Setelah istirahat singkat, kedua tim kembali ke lapangan untuk memulai perpanjangan waktu.
Di babak pertama perpanjangan waktu, Tim Jepang hampir terus-menerus mengepung gawang China. Pemain Tim China semuanya bertahan, striker tengah bahkan berubah menjadi bek tengah.
Gao Hongbo sudah tidak berharap timnya bisa mencetak gol penutup di perpanjangan waktu. Keajaiban gol penutup sudah terjadi di semifinal, kecil kemungkinan terulang di final.
Asal bisa membawa pertandingan ke adu penalti, itu sudah dianggap kemenangan baginya.
Babak pertama perpanjangan waktu berakhir 0-0 tanpa kebobolan gawang China.
Kedua tim langsung bertukar sisi lapangan dan memulai babak kedua.
Sayangnya, baru dua menit babak kedua dimulai, Tim Jepang sudah mencetak gol. Dan yang mencetak gol untuk Jepang adalah rekan setim Zhou Yi di Borussia Dortmund, Shinji Kagawa!
Saat Shinji Kagawa mencetak gol, Stadion Khalifa bergemuruh oleh sorak-sorai penonton. Pertandingan yang sebelumnya terasa mencekam dan monoton akhirnya memiliki momen puncak pertamanya...
Ketika Shinji Kagawa sedang merayakan gol dengan gegap gempita, siaran TV justru mengalihkan lensa ke bilik VIP tempat Zhou Yi berada.
Zhou Yi bersandar di kursi, menatap ke langit-langit. Ekspresinya tak tertangkap oleh kamera siaran. Namun dari gerak tubuhnya, terlihat jelas bahwa Zhou Yi menyimpan penyesalan yang dalam.
Sungguh disayangkan. Pertandingan yang sudah berjalan sedemikian sengit ini akhirnya harus dikunci oleh gol Jepang...
Tim Jepang pun akhirnya mengandalkan gol ini untuk mengalahkan Tim China dan merebut gelar juara Piala Asia.
Pertandingan yang semestinya berjalan satu arah ini ternyata harus dimenangkan Jepang dengan susah payah, benar-benar di luar perkiraan banyak pihak.
Ketangguhan yang ditunjukkan Tim China tanpa kehadiran pemain inti Zhou Yi benar-benar membuat semua orang tercengang.
……
Usai pertandingan, seluruh skuad Tim China menerima medali perak. Zhou Yi yang berbalut jas juga menyabet trofi Man of the Match Piala Asia edisi ini.
Meskipun Tim China tidak berhasil meraih gelar juara, performa Zhou Yi di Piala Asia telah disaksikan oleh semua. Tanpa dirinya, mustahil bagi Tim China untuk melangkah ke final. Dapat dikatakan bahwa dia sendiri telah meningkatkan kemampuan tim China sebanyak dua peringkat. Performa seperti ini pantas mendapatkan gelar Man of the Match.
Oleh karena itu, bahkan jika Jepang menjadi juara, Man of the Match tidak akan dipilih dari tim mereka.
Hal ini tidak menimbulkan keberatan dari media maupun komentator Jepang.
Kemenangan Jepang dapat dikatakan sebagai cerminan kemampuan tim sepak bola Jepang secara keseluruhan yang memang sudah seharusnya terjadi.
Sementara keberhasilan Tim China mencapai final benar-benar di luar perkiraan semua orang, pencapaian ini praktis diraih oleh Zhou Yi sendirian.
Karena Shinji Kagawa bermain untuk Borussia Dortmund, media Jepang sering meliput pertandingan Dortmund. Mereka sangat memahami kualitas Zhou Yi, sehingga penghargaan ini memang pantas untuk Zhou Yi.
Setelah pertandingan, Shinji Kagawa sebagai pahlawan utama kemenangan Jepang dikerubungi wartawan. Seorang wartawan Jepang dengan bersemangat berkata: "Selamat, Kagawa! Penampilanmu dalam pertandingan ini luar biasa, gelar Man of the Match sungguh pantas untukmu! Apakah menurutmu kemenangan ini menegaskan posisi Jepang sebagai raja sepak bola Asia? Apakah era Jepang dalam sepak bola Asia telah dimulai?"
Wartawan Jepang ini terlihat sangat bersemangat hingga mengajukan pertanyaan seperti itu, membuat wartawan dari Korea, Iran, dan negara lain memandang sinis, sementara wartawan China khususnya merasa tidak senang dan memandang dengan marah ke arah wartawan Jepang tersebut, menganggapnya sebagai orang yang sombong karena keberhasilan sementara.
Namun wartawan Jepang ini sepertinya tidak merasa ada yang salah dengan pertanyaannya. Ia menatap Shinji Kagawa dan menunggu jawabannya.
Tak disangka Shinji Kagawa menggelengkan kepala, "Tidak, saya tidak berpikir demikian. Ambil contoh Piala Asia kali ini, saya juga tidak yakin gelar juara kami bisa membuktikan apapun. Karena kami hanya mengalahkan Tim China tanpa Zhou Yi di final. Jika Zhou Yi bisa bermain, hasilnya mungkin berbeda. Saya rasa Jepang tidak punya keunggulan mutlak menghadapi Tim China yang memiliki Zhou Yi."
Ekspresi Shinji Kagawa sangat serius, sama sekali tidak terlihat seperti bercanda.
Sikap seriusnya membuat wartawan Jepang yang sedang jumawa itu terkejut, terdiam tak tahu harus menjawab apa.
Di sisi lain, para wartawan China yang sebelumnya memandang sinis ke arah wartawan Jepang itu justru terkejut. Mereka tak menyangka Shinji Kagawa akan memberikan jawaban seperti itu!
Dari ucapannya, sepertinya... penilaiannya terhadap Zhou Yi sangat tinggi!
Tentu saja, tingginya apresiasi Shinji Kagawa terhadap Zhou Yi bukanlah hal mengejutkan. Para wartawan yang biasa meliput pertandingan Borussia Dortmund tentu tahu kedekatan hubungan keduanya.
Yang mengejutkan wartawan China adalah, ketika wartawan Jepang itu bersikap overconfiden, yang mengingatkannya justru bukan orang China, melainkan seorang Jepang, pemain Jepang, bintang sepak bola Jepang!
Meski ini bukan hal besar, paling-paling hanya selingan dalam wawancara, namun episode kecil ini cukup menggambarkan sikap Shinji Kagawa terhadap Zhou Yi...
Namun perkataannya ini membuat para wartawan China sedikit sedih—ya, jika Zhou Yi bisa bermain dalam pertandingan ini, hasilnya belum tentu Tim Jepang yang menang!
Bagaimana pandangan Zhou Yi tentang hasil ini?
Di luar lapangan, Zhou Yi memegang trofi Man of the Match dengan medali perak tergantung di leher, tersenyum kepada para wartawan: "Selamat kepada Shinji Kagawa yang memenangkan Piala Asia. Sekarang saya minta dia menyimpannya untuk saya selama empat tahun, empat tahun lagi saya akan menagihnya kembali!"
Sebelum pertandingan final, dia hanya mengatakan masih bisa masuk final empat tahun lagi. Setelah final, targetnya langsung terkunci pada gelar juara.
Tampaknya final ini memberikan stimulasi baginya. Benarkah tidak ada penyesalan? Tentu saja itu bohong!
……
Sehari setelah final, Tim China dan Tim Jepang akan pulang ke negara masing-masing, namun pemain yang bermain di liga asing tidak akan ikut bersama tim.
Mereka akan langsung kembali ke Eropa dari sini.
Hao Junmin, Zhou Yi, dan Shinji Kagawa naik penerbangan yang sama menuju Bandara Düsseldorf, kemudian masing-masing kembali ke klub dari Düsseldorf.
Klopp juga memberikan cuti satu hari untuk dua pemain yang mengikuti Piala Asia. Setelah tiba di Borussia Dortmund, mereka tidak perlu langsung mengikuti latihan tim, melainkan bisa beristirahat penuh di rumah selama sehari sebelum kembali berlatih.
Dalam Piala Asia kali ini, Shinji Kagawa meraih gelar juara, Zhou Yi mendapatkan penghargaan Man of the Match, sementara Borussia Dortmund agak sial.
Selama masa absen mereka, Borussia Dortmund telah memainkan tiga pertandingan liga dengan dua imbang dan satu kalah. Pada pertandingan terakhir, mereka bermain imbang 1-1 melawan Wolfsburg di kandang lawan.
Meskipun Borussia Dortmund masih berada di posisi puncak klasemen, selisih mereka dengan Bayer Leverkusen di peringkat kedua hanya tersisa tiga poin.
Dari keunggulan 10 poin menjadi hanya 3 poin, situasi ini terasa seperti jatuh dari surga ke neraka dalam sekejap.
Hal ini menunjukkan betapa besar dampak kepergian Zhou Yi dan Shinji Kagawa terhadap Borussia Dortmund. Terutama Zhou Yi, sebagai satu-satunya pemain inti tim, kepergiannya membuat serangan Dortmund seperti kehilangan arah.
Pada pertandingan ke-21 liga mendatang, Borussia Dortmund akan menghadapi rival Derbi Ruhr, Schalke 04 di kandang sendiri.
Dalam kondisi seperti ini, Schalke 04 pasti tak akan ragu untuk menjatuhkan Dortmund dari tahta puncak klasemen dengan mengalahkan mereka.
Di saat kritis seperti ini, Dortmund sangat membutuhkan kembalinya Zhou Yi dan Shinji Kagawa.
Namun meski mereka telah kembali, setelah berkompetisi hampir sebulan penuh di Piala Asia, kondisi fisik maupun mental para pemain pasti sangat lelah. Tingkat kebugaran yang tersisa masih diragukan.
Jadi kembalinya kedua pemain ini bukanlah solusi instan. Ancaman krisis belum benar-benar teratasi.
……
Sebenarnya bagi Zhou Yi, meski Klopp memberinya cuti satu hari, pada praktiknya ia tidak bisa benar-benar beristirahat.
Karena dia tidak tinggal di sini selama lebih dari sebulan, kamar yang terkunci pasti lebih kotor dibandingkan kamar yang ditinggali terus-menerus. Semua perlengkapan di tempat tidur harus diganti, jadi dia sama sekali tidak bisa istirahat. Waktu dan tenaganya habis untuk membersihkan kamar.
Pagi-pagi sekali, dia sudah bangun dan mulai mengganti seprai sarung bantal dll.
Saat dia sedang sibuk di kamarnya sendiri, Kottane muncul di depan pintu dan bertanya dengan nada langka: "Butuh bantuan?"
Zhou Yi terkejut, menatapnya dengan bengong sambil memutar kepala.
"Sepertinya tidak perlu." Kottane berbalik hendak pergi, tapi dicegat oleh Zhou Yi yang baru sadar.
"Eh, perlu! Perlu bantuan, sangat perlu bantuan!"
Kottane berbalik masuk ke kamar lalu mengerutkan hidung: "Ada bau."
"Sudah lebih sebulan tidak ditinggali..." Zhou Yi menjelaskan dengan canggung.
"Untung sudah sebulan tidak ditinggali, kalau tidak baunya lebih parah." Kottane melambaikan tangan.
"Hei!" Zhou Yi protes. "Itu kan bau lelaki, sama seperti kamar kalian perempuan juga punya bau khas, kan?"
"Tapi bau kami lebih wangi." Kottane sambil mencibir mulai membantu Zhou Yi melepas perlengkapan tempat tidur.
Gerakannya cepat dan terampil. Zhou Yi yang ingin ikut membantu malah tidak bisa menyelak. Akhirnya dia diusir Kottane dengan alasan mengganggu pekerjaan.
Kottane bilang mau membantu, tapi nyatanya dia sendiri yang menyelesaikan semuanya...
"Zhou Yi duduk di sofa ruang tamu sambil melihat Kottane sibuk keluar-masuk, tak bisa menahan diri untuk berkomentar: 'Masakannya enak, bersih-bersih juga cepat... Apakah ini kemampuan hidup mandiri yang didapat karena sering bertengkar dengan Ibu lalu tinggal sendiri?'"
Kottane meliriknya sinis.
"Tapi berkatmu, aku bisa istirahat dengan tenang..." Sambil berkata demikian, Zhou Yi menguap lebar dan merebahkan diri di sofa.
Tak lama kemudian dia terdiam sama sekali.
Saat Kottane selesai memasukkan semua cucian ke mesin cuci dan merapikan semuanya, dia kembali hanya untuk menemukan Zhou Yi yang sudah... tertidur pulas!
Aku datang ke sini untuk membantunya, tapi dia malah tidur nyenyak tanpa peduli apapun!
Sejenak, Kottane sangat ingin menarik Zhou Yi bangun.
Tapi begitu ingat dia baru saja menyelesaikan Piala Asia, baru kembali semalam, dan tiga hari lagi harus menghadapi Derbi Ruhr...
Akhirnya dia membiarkannya terus tertidur di sofa.
Sendiri, Kottane berbalik dan kembali ke kamarnya.
