Wujud kegerahan pemain AC Milan selain serangan yang terlalu sederhana, juga terlihat dalam pertahanan yang emosional.
Pada menit ke-66, bek tengah AC Milan Yepes melakukan pelanggaran terhadap Mark dan mendapat kartu kuning.
Sebagai bek tengah, membawa kartu kuning sebenarnya sangat berisiko.
Dalam serangan, AC Milan semakin menekan ke depan. Terkadang bahkan ketika kehilangan penguasaan bola, mereka tidak mau mundur dan tetap melakukan pressing di area lawan, berharap bisa merebut bola dan langsung melancarkan serangan balik.
Jika pressing mereka benar-benar bisa memberikan tekanan pada Borussia Dortmund mungkin masih bisa dimaklumi. Namun pressing seperti ini membutuhkan disiplin taktik yang tinggi, bukan sekadar mengeroyok dengan jumlah pemain lebih banyak.
Terutama ketika menghadapi Borussia Dortmund yang memiliki operan cepat dan akurat, pressing pemain AC Milan justru membuat lebih banyak ruang kosong di belakang garis pertahanan mereka...
Pada menit ketujuh puluh, Borussia Dortmund yang sabar menunggu akhirnya mendapatkan kesempatan yang mereka incar.
Sementara pemain AC Milan sibuk pressing di area depan, Borussia Dortmund di bawah arahan Zhou Yi terus mengalirkan bola untuk menarik pemain Milan semakin maju.
Kemudian bola sampai di kaki Zhou Yi.
Kali ini, Zhou Yi tidak mengoper bola ke belakang atau ke samping.
Melainkan tiba-tiba melepaskan umpan panjang ke depan!
Umpan panjangnya berhasil menemui Götze yang sempurna. Götze mengontrol bola lalu mengumpan ke area tengah.
Seharusnya Mark yang berada di tengah menyambut umpan ini, tetapi ketika bola menggelinding di depannya, dia tiba-tiba membuka kedua kakinya dan membiarkan bola melewati selangkangannya!
Gerakan ini sepenuhnya di luar perkiraan Yepes yang gagal mengantisipasi!
Bola yang lolos itu akhirnya sampai di kaki Shinji Kagawa.
“Pemain timnas Jepang menyodok bola sepak masuk ke area penalti, langsung melakukan tembakan sebelum Alessandro Nesta sempat menghadang!”
“Shinji Kagawa!!” Marcel Leif berteriak dengan semangat.
Di tengah teriakannya, bola menggelinding melewati kaki Nesta dan ujung jari kiper Christian Abbiati, lalu... masuk ke gawang!
……
“Gol!!!” He Ping berteriak. “Borussia Dortmund mencetak gol! Borussia Dortmund mencetak gol! Mereka unggul 1-0 di kandang lawan atas AC Milan, mendapatkan gol tandang yang berharga!”
“Ini gol yang sangat bernilai!” Marcel Leif juga bersorak. “Memimpin di menit ketujuh puluh, tidak hanya mendapat gol tandang tapi juga sangat mungkin memenangkan pertandingan ini!”
Pemain-pemain Borussia Dortmund berduyun mendatangi Shinji Kagawa yang mencetak gol untuk merayakan. Zhou Yi yang sedang berlari tiba-tiba dipeluk Sven Bender, lalu mereka berdua bersama-sama menuju Kagawa.
Meski bukan assist dari Zhou Yi, dialah yang memulai serangan ini. Sebelum umpan panjang tersebut, Borussia Dortmund melakukan serangkaian operan bolak-balik di lini belakang yang semuanya dikontrol oleh Zhou Yi.
Menghadapi pressing AC Milan, kepiawaian Zhou Yi dalam membagi bola dengan tenang dan akurat membuat Dortmund tidak kehilangan bola di lini belakang...
Maka dalam gol ini, Zhou Yi layak mendapat porsi besar.
Mungkin suporter biasa hanya fokus pada Shinji Kagawa yang mencetak gol. Tapi setiap orang di tim Borussia Dortmund sangat paham, Zhou Yi adalah pemain inti tim ini, yang paling tak tergantikan.
……
Saat pemain dan pelatih Borussia Dortmund merayakan gol dengan gegap gempita, pemain AC Milan hanya terdiam membeku.
Mereka telah menyerang begitu lama tanpa hasil, sementara Borussia Dortmund langsung mencetak gol hanya dengan satu serangan kilat.
Bukankah ini... terlalu tidak adil?
Siaran TV mengarahkan lensa secara bergantian ke pelatih AC Milan Allegri, Wakil Presiden AC Milan Galliani, dan... Andrea Pirlo yang sedang menonton di suite VIP.
Tiga shot kamera ini membentuk narasi tersendiri.
Pirlo absen sejak cedera Januari lalu. Sebagai otak dan pemain inti AC Milan, ironisnya justru kini menghadapi ancaman ditinggalkan klub.
Pemberitaan media tentang ketidakpuasan Allegri terhadap Pirlo serta dukungan klub kepada Allegri seolah mengukuhkan bahwa perpisahan Pirlo adalah tak terhindarkan.
Sungguh disayangkan, legenda yang telah membela AC Milan lebih dari satu dekade ini mungkin tak akan mengakhiri karier di sini.
Media melaporkan Allegri menganggap Pirlo sudah terlalu tua dan kurang memiliki otot dan kekuatan fisik di lini tengah, sehingga klub memilih memperpanjang kontrak Ambrosini dan mempertahankan Gattuso - sesama veteran - sementara Pirlo justru dikorbankan.
Tapi kini, menyaksikan Zhou Yi memimpin Borussia Dortmund mencetak gol ini, tak bisa tidak mengingatkan pada sosok Pirlo yang duduk di tribun.
Meskipun Pirlo sudah berusia lanjut, gaya bermainnya sebenarnya tidak terlalu terpengaruh oleh usia. Jika AC Milan memiliki otak seperti ini, bagaimana mungkin mereka belum mencetak gol meski sudah menggempur selama tujuh puluh menit?
Jika bisa mencetak gol lebih awal, bagaimana mungkin Borussia Dortmund berhasil mencuri gol di saat seperti ini?
Lihatlah lini tengah yang diturunkan AC Milan dalam pertandingan ini.
Gattuso, Flamini, Robinho, dan Seedorf – adakah satu pun di antara mereka yang benar-benar menjadi pengatur permainan serangan?
Nilai Pirlo tidak terletak pada ototnya, melainkan pada otaknya.
Hal yang sama juga berlaku pada Zhou Yi.
……
Setelah pertandingan dimulai kembali, AC Milan melancarkan serangan gencar ke gawang Borussia Dortmund.
Mereka berharap bisa membobol gawang Borussia Dortmund.
Namun tanpa Pirlo, pola serangan mereka terlihat kacau. Ada yang ingin melakukan umpan silang dari sayap, ada yang ingin menyerang lewat area tengah. Tanpa pengatur permainan serangan, mereka hanya bisa mengoper bola ke Ibrahimović, mengandalkan kemampuan individu menara Swedia ini untuk mencetak gol.
Sayangnya performa menara Swedia ini juga tidak memuaskan dalam pertandingan kali ini.
Sebenarnya ada anggapan yang melekat pada Ibrahimović bahwa performanya di Champions Eropa jauh lebih buruk dibanding di liga. Atau lebih spesifik, performanya di babak knockout Champions Eropa tidak sebaik di fase grup.
Ini sebenarnya mengandung unsur kesan subjektif, namun harus diakui bahwa pernyataan ini cukup akurat.
Performa Ibrahimović di babak knockout Champions Eropa memang buruk, dijuluki "kaki lembek" yang hanya bisa mengalahkan tim lemah di fase grup. Saat menghadapi pertandingan intensif dengan pertahanan ketat di babak gugur, keajaibannya hilang.
Mengenai alasan di balik performa Ibrahimović, banyak teori bermunculan mulai dari kepribadiannya, kemampuan teknis-taktikal, hingga gaya bermain tim yang dinaunginya.
Tidak akan dibahas detail di sini, namun fenomena ini memang nyata adanya.
AC Milan yang bermain di kandang sendiri membutuhkan sosok pahlawan untuk menyamakan skor, bahkan meraih kemenangan.
Semua mata tertuju pada Ibrahimović, namun striker Swedia yang gemar mengalahkan lawan dengan mudah di liga ini mengecewakan pendukungnya.
Hingga pertandingan berakhir, Ibrahimović gagal menembus gawang Borussia Dortmund. Peluit wasit utama menandakan skor akhir 0:1.
Tim tuan rumah AC Milan kalah tipis dengan selisih satu gol dari Borussia Dortmund!
……
"Pertandingan usai! 1:0! Kemenangan untuk Borussia Dortmund! Mereka meraih kemenangan sekaligus gol tandang! Sungguh sempurna!" seru Marcel Leif dengan girang.
Dia bukan pendukung Borussia Dortmund, tapi di Champions Eropa, dia mendukung semua tim Bundesliga. Dia berharap tim-tim Bundesliga bisa meraih hasil bagis. Dengan begitu, kuota Bundesliga di Champions Eropa akan bertambah, tidak seperti sekarang yang hanya dua besar liga langsung lolos ke babak utama, sementara peringkat ketiga harus mengikuti kualifikasi.
Jika performa tim Bundesliga di Champions Eropa sangat baik, maka di masa depan Bundesliga akan memiliki empat slot Champions Eropa. Tiga besar liga langsung masuk babak utama, peringkat keempat akan menjalani kualifikasi, sama persis dengan sistem Liga Premier.
Para pemain Borussia Dortmund di lapangan juga sangat antusias.
Menghadapi klub besar Champions Eropa, tim yang sudah belasan tahun tidak bermain di babak knockout Champions Eropa ini akhirnya berhasil mengalahkan AC Milan di kandang lawan. Prestasi ini cukup membuat mereka bersemangat. Di leg kedua yang akan digelar di kandang sendiri, cukup dengan hasil imbang untuk melaju ke perempat final.
Bahkan sekarang bisa dikatakan, Borussia Dortmund sudah setengah kaki masuk ke perempat final Champions Eropa...
Tapi Klopp tetap tenang. Dalam wawancara dengan wartawan setelah pertandingan, dia menyebutkan agregat Borussia Dortmund hanya unggul satu gol, skor yang belum aman. Dia terus menekankan pengalaman AC Milan yang kaya, dan timnya tidak boleh lengah di leg kedua di kandang sendiri.
Allegri dalam konferensi pers pasca pertandingan juga menyatakan kekalahan tipis satu gol tidak akan membuat mereka menyerah. Masih ada leg kedua, meski harus bermain di kandang lawan, dia dan timnya akan berusaha sekuat tenaga. Ini belum saatnya untuk menyerah.
Keunggulan satu gol benar-benar skor yang sangat sensitif.
Tidak akan membuat yang unggul kehilangan kewaspadaan, juga tidak membuat yang tertinggal kehilangan harapan.
Dengan demikian, pertandingan leg kedua masih menyisakan ketegangan, hasil yang mungkin terbaik bagi penyiar televisi...
