Meskipun Kottane hanya muncul di lapangan latihan untuk memperkenalkan diri dan kemudian mengikuti Dr. Braun kembali ke area kerjanya, respons yang ditimbulkannya di dalam tim belum juga mereda.
Dalam sejarah klub Borussia Dortmund, Kottane adalah fisioterapis wanita pertama.
Hanya dengan ini saja sudah terlihat signifikansi historisnya.
Apalagi fisioterapis secantik ini.
Kottane bahkan tidak kalah dibandingkan dengan beberapa istri bintang para pemain.
Jadi saat latihan hari itu, para pemain seperti disuntik adrenalin, berdiskusi penuh semangat tentang fisioterapis wanita mereka. Bahkan mereka sudah mengangkat Kottane ke status "dewi".
Beberapa mulai merencanakan untuk pura-pura sakit.
"...Saya rasa otot saya agak tidak enak, saya ingin minta pijat..."
Tentu saja, tipuan konyol ini akhirnya terendus oleh mata elang Klopp.
Rupanya para pemain juga tidak berani benar-benar melukai diri hanya untuk mendekati sang kecantikan, setidaknya mereka masih punya akal sehat mengetahui mana yang lebih penting.
Namun identitas Kottane tidak bertahan lama sebagai rahasia.
Karena ada pemain yang menyadari Kottane dan Mark memiliki nama marga yang sama.
"Hei Mark. Kulihat kamu dan fisioterapis baru sama-sama bermarga Wagner, kebetulan ya!" kata Großkreutz kepada Mark.
Mark menyeringai: "Tentu saja, Großkreutz. Soalnya dia kakak perempuanku!"
Ketika Mark mengatakan itu, semua orang di ruang ganti terkejut!
Detik berikutnya, hampir semua orang mengerumuni Mark.
"Perkenalkan dong!"
"Pengen kenal!"
"Ajak kencan!"
Mark dikepung sekumpulan serigala lapar, sampai bingung harus bicara apa.
Zhou Yi yang akhirnya menolongnya: "Jangan bermimpi kalian, kriteria pasangan hidupnya pasti tidak termasuk pemain profesional."
Memang dia jago mengguyur semangat.
Semua menoleh ke arahnya: "Dari mana kamu tahu, Zhou Yi?"
"Ya jelas, aku tinggal di rumah Mark hampir setahun saat di tim muda." Zhou Yi mengangkat tangan.
Baru saat itu mereka sadar ucapan Zhou Yi benar. Pantas saja dulu reaksinya berbeda saat melihat Kottane, bukan kagum tapi... terkejut.
Großkreutz masih belum menyerah: "Dia tidak suka atlet profesional? Lalu ngapain jadi fisioterapis di Borussia Dortmund?"
Sebenarnya Zhou Yi juga bingung kenapa Kottane punya prasangka begitu tapi tetap memilih ilmu kedokteran olahraga. Tapi dia tetap piawai mengguyur: "Kerja sebagai fisioterapis itu urusan pekerjaan, cari pasangan urusan cinta. Beda lah, Kakek Kevin. Kamu pemain profesional tapi kan juga tidak pacaran dengan atlet sepak bola wanita..."
"Cewek yang main sepak bola biasanya tidak cantik!" bantah Großkreutz.
"Mungkin di mata kakak perempuan Mark, kamu juga jelek..."
“Pelanggaran, Zhou Yi! Dilarang serang fisik!” Großkreutz menunjuk Zhou Yi.
“Intinya.” Kali ini Zhou Yi berbicara ke seluruh penghuni ruang ganti. “Kalian jangan mikir macam-macam. Pas aku tinggal di rumah Mark, karena aku pemain—waktu itu bahkan belum pemain profesional—aku sering dapat lirik ke atas dan hinaan dari kakak perempuannya.”
……
Usai latihan, Zhou Yi pulang sendirian.
Sebelumnya, setelah Mark tanda kontrak baru dan beli mobil, dia mau nganter Zhou Yi pulang tapi ditolak mentah-mentah—Zhou Yi tak ingin Mark tahu dia tinggal serumah dengan kakaknya.
Apalagi sekarang, Zhou Yi semakin tak berani kasih tahu Mark kalau dia tinggal dengan Kottane...
Pulang ke rumah, Zhou Yi lihat Kottane belum datang, lalu mandi sendiri.
Baru saja selesai mandi dan ganti baju di kamar, Kottane membuka pintu.
Memakai jaket olahraga Borussia Dortmund merk Puma, rambutnya dikuncir kuda terlihat sporty.
“Seragam kerjanya keren,” kata Zhou Yi. “Gimana hari pertama kerja?”
“Lumayan santai.” Kottane taruh tasnya di sofa.
“Kalau kamu sibuk, tim kita bakal kolaps!” Zhou Yi hampir ingin melirik ke atas. “Jangan-jangan kamu mata-mata Schalke 04 yang disusupin ke sini!”
Malah Kottane yang melirik ke atas ke arah Zhou Yi.
“Kamu belum makan malam?” tanyanya.
“Aku juga baru pulang.”
“Aku yang urus.” Setelah berkata demikian, Kottane bergegas menuju dapur tanpa sempat berganti pakaian.
Zhou Yi mendekati meja makan, menunggangi kursi dengan kedua tangan bertumpu pada sandaran kursi. Dagunya diletakkan di atasnya sambil memandang Kottane yang sibuk di dapur terbuka. “Apa yang kamu pikirkan?” tanyanya.
“Pikirkan tentang apa?”
“Kalau kau begitu membenci atlet, mengapa belajar Ilmu Kedokteran Olahraga? Lalu kenapa mau menjadi fisioterapis di Borussia Dortmund? Bukankah setiap hari kau harus berurusan dengan orang-orang yang tidak kau sukai?”
Kottane tidak menjawab pertanyaan Zhou Yi, hanya menunduk memotong wortel di talenan.
“Baiklah, kalau tidak mau bicara tidak apa.” Zhou Yi mengangkat bahu. “Tapi kuingatkan, banyak anggota tim yang tertarik padamu.”
“Lalu?” Kottane tetap sibuk dengan pekerjaannya.
“Lalu? Itu urusanmu. Jangan kaget kalau ada yang mendatangimu karena luka kecil.”
“Aku sama sekali tidak terkejut. Pemain yang isi otaknya cuma sperma dan otot memang akan bertindak seperti itu.”
“Hei, aku juga pemain! Apa otakku berisi sperma dan otot?!” protes Zhou Yi.
“Oh, kau memang berbeda. Kau bahkan tahu Hukum Kedua Newton.” Kottane melirik Zhou Yi sejenak sebelum kembali fokus.
“Aku masih tahu banyak lagi. Mau kujelaskan Marxisme? Pandangan sejarah materialis dialektis?”
“Kekanak-kanakan.” Suara Kottane lembut tapi tegas.
“Kamu yang kekanak-kanakan, memandang bias seluruh kelompok hanya karena tindakan segelintir orang... Ngomong-ngomong, adik kesayanganmu Mark benar-benar ketakutan karena ulahmu.”
“Aku tidak memberitahunya.”
“Kenapa tidak memberitahunya?”
“Apa bedanya memberitahu atau tidak memberitahunya?”
“Hmm, itu memang benar...” Zhou Yi merenung, mengetahui informasi ini memang tidak ada artinya bagi Mark.
Tiba-tiba suasana hening menyelimuti keduanya, seolah tak ada lagi topik pembicaraan. Kottane sibuk memasak.
Zhou Yi tetap diam, bersandar di sandaran kursi sambil mengamati Kottane menyiapkan makan malam.
Memandangi kemahiran wanita ini bergerak lincah di dapur, tiba-tiba terpikir olehnya: Bagaimana reaksi rekan setimnya jika tahu dia tinggal serumah dengan dewi impian mereka?
Pasti dia akan dicabik-cabik oleh para orang mesum pimpinan Großkreutz!
……
Meski Zhou Yi telah menjelaskan karakter pribadi Kottane pada rekan setimnya, tetap ada yang nekad mencoba peruntungan.
Kabar pun tersiar: seseorang mengajak Kottane makan malam, hanya untuk ditolak dengan sopan namun tegas.
“Sudah kukatakan!” seru Zhou Yi di ruang ganti. “Jangan cari malu! Fokus saja pada latihan dan pertandingan, bukankah lebih baik luapkan energi di lapangan?”
Maka Borussia Dortmund berhasil mengalahkan Bayer Leverkusen 3:1 di kandang lawan pada pertandingan keempat liga. Para pemain tampil penuh semangat, moral tinggi, dan dalam kondisi prima.
Klopp yang menyaksikan dari pinggir lapangan sampai mengumpat melihat performa pemain: "Bocah-bocah kurang ajar ini!"
Tentu saja dia tahu alasan di balik performa gemilang para pemain...
Asisten pelatih Buvac di sebelahnya tersenyum lebar.
Siapa sangka merekrut fisioterapis cantik di klub bisa memberi efek seperti ini!
……
Usai laga kontra Leverkusen, banyak pemain timnas yang meninggalkan Dortmund untuk bergabung dengan negaranya menghadapi Kualifikasi Piala Dunia.
Awalnya Zhou Yi ingin pulang bersama Yang Muge, tapi setelah mengecek di grup, ternyata pertandingan Tim Olimpiade Tiongkok jatuh pada 21 September - berbeda jadwal dengan timnas.
Akhirnya dia harus pulang bersama Shinji Kagawa.
Satu menuju China, satu ke Jepang. Jaraknya sih tidak terlalu jauh.
Sebenarnya lawan pertama China di Babak 20 Besar, Singapura, tidak terlalu kuat. Tim China tetap bisa menang tanpa Zhou Yi. Tujuan utama kepulangannya adalah memperdalam chemistry dengan tim, sebab absen terlalu lama bisa menciptakan jarak.
Di Babak 20 Besar, China masuk Grup A bersama Irak, Singapura, dan Yordania.
Di grup ini, Irak dan Yordania sama-sama tim yang tidak lemah. Jika Tim China ingin lolos ke babak final 10 besar, harus meraih posisi dua besar grup.
Sambil mempertimbangkan kemungkinan perbandingan selisih gol nantinya, kita harus berusaha mencetak gol sebanyak-banyaknya melawan tim lemah.
Siapa tim lemahnya?
Tentu saja Singapura.
Pertandingan pertama China di kandang sendiri melawan Singapura, kemenangan adalah syarat dasar. Selain itu perlu mencetak banyak gol tanpa kebobolan.
Pada pukul 20.00 waktu Beijing tanggal 2 September, pertandingan Tim China vs Singapura di kandang sendiri dimulai.
Menghadapi gaya bermain cepat dan lincah Singapura, Gao Hongbo menyusun strategi penguasaan bola untuk Tim China.
Memanfaatkan keunggulan operan Tim China untuk menekan permainan cepat Singapura.
Keunggulan operan Tim China tentu berasal dari Zhou Yi.
Setelah kehadiran Zhou Yi, kemampuan operan Tim China memang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Di babak pertama dengan assist Zhou Yi, Tim China berhasil mencetak gol pertama.
Namun sepanjang babak pertama hanya ada satu gol ini, hal ini jelas tidak memuaskan.
Di babak kedua Tim China meningkatkan ritme serangan.
Dan pada menit ke-60 berhasil menambah gol.
Menit ke-69 Zhou Yi masuk ke area penalti lalu dijegal, memperoleh tendangan penalti untuk Tim China. Seluruh tim mempercayakan eksekusi penalti ini kepada Zhou Yi.
Kali ini Zhou Yi tidak menolak. Ia sendiri yang mengeksekusi, sekali tendang langsung masuk. Pada menit ke-70 Tim China sudah unggul 3-0.
Selanjutnya Gao Hongbo menarik keluar Zhou Yi yang mencetak gol. Saat Zhou Yi keluar lapangan, dia mendapat tepuk tangan dan sorakan dari seluruh suporter. Satu gol dan satu assist, debut Zhou Yi di Kualifikasi Piala Dunia benar-benar sempurna.
Setelah Zhou Yi keluar, baik Tim China maupun Singapura masing-masing mencetak satu gol lagi. Akhirnya Tim China menang 4-1 di kandang sendiri atas Singapura.
Sayangnya di akhir pertandingan kemasukan satu gol dari Singapura, sehingga selisih gol hanya tiga...
