"Ah!! Bagaimana mungkin ini?!" Setelah melihat Zhou Yi mencetak gol, para pemain timnas Jepang di depan televisi serentak mengeluarkan teriakan dan helaan nafas keheranan.
"Apakah lawan final kita akan menjadi Tim China?"
"Zhou-san sangat hebat!"
"Nanti kita harus bertahan dengan rapat terhadapnya!"
Semua sudah mulai merencanakan strategi untuk menghadapi Tim China di final, tentu Zhou Yi menjadi target utama yang harus dijaga ketat.
Yasuhito Endo bertanya kepada Shinji Kagawa: "Kagawa, bukannya stamina Zhou Yi dikatakan buruk? Mengapa sampai menit ke-100 ini dia masih bisa berakselerasi menggiring bola ke area penalti dan menembak?"
Shinji Kagawa mengangguk: "Ini tidak aneh. Saat di Borussia Dortmund pun dia sering seperti ini. Sebenarnya menurutku Zhou-san di menit-menit akhir pertandingan justru paling berbahaya, karena kita mengira dia sudah kelelahan dan tidak mengancam, tapi saat itulah... dia justru bisa memberikan operan mematikan atau bahkan mencetak gol sendiri."
"Apa yang mendukungnya melakukan itu?"
"Tekad untuk tidak pernah menyerah."
Mendengar penjelasan Shinji Kagawa, Yasuhito Endo terdiam.
……
Ketika para pemain Tim China akhirnya bangkit dari tubuh Zhou Yi, Zhou Yi sendiri tidak ikut bangkit bersama rekan setimnya. Dia tetap berbaring di tanah membentuk huruf "", dada naik turun dengan keras disertai nafas yang tersengal-sengal.
Dia terlalu lelah untuk bisa bangun.
Saat itu, Hao Junmin mengulurkan tangannya.
Zhou Yi menggenggam tangan Hao Junmin dan ditarik bangun oleh orang itu.
“Terima kasih…” Bibirnya bergetar, ingin mengucapkan kata-kata itu, tapi tenggorokannya tak mengeluarkan suara. Dia sudah terlalu lelah bahkan untuk sekadar berbicara.
Tapi Hao Junmin tetap memahaminya. Dia menepuk punggung Zhou Yi: “Sama-sama.”
Zhou Yi yang berjalan perlahan kembali ke posisi sambil memulihkan stamina secara bertahap.
Meski pemain Australia terus menunjuk punggung Zhou Yi yang bergerak seperti siput sambil protes, dia pura-pura tak mendengar, tetap berjalan sesuai iramanya sendiri.
Apakah dia tipe orang yang mudah terpengaruh oleh lingkungan?
Pemain Australia yang kecewa mendatangi wasit utama untuk protes. Wasit itu memberi isyarat agar mereka tenang sambil berlari menghampiri Zhou Yi, mengingatkannya untuk bergegas.
Zhou Yi menatapnya, membuka mulut, tapi tak ada kata yang keluar.
Hao Junmin di sampingnya membantu menjelaskan ke wasit: “Dia benar-benar tak sanggup lari lagi. Mau cepat pun tak bisa. Lihatlah, sekarang bicara saja susah. Tinggal beberapa langkah ini, jalannya juga takkan lama...”
Wasit utama melihat Zhou Yi yang terengah-engah, akhirnya tak bisa berbuat banyak.
Akhirnya, Zhou Yi tiba di separuh lapangan timnya. Wasit utama meniup peluit untuk memulai kembali pertandingan.
Hampir segera setelah peluit berbunyi, Australia langsung melancarkan serangan ganas ke Gawang Tim China. Jika bisa, mereka ingin menyamakan skor di babak pertama perpanjangan waktu.
Tapi Tim China tak memenuhi harapan Australia.
Gol Zhou Yi sangat memompa semangat seluruh tim. Sekarang setiap pemain bertahan dengan gigih, membuat serangan Australia sulit mencapai gawang Tim China.
Babak pertama perpanjangan waktu segera berakhir. Tim China sementara unggul 2:1 atas Australia, hanya tersisa 15 menit menuju final Piala Asia ketiga dalam sejarah mereka.
Tapi tak ada yang tahu apa yang akan terjadi dalam 15 menit terakhir ini.
……
Antara babak pertama dan kedua perpanjangan waktu tidak ada waktu istirahat. Sesuai prosedur, kedua tim harus bertukar sisi lapangan langsung memulai babak kedua perpanjangan waktu.
Tapi sekarang aturan ini tidak terlalu ketat pelaksanaannya.
Saat bertukar sisi lapangan, pemain tidak langsung berjalan ke area lawan. Mereka akan mendekati pinggir lapangan dulu, minum air di depan bangku cadangan dan area pelatih, sementara pelatih utama menyampaikan instruksi terakhir kepada pemain inti dan melakukan penyesuaian.
Kemudian pemain melempar botol air dan meninggalkan area depan bangku pelatih menuju separuh lapangan mereka.
Hal serupa juga dilakukan oleh pemain Tim China dan Australia.
Zhou Yi berjalan bersama rekan setim ke pinggir lapangan. Sebelum sampai, sudah ada yang menyodorkan botol air untuk menghemat tenaganya.
Zhou Yi melihat botol air itu - masih tanpa tutup.
Rekan yang memberikan air menggoyangkan tutup botol di tangannya: "Baru kubuka, belum ada yang minum."
Dia mengira Zhou Yi khawatir itu air sisa minuman orang.
“Zhou Yi tidak mempermasalahkan ini, dia tersenyum lebar: ‘Tidak apa-apa, aku tidak keberatan, terima kasih.’”
Akhirnya bisa mengeluarkan suara.
Setelah minum beberapa teguk air, Zhou Yi menuangkan sisa air ke atas kepala, lalu mencuci muka dengan kedua tangan. Setelah itu dia berbalik hendak kembali ke lapangan. Gao Hongbo sekali lagi memanggilnya: “Zhou Yi!”
Dia menoleh melihat pelatih kepala.
“Kalau sudah tidak kuat lari, jangan dipaksakan. Tetap di belakang saja, jangan maju.”
Zhou Yi mengangguk: “Baik, aku paham, Pelatih Gao. Ada instruksi lain?”
Gao Hongbo tampak ragu-ragu, tapi akhirnya menggeleng: “Tidak ada.”
“Kalau begitu aku kembali.” Zhou Yi berpamitan pada Gao Hongbo, lalu perlahan berjalan menuju posisinya.
……
Setelah babak kedua dimulai, Australia terus menggempur separuh lapangan Tim China. Terlihat jelas stamina Zhou Yi menurun drastis, hampir habis.
Karena sekarang gerak larinya tidak seaktif sebelumnya, kadang dia bahkan hanya bisa berdiri menyaksikan rekan setimnya mengorbankan diri menghadang tembakan.
Sebenarnya Tim China seperti bermain dengan 10 pemain. Tapi tidak bisa sepenuhnya dikatakan Zhou Yi di lapangan sama sekali tidak berguna.
Dia masih bisa berfungsi sebagai stasiun transit, mengolah bola dan mengoperkannya.
Meski tidak bisa lari, tapi bolanya bisa bergerak.
Cukup membuat bola itu berlari.
……
Semifinal ini tidak hanya menyedot perhatian suporter dalam negeri, tapi juga sorotan dari jauh seperti Eropa.
“Sungguh membuat iri…” Yang Muge tiba-tiba berkata di grup.
"Iri apa sih, Zhou Yi itu sampai nggak bisa lari lagi, cuma bisa berdiri kaku kayak tiang kayu. Kamu liat pertahanannya tadi? Benar-benar pertahanan ala 'menjaga dengan tatapan' yang legendaris!" Sun Pan mengkritik.
"Iya, bikin pengen langsung lari ke lapangan buat gantikan dia bertahan!" Guo Nu juga menggesek-gesekkan tangannya penuh semangat.
"Tapi setidaknya dia bisa berdiri di sana dengan seragam timnas asli," kata Yang Muge.
Ucapan Yang Muge ini membuat Sun Pan kehabisan bahan kritikan.
Baik dia, Yang Muge, maupun Guo Nu, sama-sama belum pernah terpilih di tim nasional level manapun - baik Tim Junior Nasional maupun tim nasional junior.
Saat mengikuti rekaman reality show dulu, mereka juga hanya memakai seragam khusus acara itu. Meski warna dan desainnya mirip seragam timnas, tetap saja bukan yang asli - tidak ada bendera merah lima bintang di dada.
Mana ada pemuda yang memulai karir sepak bola tanpa pernah bermimpi menjadi Pemain timnas?
Meski reputasi sepak bola Tiongkok buruk, para pemain muda ini tetap berharap bisa membela timnas. Mereka yakin dengan masuk timnas, mereka bisa mengubah catatan buruk dan citra sepak bola Tiongkok.
Bagi mereka, menjadi bagian dari timnas adalah tujuan utama dalam berkarier di sepak bola.
Dan sekarang, Zhou Yi yang dulu paling jauh dari tujuan ini justru telah mewujudkan mimpi tersebut. Dia bergabung ke timnas bukan sekadar numpang nama, tapi menjadi pemain inti yang benar-benar mulai mengubah perform Tim China!
Bukankah ini membuat mereka iri?
Sangat iri sampai mati!
Ini adalah debutnya sebagai Pemain timnas di turnamen besar, langsung memimpin tim ke final!
……
Di babak kedua perpanjangan waktu, Australia menggempur gawang Tim China bagai badai di benua Australia. Setiap pemain merasakan tekanan dahsyat. Tekanan ini masih akan berlanjut selama lima belas menit penuh.
Dalam 15 menit ini, sekecil apapun kecerobohan pemain China bisa berakibat fatal - Jika Australia menyamakan skor di saat-saat krusial ini, moral dan kepercayaan diri tim akan hancur lebur, berdampak fatal pada performa adu penalti.
Tak ada yang tahu apakah Tim China akan ambruk di bawah tekanan terus-menerus ini, dan kapan itu akan terjadi.
Setiap suporter China di depan televisi tegang membeku.
Begitu pula anggota tim di bangku cadangan dan pelatih.
Di saat seperti ini patut diacungi jempol Liu Hong yang masih bisa memberikan komentar...
Menit ke-110 pertandingan, Tim China masih dikepung Australia.
Menit ke-115 pertandingan, Tim China terus dikepung Australia.
“Sisa waktu pertandingan tinggal lima menit, Australia hampir mengerahkan kiper ke depan. Saat seperti ini, kita jadi merasa sayang dengan stamina Zhou Yi. Jika Zhou Yi masih memiliki stamina, cukup sebuah umpan panjang untuk mengakhiri pertandingan ini.”
“Tapi sebenarnya, meski Zhou Yi mampu mengoper ke depan, tak ada satu pun pemain Tim China di area depan. Bahkan striker tengah seperti Gao Lin sudah mundur ke area penalti, menjadi bek dadakan. China benar-benar kehabisan tenaga untuk serangan balik.”
“Menit ke-116 pertandingan, Australia kembali melancarkan serangan. Waktu yang tersisa untuk mereka sudah sangat tipis!” Liu Hong kini merasa puas. Sebelumnya dia selalu berkomentar saat menyiarkan pertandingan timnas: "Waktu yang tersisa untuk Tim China sudah sangat tipis!"
“Kalimat ini pernah dikritik habis-habisan oleh suporter dan media. Mereka menyebut Liu Hong sebagai pembawa sial bagi Tim China. Sentimen negatif suporter muncul karena setiap menonton pertandingan timnas, kenangan pahit selalu diiringi suara Liu Hong yang kurang enak didengar...”
“Dalam serangan kali ini, Australia secara mengejutkan tidak bermain kasar seperti biasanya, melainkan mengatur serangan dengan sabar.”
“Hal ini justru membuat Tim China kaget dan kurang siap.”
“Ketika kurang siap, masalah pun muncul. Misalnya... kebobolan dalam pertahanan.”
“Setelah serangkaian operan, Tim Cahill menerima bola di ruang kosong area rusuk. Saat menerima bola, tak ada satu pun bek China yang menjaganya!”
“Tunggu... Tidak sepenuhnya benar. Setidaknya di depannya masih ada Zhou Yi.”
"Bagaimana mungkin Zhou Yi yang hampir tidak memiliki stamina bisa menghentikan Cahill yang begitu perkasa?!"
Begitu Cahill berhasil melewati Zhou Yi, dia akan langsung memasuki area penalti - saat itu terjadi, Gawang Tim China benar-benar dalam bahaya!
