Setelah pertandingan melawan Singapura, Tim China beristirahat dan berlatih selama satu hari sebelum terbang ke Yordania untuk mempersiapkan pertandingan kedua fase grup 20 besar di sana.
Pertandingan ini sebenarnya sangat krusial, sepuluh kali lebih penting dibandingkan pertandingan melawan Singapura.
Di pertandingan pertama fase grup, Yordania mengalahkan Irak 2-0 di kandang lawan. Saat ini Tim China dan Yordania sama-sama mengumpulkan tiga poin, dengan Tim China berada di peringkat pertama karena keunggulan selisih gol.
Namun jika Tim China kalah dari Yordania di kandang lawan, mereka akan tersalip oleh Yordania dan mungkin juga oleh Irak yang akan menghadapi Singapura di pertandingan kedua.
Dari sudut pandang kualifikasi, yang terbaik adalah tidak kalah saat menghadapi kompetitor langsung di kandang lawan. Bahkan jika tidak bisa menang, setidaknya jangan sampai kalah.
Analisis ini menunjukkan betapa pentingnya pertandingan melawan Yordania.
Saat bertandang ke Yordania, Gao Hongbo tetap menerapkan taktik penguasaan bola melalui operan.
Dengan kehadiran Zhou Yi, kemampuan Tim China dalam operan saat menghadapi pressing lawan meningkat signifikan, memberikan keyakinan bagi Gao Hongbo untuk menerapkan strategi ini di kandang lawan.
"Di pertandingan sebelumnya, Zhou Yi sudah ditarik keluar pada menit ke-70 karena akan menghadapi Yordania."
"Dia berharap Zhou Yi bisa mendapatkan lebih banyak istirahat, karena mungkin Tim China harus bertarung selama 90 menit di kandang lawan melawan Yordania. Jika stamina Zhou Yi bermasalah, itu akan menjadi bencana."
"Pertandingan ini mendapat perhatian besar, sehingga meski berlangsung tengah malam waktu Beijing, layar televisi tetap dipenuhi suporter China."
"Zhou Jianliang juga berada di antara mereka."
"Di babak pertama, kedua tim bermain ketat. Gelandang Tim China Huang Bowen dan gelandang Yordania Abdul Fattah sama-sama menerima kartu kuning."
"Tapi tidak ada gol yang tercipta."
"Jika tren ini berlanjut, tentu menguntungkan Tim China. Sejak awal mereka memang mengincar hasil imbang di kandang lawan."
"Namun setelah bertukar sisi lapangan di babak kedua, Yordania justru berhasil memecah kebuntuan lebih dulu!"
"Menit ke-49, gelandang mereka Suleiman berhasil membobol gawang Tim China!"
"Saat pemain Yordania merayakan gol, suasana di depan televisi langsung menegang."
"Untungnya di menit ke-56, Hao Junmin memanfaatkan tendangan bebas langsung untuk menyamakan skor Tim China!"
"Bagus! Hao Junmin! Hebat! Sekarang kedua tim kembali ke garis start yang sama!"
"Tapi tepat saat suporter dan komentator China baru saja lega, Yordania yang baru saja melakukan kick-off langsung membobol gawang Tim China lagi lewat serangan kilat!"
"Napas lega suporter dan komentator China bahkan belum sempat keluar sepenuhnya..."
“Ini……” Komentator Liu Hong tertegun, tak menyangka tim lawan bisa langsung mencetak gol begitu kick-off, membuat gol Tim China tiba-tiba menjadi tak berarti! Mimpi untuk bertahan di skor imbang pun pupus!
“Sialan!” Zhou Jianliang di depan televisi mengumpat. “Baru cetak gol langsung besar kepala? Jelas-jelas kehilangan konsentrasi! Biarkan mereka bawa bola sampai ke area penalti kita! Anj*ng!”
Li Cuiyun di sampingnya diam seribu bahasa. Saat suaminya menonton laga Borussia Dortmund masih biasa saja, tapi begitu menyaksikan pertandingan timnas langsung berubah kepribadian - mulut penuh umpatan, tidak punya kualitas sama sekali. Padahal sebelumnya dia pernah menyarankan untuk berhenti nonton jika hanya bikin emosi.
Zhou Jianliang membalas: “Apa kau akan membuang anak sendiri hanya karena dia berbuat salah?”
“Tentu tidak.”
“Makanya aku juga tidak mungkin berhenti nonton timnas!”
Li Cuiyun tak bisa menyahut.
……
Gol Yordania ini ibarat pukulan yang menghancurkan moral Tim China.
Rasanya seperti baru saja mengejar ketertinggalan dan belum puas bersorak, tiba-tiba sudah tertinggal lagi. Sensasinya mirip memenangkan lotre 5 juta, menggenggam tiket dengan girang lalu tiba-tiba tertiup angin ke laut lepas...
Memanfaatkan momentum, Yordania menggempur gawang China dengan serangan sengit, berharap bisa memperlebar keunggulan dan mengunci kemenangan.
Tim China terpaksa bertahan total, semua pemain mundur ke Zona 30 Meter mereka sendiri.
"Seketika, gawang Tim China bagai diterpa badai, seolah-olah setiap saat bisa kebobolan."
Suporter Yordania di tribun bersorak histeris, memberi dukungan untuk tim mereka.
Waktu pertandingan berlalu detik demi detik di bawah gempuran Yordania, sampai memasuki menit ke-80.
"Masuk menit ke-80, waktu yang tersisa untuk Tim China semakin sedikit..." Liu Hong kembali melontarkan kutipan klasiknya.
Tim Yordania yang sudah menggempur lama namun gagal mencetak gol, akhirnya memilih bertahan dengan rapat. Mereka takut serangan balik China bisa menghancurkan semuanya.
Dengan waktu yang tersisa sedikit, skor imbang adalah skenario terburuk bagi Yordania.
Setelah mereka bertahan, akhirnya Tim China bisa menekan ke depan untuk menyerang.
Gao Hongbo melakukan beberapa penyesuaian, menarik Yu Hai dan memasukkan Feng Renliang yang lebih mahir dalam menembus pertahanan.
Selain itu, dia mengganti bek Liu Jianye dengan gelandang bertahan Wu Xi untuk memperkuat kontrol dan intersepsi di lini tengah. Langkah ini mencegah serangan balik Yordania saat Tim China menyerang. Kehadiran Wu Xi memungkinkan intersepsi serangan balik lawan di lini tengah, lalu mengoper bola ke Zhou Yi untuk membangun serangan kedua.
Kini situasi berubah menjadi Tim Yordania bertahan mati-matian sementara Tim China mengepung, memulai pertarungan sengit di daerah pertahanan lawan.
Ini adalah ujian nyata kemampuan organisasi serangan Tim China.
Zhou Yi terus-menerus menerima dan mengoper bola, merapikan alur permainan.
Lima menit telah berlalu, Tim China masih belum bisa mencetak gol. Seringkali mereka hanya mengandalkan tendangan jauh dari luar area penalti dan umpan silang dari sayap sebagai cara sederhana untuk mengancam gawang Yordania.
Tapi metode serangan seperti ini terlalu monoton, sangat mudah diantisipasi pertahanan.
Zhou Yi terus menerima dan mengoper bola, tapi sepertinya lebih banyak gerakan sia-sia... Karena sebagian besar hanya operan menyamping berulang-ulang, dari kiri ke kanan lalu kembali ke kiri, tidak bisa maju selangkah pun. Akhir dari operan menyamping ini biasanya hanya umpan silang dari sayap, lalu sisanya diserahkan pada Tuhan. Tolong Tuhan, jika beruntung bisa gol. Jika Tuhan tidak berkenan, maka tidak akan pernah mencetak gol.
Sistem pertahanan Yordania sangat solid, sulit menemukan celah hanya dengan mengandalkan operan.
"Menit ke-86, skor masih 1-2 keunggulan Yordania! Waktu yang tersisa untuk Tim China benar-benar mepet!" teriak Liu Hong.
Di depan televisi, Zhou Jianliang mengumpat kesal: "Goblok! Dasar komentator brengsek! Cuma bisa ngomong itu-itu melulu, ngeselin!"
……
Di area tengah yang terlalu padat pertahanan, Zhou Yi berpindah ke sayap kiri. Rekan setim mengoper bola padanya, Zhou Yi bergerak menyusur sisi lapangan sambil menyambut bola.
Bek Yordania Khalil segera mengejar dan menekannya.
Menghadapi tekanan Khalil yang mendekat, Zhou Yi membuat gerakan seolah akan mengoper bola langsung dengan kaki kanan - tubuhnya condong ringan ke kiri, berpura-pura akan mengangkat kaki kanan.
"Khalil langsung melakukan sliding tackle, berusaha menutup operannya."
Ternyata kaki kanan Zhou Yi hanya sedikit diangkat, tidak benar-benar mengayun. Bola menggelinding di depannya, lalu dihentikan oleh kaki kirinya.
Khalil malah meluncur keluar garis lapangan...
Zhou Yi tetap diam di tempat, menyaksikannya keluar. Kemudian kaki kirinya mendorong bola ke depan, menerobos ke area penalti!
"Zhou Yi, bagus!" teriak Liu Hong penuh semangat.
Tapi Zhou Yi segera dihadang pemain Yordania.
Menghadapi blokade dua pemain, Zhou Yi tidak nekat menerobos. Ia menggunakan punggung kaki luar kanan untuk mengoper ke Hao Junmin di dekatnya.
Saat bek lawan mengalihkan perhatian ke Hao Junmin, Zhou Yi menyelip di antara mereka dan terus berlari masuk area penalti.
Hao Junmin yang menerima bola langsung melihat Zhou Yi masuk area penalti. Tanpa sempat menyesuaikan posisi, tubuhnya condong ke belakang sambil mengayunkan kaki di tempat, mengirimkan bola. Ia kemudian kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Tapi sebelum jatuh, ia melihat Zhou Yi berhasil menerima umpan!
"Umpan indah Hao Junmin! Gol! Zhou Yi menerima bola di area penalti!!"
Setelah menerima bola, Zhou Yi menggunakan punggung kaki luar kiri untuk menyentuh bola ke arah garis lapangan. Bek lawan Usman langsung menyambar dengan agresif, berusaha membersihkan bola.
Tapi saat Usman menyerang, kaki kiri Zhou Yi menarik kembali bola!
Maka Usman juga melesat melewati Zhou Yi, lalu kehilangan keseimbangan dan terjatuh...
Kali ini Zhou Yi tidak sempat melihat orang itu meluncur pergi. Setelah menarik bola dengan kaki kiri, punggung kaki luar kanannya segera menyentuh bola lembut ke kanan sambil melompat ringan di tempat.
Persis setelah dia menyelesaikan gerakan ini, tendangan sapuan bek Yordania Yasin sudah sampai!
Sayangnya, dia terlambat sedikit. Tidak mengenai bola maupun menjatuhkan Zhou Yi.
Sebenarnya Zhou Yi tidak perlu melompat. Dia bisa membiarkan diri tersapu jatuh di area penalti, tapi ini adalah kandang Yordania. Siapa tahu orang Timur Tengah akan menggunakan strategi di luar lapangan, jadi Zhou Yi tak mau menyerahkan takdirnya ke wasit utama.
Dia selalu ingin menggenggam takdirnya sendiri!
Setelah menghindari serangan Yasin, Zhou Yi mendarat dan menguasai bola kembali dengan kaki kanan.
Saat ini, di sisi kirinya sudah tergeletak dua bek Yordania - Usman dan Yasin. Di depannya ada kiper Shafi yang menghadang sudut dekat, serta beberapa pemain Yordania lain yang membentuk tembok pemain rapat, menghalangi langkahnya dan menutup ruang tembakan!
Tapi mereka tampaknya lupa, senjata andalan Zhou Yi sebenarnya adalah... operan!
Zhou Yi memutar pergelangan kaki kanan ke luar, mengangkat bola melewati tembok pemain Yordania di depan, mengarahkannya ke sudut belakang.
Di sana, target man Tim China Yang Xu bahkan tidak perlu melompat, cukup membungkuk ke belakang lalu mengayun ke depan, sundulan sederhana!
Sebelum kiper Yordania Shafi berbalik dan menyambar, bola telah melesat masuk ke gawang yang nyaris tak terjaga...
“2-2!!! Yang Xu! Yang Xu! Yang Xu——!!” Liu Hong berseru sambil mengangkat tangan di studio siaran. “Tim China berhasil! Mereka berhasil menyamakan skor di detik-detik akhir! Ohhhh!! Tapi 95% kredit gol ini harus diberikan pada... Zhou Yi! Dialah satu-satunya yang nekat menerobos sarang naga, menciptakan peluang emas bagi Yang Xu!”
“Sial!!!” Zhou Jianliang di depan televisi menganga sambil meraung keras ke layar.
Li Cuiyun di sampingnya memperhatikan urat leher suaminya yang menonjol dan wajah yang memerah.
Meski sudah menemani suaminya menonton bola selama satu dua tahun terakhir, ia tetap tak paham dengan para suporter ini.
Mengapa saat marah mereka mengumpat, tapi saat senang justru semakin kasar?
