"Hari ini di pesawat, saat ngobrol dengan agen, dia bilang mulai sekarang semua wawancara di luar kontrak harus bayar..." Di hotel, Zhou Yi yang sedang istirahat sendiri mengobrol di grup melalui ponsel.
He Ying segera membalas: "Wajar saja membayar, itu aturan default."
"Kalau begitu He Ying, kau tahu berapa tarif wawancara Messi?" tanya Zhou Yi.
"Tidak..." jawab He Ying. Meski pemain akademi Barcelona, dia sama sekali tidak dekat dengan Messi.
“Seribu euro per menit!” Zhou Yi mencoba mengguncang teman-temannya.
“Aduh!”
“！！”
“……”
Seperti dugaan, Sun Pan, Guo Nu dan Yang Muge muncul satu per satu.
“Saat tahu hal ini, tebak apa yang kupikirkan?”
“Kamu juga mau tarif seribu euro per menit?” Guo Nu bertanya.
“Ngapain, Lao Guo? Aku kan bukan pemain peringkat Messi.”
“Messi terlalu jahat?” Guo Nu melanjutkan tebakannya dengan kombinasi.
“Pemain kelasnya menerima tarif segitu juga wajar, harga pasar. Dia jadi patokan, semua ikut, artinya masih masuk akal.”
“Terus maksudmu apa?” Guo Nu tak bisa menebak.
“Aku mikir kalau kamu nanti terkenal, bisa cuan gede dari bayaran wawancara, Lao Guo!” kata Zhou Yi.
“……” Yang Muge terdiam.
“Wkwkwkwk!” Sun Pan tertawa terbahak sambil membuat ekspresi terguling-guling.
“Hah.” He Ying juga tak tahan.
“Bangsat, ngejek gue lagi!” Guo Nu baru sadar.
“Jujur saja, wawancara kita biasanya 30 menit. Kamu mungkin perlu satu setengah jam.” Zhou Yi menjelaskan. “Bayangkan berapa duit itu! Waktu adalah uang, kawan!”
Di bawah serangan Zhou Yi, Guo Nu hanya bisa mengirim emoticon wajah tertawa pahit sambil menutup muka.
Dia memang tak pernah bisa mengalahkan Zhou Yi, baik dengan mulut maupun keyboard...
“Jadi berapa tarif akhirmu, Zhou Yi?” Yang Muge yang baik hati mengalihkan topik untuk Guo Nu.
“Hmm, lima ratus euro per menit lah.”
“Banyak juga ya!” Guo Nu terkesima. Menurut perhitungan Zhou Yi yang menyebut satu wawancara 30 menit, berarti dalam satu sesi ini Zhou Yi sudah mendapat 15.000 euro.
“Luar biasa…” Yang Muge menghela napas kagum.
Sun Pan: “Kita sudah ngobrol 10 menit, berarti sudah 5.000 euro menguap. Zhou Yi, kerugianmu gede banget nih.”
“Kalau gitu jadi takut ngobrol sama Zhou Yi, nggak sanggup bayarnya…” Guo Nu mengirim emoji "miskin".
“Gak apa-apa, gue kaya kok!” Zhou Yi bersikap royal, “Ayo, lanjutin obrolan senilai 10.000 euro!”
Semuanya mengirim emoji melirik ke atas.
“Eh, gimana kabarmu di Tim Olimpiade?” Zhou Yi yang diacuhkan teman-teman akhirnya memulai percakapan.
Saat Zhou Yi mengikuti pelatihan konsentrasi Timnas untuk pertandingan pemanasan, keempat temannya - He Ying, Guo Nu, Yang Muge dan Sun Pan - juga direkrut Tim Olimpiade untuk memperjuangkan tiket ke babak final Olimpiade London 2012.
Hal ini tentu sudah sesuai harapan banyak pihak.
Sejak Zhou Yi dan Sun Pan mulai terkenal, pemain-pemain yang dulu ikut bermain di luar negeri juga mendapat perhatian. Sebagai pemain yang bahkan bisa menjadi pilar utama di tim muda klub besar, masuk Tim Olimpiade adalah hal yang wajar tanpa kontroversi.
“Wah, ini kayak kerajaan kita sendiri!” Begitu topik ini dibuka, Sun Pan langsung bersemangat. Wajar dia antusias, karena baru masuk tim saja dia sudah merebut posisi kiper utama dari Wang Dalei dengan keunggulan mutlak.
“Penampilan kalian semua bagus, jadi jadi pilar utama seharusnya tidak ada masalah.” Bahkan Yang Muge yang biasanya rendah hati sampai bilang begitu, jelas posisi pilar utama memang bukan masalah buat mereka.
“Ah, aku juga pengin main di Tim Olimpiade nih...” Zhou Yi ngomong.
“Jangan pamer di sini kalau sudah masuk timnas!” Guo Nu nyeletuk sambil ngirim stiker "Kalau ga pamer kita masih temenan".
“Serius, aku cuma pengin ikut Olimpiade aja.”
“Dasar lo, ngomongnya kayak tanpa lo kita gabisa lolos Olimpiade gitu.” Sun Pan nyahut.
“Sun Pan bener, Zhou Yi. Jangan meremehkan kami. Meski sekarang kami belum masuk timnas, tapi kami juga bisa bawa Tim Olimpiade Tiongkok lolos Asia.” He Ying menambahkan.
“Eh, aku ada ide. Gimana kalau gini? Kalian fokus dulu menjuarai tiket babak final Olimpiade, nanti kita ke London bareng. Sementara aku akan berjuang dapetin tiket ke Brasil. Tiga tahun lagi, kita kumpul di Brasil!” Zhou Yi mengusulkan ide brilian.
“Ide ini oke.” He Ying yang pertama menyetujui.
“Keren nih! Jadi kita bisa ikut Olimpiade sekaligus Piala Dunia!” Sun Pan juga antusias.
“Baik, mari kita berjuang masing-masing!” Semangat Yang Muge ikut terbakar.
Guo Nu singkat saja: “Setuju!”
Untuk sesaat, mereka semua larut dalam imajinasi masa depan yang gemilang.
Seperti apa rasanya Olimpiade? Bagaimana dengan Piala Dunia? Performa seperti apa yang akan kita tunjukkan? Hasil apa yang akan kita raih? Lawan-lawan hebat seperti apa yang akan kita hadapi?
Obrolan ini membuat imajinasi mereka semakin liar.
Sampai Yang Muge tiba-tiba menyadari mereka sudah mengobrol lebih dari dua puluh menit: "Sepertinya kelebihan waktu, ini sudah melebihi 10.000 euro ya?"
Zhou Yi dengan santai menjawab: "Tidak masalah, kelebihannya dianggap bonus gratis!"
……
Setelah menyelesaikan semua aktivitas di Amerika, tanggal 15 Juni telah tiba.
Zhou Yi terbang kembali dari Amerika ke Borussia Dortmund.
Meskipun masih ada 20 hari lagi sebelum jadwal pelatihan konsentrasi tim dimulai, Zhou Yi sengaja pulang lebih awal. Dia masih memiliki program latihan pribadi untuk terus meningkatkan stamina-nya. Walaupun stamina-nya sudah menunjukkan kemajuan signifikan di musim lalu, Zhou Yi tetap merasa itu belum cukup.
Stamina itu seperti uang - semakin banyak semakin baik. Hanya ada istilah 'kurang', tidak pernah ada 'tidak berguna'.
Setelah mengalami pertarungan tiga front di Champions Eropa, liga, dan timnas musim lalu, Zhou Yi sekarang sangat mengagumi Park Ji-sung. Dia berharap bisa menjadi "Park Tiga Paru-paru" versinya sendiri yang tak kenal lelah di lapangan. Hanya dengan begitu dia bisa leluasa bergerak ke area mana pun selama pertandingan.
Dalam sepak bola modern, stamina adalah fondasi segalanya. Tanpa dasar ini, teknik dan kesadaran terhebat sekalipun hanya akan menjadi istana di udara - omong kosong yang tidak realistis.
Zhou Yi berharap bisa mengumpulkan cadangan stamina lebih banyak daripada pemain lain sebelum musim baru dimulai.
Begitu kembali ke Borussia Dortmund, dia langsung terjun ke dalam latihannya. Selama liburan ini, dia pergi ke banyak tempat yang sebenarnya memberatkan kondisi fisiknya. Stamina tubuhnya pasti tidak sebaik saat musim lalu berlangsung. Sekarang dia harus mengejar ketertinggalan, memastikan tidak mengalami masalah stamina selama musim kompetisi. Jika ringan, mungkin hanya akan diganti di tengah pertandingan karena tidak bisa mempertahankan stamina. Jika parah, bisa saja cedera.
Saat Zhou Yi berlatih keras di Jerman, He Ying, Yang Muge, Sun Pan, dan Guo Nu sebagai pilar utama Tim Olimpiade Tiongkok juga mengikuti pertandingan kualifikasi Olimpiade pertama mereka.
Timnas Olimpiade Tiongkok menjamu Timnas Olimpiade Oman di kandang sendiri.
Sebenarnya sebelum empat pemain naturalisasi bergabung dengan tim, Tim Olimpiade ini tidak terlalu diunggulkan. Karena tim ini secara tidak langsung merepresentasikan kegagalan pembinaan sepak bola remaja Tiongkok - minimnya bakat dan kurangnya pemain bintang sejati. Jika benar-benar mau dihitung sebagai bintang, hanya ada Zhang Linpeng dan Wang Dalei.
Bandingkan dengan Tim Olimpiade beberapa periode sebelumnya, meskipun tidak lolos, tapi tidak kekurangan pemain bintang.
Tim Olimpiade Tiongkok tahun 1992 memiliki pemain seperti Fan Zhiyi, Hao Dong, Peng Weiguo, dan Li Bin. Tahun 1996 ada Yu Genwei, Xie Hui dan Zhang Enhua, serta Yang Chen. Tim Olimpiade 2000 memiliki Zheng Zhi, Sun Hai, Zhao Junzhe, Zhang Xiaorui dan Li Jinyu. Tim Olimpiade 2004 memiliki Qu Bo, Du Wei, Zhao Xuri, Xu Liang dan Sun Xiang. Tim Olimpiade 2008 memiliki Zhou Haibin, Gao Lin, Feng Xiaoting, Hao Junmin serta Chen Tao.
Tapi tim Olimpiade angkatan ini, jangankan pemain inti di tim Olimpiade, siapa yang bisa menjadi pemain inti di klub sekalipun?
Tim Olimpiade ini merupakan evolusi dari timnas U-21 generasi 89 tahun yang dibentuk tahun 2007. Saat itu ada statistik: pemain usia 1989 yang terdaftar di klub CSL, Liga Jia dan Liga Yi hanya 300 orang. Jika dikurangi pemain Liga Yi dan yang kemampuannya terlalu lemah, paling-paling hanya tersisa sekitar 100 orang. Sementara tim perwakilan National Games provinsi/kota memiliki lebih dari 700 pemain generasi 89 tahun. Seperti generasi-generasi sebelumnya, jumlah pemain ini menyusut cepat seiring pertumbuhan usia.
Saat Pelatih Liu Chunming mulai membentuk tim Olimpiade ini, sebenarnya mereka sudah kalah di garis start. Karena pemain pelatihan konsentrasi timnas U-21 hanya dipilih dari lebih dari 400 pemain usia sesuai di seluruh negeri. Setelah beberapa tahun proses eliminasi, angka ini sudah berkurang hampir setengah. Setelah National Games 2009 berakhir, hanya tersisa 200-an pemain generasi 89 tahun yang masih aktif di lapangan CSL, Liga Jia dan Liga Yi.
Dari sedikitnya pemain yang tersedia untuk memilih 23 orang guna berlaga di turnamen besar, kualitas tim bisa dibayangkan. Dibandingkan dengan Jepang-Korea yang memilih pemain dari ratusan ribu kandidat usia sesuai, China sudah kalah sejak awal. Tim Olimpiade ini bukan lagi sekadar masalah cangkir atau piring, melainkan sebuah meja makan yang dipenuhi berbagai macam cangkir dan peralatan makan...
Meskipun kemudian Asosiasi Sepak Bola merekrut pelatih dunia ternama Blažević untuk melatih Tim Olimpiade, masa jabatan Blažević terlalu singkat. Hingga saat ini baru memimpin satu pertandingan pemanasan, belum memahami tim secara menyeluruh, sudah harus menghadapi pertarungan hidup melawan Oman.
Dalam kondisi seperti ini, merekrut talenta tanpa pandang latar belakang menjadi pilihan wajib.
Jika kemampuan generasi 89 tahun tidak memadai, bisakah merambah ke usia lebih muda?
Inilah yang memicu ide tersebut berkat performa gemilang Zhou Yi dan Sun Pan di Eropa.
Akhirnya Sun Pan, Guo Nu, Yang Muge, dan He Ying terpilih masuk Tim Olimpiade sebelum pertandingan melawan Oman, mengikuti pelatihan konsentrasi.
Keempat pemain ini memang tidak mengecewakan ekspektasi publik.
Setelah bergabung, mereka langsung menunjukkan level kemampuan yang jauh berbeda dari rekan setim.
Pelatihan yang diterima di Eropa membuat mereka benar-benar unggul satu tingkat dibanding rekan-rekannya.
Selanjutnya tim ini melakukan dua pertandingan pemanasan. Karena masalah chemistry selama masa penyesuaian, performa Tim Olimpiade Tiongkok sebenarnya masih kurang baik. Mereka kalah 1-2 dari Tim Olimpiade Korea Utara dan imbang 0-0 dengan Tim Olimpiade Arab Saudi.
Sekarang satu-satunya masalah tinggal waktu.
Waktu yang tersisa untuk tim Brozović ini terlalu singkat, empat pemain yang bermain di luar negeri baru saja bergabung dengan tim, setelah pelatihan konsentrasi selama setengah bulan langsung menghadapi Tim Olimpiade Oman.
Bisakah mereka melewati rintangan Tim Olimpiade Oman dan melaju ke fase grup kualifikasi Olimpiade?
Pada malam 19 Juni pukul delapan, tim Olimpiade ini memberikan jawaban bagi semua yang memperhatikan mereka.
Dalam 90 menit pertandingan, mereka mengalahkan Tim Olimpiade Oman 3-0!
Langsung menghilangkan ketegangan di leg kedua!
