbo yang semula cemas setelah kebobolan, berniat meneriaki pemain dari pinggir lapangan. Namun ketika melihat Zhou Yi sudah berbicara di tengah kerumunan, ia mengurungkan niat itu.
Meski sama sekali tidak mendengar apa yang dikatakan Zhou Yi, dia bisa melihat ekspresi pemain lain yang memandang fokus ke arah Zhou Yi, melupakan kegelisahan dan ketegangan pasca kebobolan.
Sebenarnya, nasihatnya di pinggir lapangan juga bertujuan agar para pemain melepaskan emosi tegang dan tidak terus memikirkan gol yang kemasukan.
Sekarang karena Zhou Yi sudah menyelesaikan tugasnya, buat apa dia membuang-buang air liur lagi?
Maka dia berbalik dan duduk kembali.
……
Setelah pertandingan dimulai kembali, sesuai prediksi Zhou Yi, Australia yang unggul satu gol melancarkan serangan gencar ke Gawang Tim China.
Jika Tim China masih terbelenggu rasa frustasi pasca kebobolan, konsentrasi mereka rentan buyar dalam duel fisik sengit.
Momentum seperti ini sangat rawan terjadi kebobolan lagi.
Dalam pertandingan sepak bola, kondisi semacam ini kerap terjadi.
Australia juga berencana memanfaatkan kesempatan ini untuk memperlebar keunggulan.
Yang tak disangka, ucapan Zhou Yi berhasil menenangkan para pemain China. Menghadapi serangan Australia yang agresif, mereka menangani bola dengan tegas - jika tidak memungkinkan, langsung menendang jauh ke area depan. Asalkan bola tidak berlama-lama di lini belakang.
Lalu bagaimana jika mereka memegang bola tapi kebingungan menghadapi pressing ketat Australia?
Mereka akan teringat pesan Zhou Yi - "Oper bolanya ke aku!"
Maka mereka pun mengoper sepak bola kepada Zhou Yi.
Dan sebenarnya memang luar biasa, karena di mana pun pemain itu menguasai bola, dia tidak perlu bersusah payah untuk menemukan Zhou Yi dan memiliki jalur operan yang relatif mudah dengannya.
Zhou Yi di lapangan seolah-olah ada di mana-mana.
Pemain-pemain yang bermain di lapangan mungkin terkejut, tapi tingkat keterkejutan mereka mungkin masih kalah dibandingkan para penonton.
Baik penonton di stadion, pelatih di bangku cadangan, wartawan media, komentator di bilik komentar, maupun penonton di depan TV – semua bisa melihat bahwa di tengah serangan gencar Australia, Zhou Yi adalah orang paling aktif di Tim China. Dia terus berlari tanpa henti.
Kadang-kadang sprint, tapi sebagian besar waktu hanya jogging – yang jelas tidak pernah terlihat dia berhenti dengan tangan di pinggang mengamati pertandingan.
Justru karena stamina tak kenal lelah dan lari tanpa henti inilah dia selalu muncul di tempat yang tepat tepat pada waktunya: menerima bola, lalu mengalirkannya keluar dari zona bahaya. Jika bisa mengatur serangan, dia akan membangun serangan. Jika tidak, langsung mengirim umpan panjang ke depan untuk mengganggu Australia dan mencegah mereka menyerang secara membabi buta.
Jangan salah, cara ini ternyata cukup manjur.
Menghadapi serangan agresif Australia, gaya permainan penguasaan bola Tim China tampak seperti jaring yang padat dan ulet. Ketika "tinju" Australia menghantam, jaring tersebut menahannya. Meski terlihat tidak sekokoh tembok, jaring ini mampu menetralisir kekuatan pukulan, membuat penyerang merasa kekuatannya seperti batu tenggelam di laut, sama sekali tidak bisa dikeluarkan.
Sebagai seorang gelandang, Zhou Yi memang bukan tipe gelandang bertahan yang bisa merebut bola dalam situasi satu lawan satu, atau melakukan tekel indah nan akurat dalam bertahan.
Zhou Yi sendiri pernah mengira dirinya tidak bisa bertahan, karena saat masih bermain sebagai penyerang dulu, ia sama sekali tidak pernah terlibat dalam pertahanan.
Namun setelah bergabung dengan Borussia Dortmund, terutama setelah dipromosikan ke tim utama, pertahanan menjadi bagian penting dalam latihan. Klopp juga sangat menekankannya, sehingga ia mulai belajar bertahan. Hanya saja, ia selalu merasa pertahanannya lebih bersifat simbolis, sekadar menunjukkan sikap positif di depan pelatih, bukan benar-benar efektif.
Tapi di musim ini, Zhou Yi memiliki persepsi berbeda tentang hal tersebut.
Terutama setelah beberapa pertandingan dimana tim langsung kebobolan begitu ia turun lapangan.
Secara logika, jika pertahananku buruk, saat digantikan gelandang bertahan seharusnya pertahanan tim membaik. Mengapa malah kebobolan?
Zhou Yi mulai memahami ulang konsep "pertahanan".
Bukan seperti dulu yang menganggap pertahanan hanya tugas bek dan gelandang bertahan, sekadar sliding tackle, tackle, jegal-jegalan, atau memblok pergerakan lawan.
Sebenarnya pertahanan bukan sekedar beberapa teknik spesifik, melainkan konsep taktis secara menyeluruh.
Merebut bola langsung dari kaki lawan dalam situasi satu lawan satu adalah pertahanan. Tapi menurut Zhou Yi, menguasai bola dengan keunggulan kolektif tim sehingga lawan tak mendapat peluang serangan berkualitas, juga termasuk bentuk pertahanan.
Bertahan di Zona 30 Meter sendiri jelas pertahanan. Tapi bagaimana dengan mengembangkan formasi, memainkan operan bola agar tak jatuh ke kaki lawan - bukankah itu juga pertahanan?
Zhou Yi berpendapat itu sama-sama pertahanan.
Lebih dari itu, pertahanan semacam ini lebih proaktif dibanding tertekan di Zona 30 Meter. Inisiatif ada di tangan kita. Saat tak ada peluang atau peluang buruk, itu fase bertahan. Begitu muncul celah bagus, langsung bertransformasi jadi serangan mematikan yang mengakhiri situasi bertahan.
Syaratnya, tim harus punya satu atau beberapa pemain inti yang cerdas membaca permainan. Plus seluruh pemain harus punya kemampuan operan memadai. Kalau teknik mengontrol bola masih berantakan, taktik secanggih apapun percuma.
Berkat Gao Hongbo, Tim China saat ini bisa dibilang memenuhi persyaratan tersebut - meski pas-pasan.
Karena filosofi kepelatihan Gao Hongbo memang mengutamakan penguasaan bola melalui operan. Ada yang menyebutnya sebagai tiruan Barcelona, namun Barcelona saat ini adalah klub paling sukses di dunia. Spanyol yang berbasis sepak bola Barcelona berhasil memenangkan Euro dan Piala Dunia. Jadi meniru Barcelona bukanlah masalah.
Kuncinya adalah pelatih memiliki pemahaman taktik yang jelas. Dalam seleksi pemain, tentu dipilih mereka yang memiliki kemampuan di bidang tersebut. Dari segi teknik operan, pemain Timnas ini sudah termasuk yang terbaik di dalam negeri.
Ditambah dengan berbagai latihan kombinasi operan yang ditekankan Gao Hongbo dalam sesi latihan, sering terlihat Pasukan Gao/Tim China mampu menampilkan operan satu sentuhan yang lancar dan terhubung di lini tengah-depan, dengan berbagai operan segitiga.
Dengan fondasi operan seperti ini, ditambah Zhou Yi yang memiliki penglihatan lapangan level 99... Mereka benar-benar bisa melakukan 30 operan beruntun tanpa kehilangan bola.
Dalam latihan internal, permainan "kejar lingkaran" (rondo) sebenarnya adalah latihan operan cepat dalam tekanan. Pemain Barcelona dan Timnas Spanyol sangat menyukai latihan yang bernuansa permainan ini. Pasukan Gao yang menekankan kombinasi operan, gerakan, dan pergerakan tentu sering berlatih.
Dengan Zhou Yi yang menjadi penghubung di mana-mana, operan Tim China berjalan lancar. Australia pun segera menyadari kondisinya berbeda dengan perkiraan mereka.
Begitu penguasaan bola jatuh ke kaki Tim China, sulit untuk direbut kecuali dengan pelanggaran, sementara Tim China masih memiliki sisa tenaga untuk serangan balik.
Australia menyadari jika terus bermain seperti ini, bukan hanya sulit mencetak gol lagi, bahkan mereka berisiko kebobolan.
Akhirnya mereka juga menyesuaikan taktik, memperlambat ritme permainan, tidak lagi mengejar gol berturut-turut dalam waktu singkat.
Bahaya bagi Tim China untuk sementara teratasi...
