Saat Bu Zhai bersiap mengajar siang itu, Zhou Yi berpamitan pada wali kelas SMA-nya, mengenakan kembali topi baseball, lalu keluar dari kantor.
Di luar, dia berpapasan dengan beberapa siswa yang sudah bermain di koridor.
Mereka penasaran melihat pemuda yang keluar dari kantor wali kelas, tapi penyamaran Zhou Yi cukup rapi sehingga tak ada yang mengenalinya.
Dia menoleh memandang junior-junior yang beberapa tahun lebih muda itu. Hidup sebagai siswa memang menyenangkan, tapi dia tak ingin kembali bersekolah. Karena karier jauh lebih baik...
Demikianlah Zhou Yi meninggalkan almamaternya.
……
Zhou Yi menemukan bahwa tidak peduli seberapa rindu dia pada rumah saat berada di Borussia Dortmund, maupun seberapa baik perlakuan orang tuanya setelah dia kembali, setiap liburan pertemuan setelah lama berpisah pada akhirnya akan mengalami proses berikut:
Hari-hari pertama liburan:
Saat Zhou Yi membuka mata, orang tuanya sudah pergi bekerja. Di atas meja makan ada secarik kertas bertuliskan sarapan di dalam panci, cukup dihangatkan lagi. Malamnya mereka pulang membawa banyak bahan makanan lalu bertanya, "Zhou Yi mau makan apa? Ibu akan masakkan."
Setelah hari-hari pertama liburan berlalu:
Setiap hari ketika orang tuanya pergi kerja, dia akan mendengar suara menggelegar seperti singa dari ibunya: "Masih tidur? Cepat bangun! Kamu ini pemain profesional! Tidur melulu pantaskah?! Tidak perlu olahraga pagi?!" Maka Zhou Yi terpaksa bergulat bangun dari tempat tidur, mengucek mata sambil berjalan ke kamar mandi - saat itu bahkan belum pukul tujuh.
Kemudian dia akan disuruh pergi olahraga pagi. Jika menolak, ibunya langsung mendorongnya keluar. Pintu besi pun berbentak di belakangnya.
Malam hari jika Zhou Yi minta makan daging tumis pedas, ibunya pasti melotot: "Makan apa lagi? Itu kan makanan pantangan pemain profesional! Makan ayam rebus tawar!"
Zhou Yi hampir menangis: "Bu, dari mana Ibu tahu aturan-aturan aneh ini..."
Zhou Jianliang di samping mengangkat tangan: "Bukan aku yang kasih tahu ibumu, dia sendiri cek di internet."
Lengan tak mungkin melawan pilar utama, Zhou Yi terpaksa menyantap "makanan atlet"nya. Tapi sambil melihat ayahnya melahap daging tumis pedas yang menggoda, lebih menyebalkan lagi sang ayah sengaja mengunyah dengan suara berisik sambil memuji: "Istriku, masakanmu makin jago! Daging tumis ini enak betul!"
Zhou Yi geram: "Ayah, jangan berdecak waktu makan!"
"Nak, ini latihan kekuatan mentalmu. Di lapangan sepak bola, kekuatan mental itu sangat penting. Kalau godaan daging tumis aja nggak tahan, gimana mau jadi juara?" Zhou Jianliang berkata dengan wajah penuh kesungguhan.
"Ayah, omonganmu akan lebih meyakinkan kalau mulutmu yang berminyak itu dibersihin dulu," sergah Zhou Yi dingin.
"Hehe." Zhou Jianliang menyunggingkan senyum sinis lalu terus mengunyah dengan lahap.
Protes Zhou Yi sia-sia. Dengan perasaan terhina, ia mengunyah ayam putih tak berasa yang nyaris tak bisa ditelan. Sungguh sengsara!
Ini liburan macam apa?
Ini jelas-jelas hukuman!
Untung hari-hari begini tinggal sedikit... Eh, masa liburan ini beneran tinggal beberapa hari lagi?
Meski liburannya menyiksa, saat benar-benar harus pergi, Zhou Yi malah jadi berat hati.
Setiap perpisahan demi pertemuan lagi, setiap pertemuan lagi selalu diakhiri "sampai jumpa", ini benar-benar lingkaran tak berujung...
Zhou Yi mengangkat kepala melihat orang tuanya, matanya sedikit berkaca-kaca: "Bu, kalau Ibu bisa masak daging tumis pedas untukku, aku akan lebih merindukanmu……"
Di depannya masih terhidang sepiring daging ayam putih, murni bagian dada ayam tanpa tekstur kenyal atau rasa, apalagi aroma.
"Jangan banyak omong, cepat makan!" Li Cuiyun tetap tak bergeming.
Zhou Yi menghela napas, menjepit sepotong daging ayam dengan sumpit lalu memasukkannya ke mulut. Ia mengunyah secara mekanis dengan ekspresi putus asa.
……
Setelah "liburan hangat" Zhou Yi berakhir, ia tidak langsung kembali ke Borussia Dortmund. Faktanya, ia tidak akan meninggalkan China. Ia akan terbang ke Kunming untuk mengikuti pelatihan konsentrasi Timnas, mempersiapkan dua pertandingan pemanasan.
Lawannya masing-masing adalah Uzbekistan dan Korea Utara.
Ini akan menjadi dua laga pemanasan terakhir Tim China sebelum mengikuti Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia 2014 di Brasil.
Di bandara, Zhou Yi berpamitan dengan orang tuanya.
"Yah, kali ini Ayah tidak mau memeriksa koperku untuk mengecek barang yang ketinggalan?" tanya Zhou Yi.
"Sekarang kamu sudah dewasa, kalau ada barang yang tertinggal itu tanggung jawabmu sendiri," Zhou Jianliang melempar tanggung jawab dengan mahir. "Masa packing barang sendiri masih bisa ada yang ketinggalan……"
Li Cuiyun berkata pada Zhou Yi: "Ayah dan Ibu tidak perlu kamu khawatirkan, kami akan cari rumah sendiri. Fokus saja pada sepakbolamu di luar sana."
"Baik, Bu." Zhou Yi mengangguk.
Kemudian, ketiga orang itu melambaikan tangan sebagai perpisahan, tanpa adegan tangisan histeris yang biasa terjadi saat berpisah. Mereka memulai siklus penantian reuni dengan cara seperti ini.
……
Saat Zhou Yi tiba di Bandara Kunming, identitasnya berubah dari anak biasa yang ingin makan tumis daging babi pedas menjadi Harapan Sepak Bola Tiongkok yang bersinar gemilang.
Suporter China di lokasi membentangkan spanduk untuk menyambut kedatangannya ke Kunming, sementara sorot lampu kilat wartawan kembali membuat matanya silau.
Zhou Yi menyadari bahwa banyak selebriti yang memakai kacamata hitam di depan media meski di malam hari bukan tanpa alasan - ini untuk mencegah silau!
Meski Zhou Jianliang bangga melihat putranya kembali mengenakan seragam Timnas China untuk mengejar Piala Dunia, tatkala melihat putranya di berita, ia masih merasa seperti dalam mimpi. Ia menunjuk layar TV dan bertanya pada istrinya: "Hei, menurutmu anak kita ini beneran orang yang sama dengan bintang besar di layar?"
Li Cuiyun mencibir, tidak menggubrisnya.
Tentu saja dirinya juga merindukan putranya, tapi menurutnya pria sejati harus menjelajah dunia. Anak lelaki berantakan yang tidur sampai siang, rambut acak-acakan dan malas cuci muka itu bukan gambaran putra yang diinginkannya.
……
Setelah kembali ke timnas, Zhou Yi bertemu kembali dengan banyak rekan setimnya dari Piala Asia, tapi juga melihat wajah-wajah baru - Pelatih kepala Gao Hongbo terus mencari darah segar untuk memperkuat kemampuan tim.
Setelah seminggu pelatihan konsentrasi, Timnas China menyambut lawan pertama mereka dalam pertandingan pemanasan yaitu Uzbekistan di Kunming.
Zhou Yi tampil sebagai starter dan bermain selama tujuh puluh menit, membantu Tim China mengalahkan Uzbekistan dengan skor 2-1.
Kemudian Tim China pindah ke Guiyang untuk mempersiapkan pertandingan pemanasan kedua melawan Korea Utara.
Pada pertandingan ini, Zhou Yi tidak masuk starting lineup, namun masuk sebagai pemain pengganti di menit ke-60. Pertandingan tersebut berakhir imbang 1-1 antara China dan Korea Utara.
Setelah seri pertandingan pemanasan, Tim China langsung dibubarkan. Rekan setim Zhou Yi di dalam negeri akan kembali ke klub masing-masing untuk melanjutkan kompetisi liga.
Bagaimana dengan Zhou Yi? Dia harus pergi ke Shanghai untuk bertemu agennya Schulze. Di sana dia akan mengikuti aktivitas komersial dan menandatangani kontrak endorsemen dengan merek komputer ternama domestik. Kontrak lima tahun ini, yang berhasil dinegosiasikan Schulze saat Zhou Yi berlibur di Qingyang, akan memberinya pendapatan sebesar 15 juta RMB.
Karena merek komputer ini juga memiliki bisnis ponsel seluler, Schulze secara khusus menekankan bahwa lingkup endorsement ini hanya mencakup PC dan laptop, tidak termasuk produk ponsel.
Dengan popularitas iPhone saat ini, smartphone telah menjadi arus utama di pasar mobile. Meskipun belum ada produsen ponsel yang menggunakan atlet sebagai endorser, bukan berarti hal itu tidak akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, Schulze tidak ingin menjual hak Zhou Yi dengan harga murah saat ini.
Dia akan menyimpannya sebagai aset berharga, menunggu gelombang smartphone menyapu dunia sebelum menentukan harga yang tepat.
Zhou Yi juga menyetujui pilihan yang diambilnya. Saat ini dia tidak kekurangan uang tersebut, jika di masa depan bisa mendapatkan lebih banyak uang, tunggu saja.
Sebenarnya masih banyak merek dalam negeri yang ingin menandatangani kontrak dengan Zhou Yi. Setelah meraih gelar Bundesliga, reputasinya melonjak drastis. Semua pihak berharap bisa ikut meraih manfaat.
Namun Schulze sukses memerankan sosok agen Jerman yang tegas dan tidak memahami kondisi Tiongkok, menolak semua tawaran itu.
Dia sangat menjaga citra Zhou Yi. Saat ini hanya merek internasional ternama yang akan ditandatangani, berapa pun nominal yang ditawarkan.
Karena Zhou Yi bercita-cita menjadi bintang sepak bola kelas dunia, merek yang diendorse-nya tentu harus sesuai dengan posisinya di dunia sepak bola.
Di Shanghai selain penandatanganan kontrak, Zhou Yi juga menghadiri peluncuran merek komputer tersebut. Dalam acara tersebut, pihak merek secara resmi mengumumkan Zhou Yi sebagai duta global mereka. Zhou Yi juga harus tinggal di Shanghai dua hari lagi untuk syuting iklan promosi.
Setelah itu Zhou Yi akan pergi ke Amerika Serikat untuk syuting iklan musim baru Puma yang menonjolkan identitasnya sebagai "pemain inti juara".
Di Amerika bukan hanya syuting iklan untuk Puma, iklan baru CK_Jeans juga menantinya.
Selain itu masih ada kontrak endorsement baru yang menunggu tanda tangannya - Pepsi, merek internasional ternama lainnya.
“Secara logika, minuman berkarbonasi seharusnya menjadi pantangan bagi pemain profesional, tapi sebaliknya, di bidang endorsement iklan, raksasa minuman berkarbonasi seperti Pepsi dan Coca-Cola justru sangat suka menandatangani kontrak dengan atlet. Mungkin karena energi yang ditampilkan atlet menjadi alasan yang menarik perhatian para remaja terhadap merek mereka.”
“Kontrak dengan Pepsi bisa dibilang proyek paling rumit yang ditangani Schulze, proses negosiasinya nyaris menghabiskan waktu setengah musim. Baru setelah Zhou Yi membantu Borussia Dortmund meraih gelar liga, pihak Pepsi akhirnya benar-benar terjepit dan rela mengeluarkan biaya sponsor ‘fantastis’ sebesar 1,5 juta euro per tahun untuk Zhou Yi. Perlu diketahui, bintang kelas dunia seperti Henry pun hanya mendapat 2 juta euro per tahun dari Pepsi.”
“Kontrak 1,5 juta euro ini berlaku selama enam tahun, dalam periode tersebut Zhou Yi akan mendapatkan total sponsor 9 juta euro dari Pepsi – benar-benar kontrak bernilai selangit. Selain itu, di usia 26 tahun setelah enam tahun, karirnya justru akan berada di puncak keemasannya. Baik memperpanjang kontrak dengan Pepsi maupun pindah ke perusahaan lain, nilai kontraknya pasti akan lebih tinggi dari sekarang.”
“Selain itu, Zhou Yi juga harus menjalani wawancara dengan dua media di Amerika.”
“Di pesawat dari Shanghai menuju Amerika, Schulze sedang berdiskusi dengan Zhou Yi mengenai tarif wawancara berbayar.”
“Mulai sekarang, kecuali wawancara yang sudah diatur dalam kontrak, semua jenis wawancara lainnya harus dikenakan biaya,” Schulze menjelaskan pada Zhou Yi.
“Wawancara juga harus bayar?” Zhou Yi terlihat belum sepenuhnya memahami.
"Tentu! Wawancara juga memakan waktumu. Setiap menitmu sangat berharga sekarang. Karena akan ada banyak orang yang ingin menghubungimu. Kalau tidak membayar, bukankah sembarang orang bisa menggunakan alasan sepele untuk menyita waktumu yang berharga?" Schulze berkata pada Zhou Yi.
"Baiklah, kau benar." Zhou Yi terbujuk, "Lalu berapa tarifnya? Setengah jam... lima ratus euro?"
Schulze tertawa: "Kau terlalu merendahkan diri, Zhou Yi. Lima ratus euro per setengah jam? Tahukah kau berapa tarif wawancara Messi?"
"Berdasarkan kontraknya dengan klub Barcelona, selain menghadiri 14 konferensi pers yang diatur klub setiap musim, wawancara terbatas dengan media lokal dan satu wawancara internasional, semua wawancara lainnya akan dikenakan biar seribu euro per menit!"
Zhou Yi membuka mulut lebar menatap Schulze, lama kemudian berkata: "Ini perampokan... eh maksudku, waktu memang adalah uang..."
