Kegembiraan luar biasa Zhou Jianliang hanyalah cerminan dari ribuan suporter China di depan televisi saat itu.
Pada detik itu, tak terhitung orang yang menjerit histeris di depan layar, untuk gol Yang Xu, untuk gol penutup Tim China ini.
Di layar televisi, Yang Xu tidak langsung berlari merayakan gol, melainkan berbalik menuju Zhou Yi.
Ia menyergap Zhou Yi di area penalti, lalu memeluknya erat.
Dia harus berterima kasih kepada Zhou Yi.
Gol ini sesuai dengan perkataan Liu Hong, Zhou Yi menyelesaikan 95 persen pekerjaannya. Sisanya 4 persen adalah kontribusi Hao Junmin yang memberikan operan terobosan tepat waktu, membantu Zhou Yi menerima bola di area penalti.
Sedangkan Yang Xu hanya berkontribusi 1 persen terakhir. Gol itu mungkin bisa dicetak oleh siapa pun, assist kelas pengasuh dari Zhou Yi!
Bukan hanya Yang Xu yang harus berterima kasih pada Zhou Yi, seluruh Tim China pun harus berterima kasih padanya.
Semua pemain berkerumun menjatuhkan Zhou Yi di area penalti Yordania. Untuk pertama kalinya, pemain pemberi assist mendapat perlakuan seperti pencetak gol...
Pemain Yordania tercengang melihat pemain China yang euforia merayakan gol di depan mata mereka.
Tak disangka di menit akhir, keunggulan berubah menjadi hasil imbang...
Begitu banyak pemain, kenapa tak ada yang bisa menghentikan Zhou Yi?
Hanya terduduk lesu di tanah, melihatnya mengoper bola lalu kebobolan gol penutup!
Sialan!
Kiper sekaligus kapten Yordania, Shafi berteriak pada rekan setimnya: "Kenapa tak ada yang bisa menghentikannya!!"
Tak ada yang bisa menjawab teguran sang kapten.
Begitu banyak pemain gagal menghentikannya, sungguh memalukan...
……
Assist penentu Zhou Yi akhirnya membantu Tim China menahan imbang 2-2 di kandang lawan melawan Yordania, meraih satu poin berharga.
Saat pertandingan usai, siaran TV menayangkan close-up panjang pada Zhou Yi.
Dalam close-up shot, Zhou Yi memeluk dan merayakan bersama rekan setimnya, lalu bersama mereka menuju ke bawah tribun suporter China untuk memberikan salam dan ucapan terima kasih kepada para suporter yang datang memberikan dukungan.
Dalam pertandingan kandang lawan, jumlah suporter China yang bisa mengikuti tim dari dalam negeri sangat sedikit, sebagian besar terdiri dari karyawan perusahaan konstruksi China setempat, warga keturunan Tionghoa, dan pelajar/mahasiswa.
Di era damai, olahraga merupakan sarana yang mampu membangkitkan kebanggaan nasional dan mempersatukan rakyat.
Setelah menyelesaikan pertandingan, Tim China akan beristirahat semalam di Yordania sebelum berangkat pulang keesokan harinya.
Namun pemain di liga luar negeri tidak perlu ikut pulang ke negara asal.
Zhou Yi akan langsung melanjutkan perjalanan pulang ke Jerman dari Yordania.
Setelah mengikuti Piala Asia di Qatar sebelumnya, Zhou Yi pernah pulang ke Jerman bersama Hao Junmin, tapi kali ini hanya tinggal dirinya sendiri.
Di level timnas, saat ini Zhou Yi merupakan satu-satunya pemain Tim China yang bermain di liga luar negeri, membuatnya agak kesepian.
Tapi percayalah, tidak lama lagi dia tidak akan sendirian lagi...
Setelah hasil imbang di kandang lawan melawan Yordania, Tim China dan Yordania sama-sama mengumpulkan 4 poin, namun selisih gol Tim China lebih baik sehingga tetap menduduki puncak klasemen grup. Ini menunjukkan betapa pentingnya kemenangan Tim China atas Singapura di pertandingan sebelumnya...
Kemenangan Irak 2-0 atas Singapura di kandang lawan tidak mengancam posisi Tim China.
Pertandingan berikutnya Kualifikasi 20 Besar Tim China akan digelar pada 11 Oktober melawan Irak di kandang sendiri. Kemenangan di kandang sendiri akan meningkatkan peluang Tim China lolos ke Kualifikasi 10 Besar.
……
Di pesawat yang membawanya kembali dari Yordania ke Jerman, Zhou Yi mengenakan penutup mata dan langsung tertidur.
Setelah masuk ke ruang latihan FIFAOL3, dia memanggil Chu Ling.
"Aku ingin berlatih menggiring!" katanya pada Chu Ling.
Ini adalah ide yang muncul setelah pertandingan melawan Yordania.
Di menit-menit terakhir, meskipun dia memberikan assist ke Yang Xu untuk mencetak gol, sebenarnya situasinya sangat genting. Peluang itu sepenuhnya tercipta karena dribelnya yang mengacaukan garis pertahanan Yordania, sehingga memberi celah bagi Yang Xu.
Jika dia tetap hanya mengoper-ngoper dari luar, tidak akan mengubah apapun.
Melalui gol ini, dia juga menyadari bahwa sebagai gelandang playmaker, hanya memiliki operan bagus tidak cukup. Di momen kritis, dia harus bisa tampil sendiri.
Kemampuan individu luar biasa seringkali bisa mengubah jalannya pertandingan, ini lebih efektif daripada terus mengoper mencari peluang.
Sebelumnya, kemampuan menggiring Zhou Yi sebenarnya biasa saja, meski tidak sampai tidak bisa melewati pemain sama sekali, tapi jelas dribel bukan keunggulannya.
Mirip seperti David Beckham di masa lalu yang dikritik karena kemampuan dribel buruk, hanya bisa mengumpan silang dan umpan panjang.
Zhou Yi berharap bisa memiliki kemampuan untuk mengubah jalannya pertandingan sendirian di momen kritis.
Dribel dan penetrasi jelas cara terbaik.
Karena itu dia ingin berlatih menggiring.
Chu Ling tidak terkejut dengan keputusan ini: "Seharusnya dari dulu kamu melakukan ini."
Selanjutnya, Chu Ling mengubah scene latihan menjadi khusus untuk latihan menggiring.
Dari latihan paling dasar menggiring bola melewati tiang, ini fondasi utama. Bahkan jika Zhou Yi sebenarnya sudah menguasainya, dia tetap harus berlatih lagi di ruang virtual.
Karena sebelumnya, latihan melewati tiang dalam rutinitas harian Zhou Yi hanyalah latihan biasa, cukup diselesaikan. Sekarang dengan target yang jelas, efek latihan menjadi berbeda.
Setelah latihan melewati tiang, ada berbagai latihan lanjutan termasuk duel fisik dengan lawan.
Tapi semua ini belum bisa dilatih Zhou Yi untuk saat ini.
Maka selama penerbangan dari Yordania ke Jerman, Zhou Yi terus merebahkan kursi kelas satu dan tidur kecuali saat makan atau ke toilet. Tujuannya memanfaatkan waktu untuk berlatih.
……
Saat Zhou Yi terbangun lagi dari tidurnya, pesawat sedang bersiap mendarat.
Sudah sampai Dortmund.
Setelah pesawat berhenti, Zhou Yi menyalakan ponselnya.
Begitu hidup, langsung masuk pesan dari Schulze.
"Ada situasi darurat, aku tidak bisa menjemputmu. Tapi sudah kuminta temanku Oktay Şerkan untuk menjemput. Ini nomornya... Kalau tidak ketemu setelah keluar, hubungi dia. Aku juga sudah beri nomormu ke temanku, dia seharusnya akan menghubungimu."
Zhou Yi bingung, situasi darurat?
Dia membalas: "Sudah mendarat. Kamu mengalami apa?"
Schulze tidak membalas pesannya.
Zhou Yi menyimpan ponselnya dan mulai membereskan koper.
Setelah pintu kabin terbuka, dia mengangkat koper dan melangkah keluar pesawat, mengikuti aliran orang melewati jembatan yang panjang, lalu masuk ke terminal.
Saat menuju pintu keluar, Zhou Yi menerima panggilan tak dikenal yang diduga dari Oktay Şerkan seperti disebut Schulze. Dia pun mengangkat telepon, dan benar saja pihak yang menelepon memperkenalkan diri sebagai Şerkan.
Setelah menyepakati tempat pertemuan, mereka menutup telepon. Sebelum menyimpan ponselnya, Zhou Yi kembali memeriksa kotak SMS - Schulze belum membalas.
Sesuai kesepakatan, Zhou Yi dengan mudah menemui Şerkan setelah keluar bandara.
"Halo, senang bertemu Anda, Tn. Şerkan." Zhou Yi mengulurkan tangan terlebih dahulu.
"Hah, panggil saja Oktay. Aku juga senang akhirnya bisa bertemu. Sudah lama ingin berkenalan, tapi Tino menjagamu ketat seperti takut kucuri. Ngomong-ngomong, aku juga seorang agen." Oktay bersemangat.
Zhou Yi turut tersenyum.
Selama di pesawat, Zhou Yi terus berlatih teknik dribbling-nya. Perkembangannya cukup baik dan pesat, sehingga suasana hatinya pun cerah.
Setelah basa-basi, Oktay mengajak Zhou Yi naik ke mobilnya.
Di dalam mobil, Zhou Yi menerima SMS dari Schulze: "Sudah sampai? Sudah kontak Oktay? Dia orang yang sangat membantu, teman tepercayaku."
"Aku sudah di mobilnya. Bagaimana kondisimu di sana?"
Setelah beberapa lama, baru ada balasan dari Schulze di ponsel: "Eh... Mark cedera, aku di rumah sakit..."
Mark cedera?
Zhou Yi kaget.
Ini situasi apa?
Dengan cepat dia mengetik di ponselnya menanyai Schulze: "Ada apa sebenarnya?"
Setelah mengirim pesan, dia teringat bahwa Schulze mungkin tidak bisa menjelaskan detail lewat SMS, akhirnya langsung menelepon.
Tino Schulze adalah agen Mark, yang direkomendasikan oleh Zhou Yi sendiri. Kontrak perpanjangan Mark dengan klub musim lalu juga hasil negosiasi Schulze. Mark sangat puas dengan agen yang diperkenalkan Zhou Yi ini.
Bel puluhan kali baru diangkat, suara Schulze di seberang terdengar lelah.
"Ada apa dengan Mark, Tino?" tanya Zhou Yi panik.
"Eh, dia... dia baru saja cedera dalam pertandingan melawan Azerbaijan, langsung dilarikan ke rumah sakit..."
Dilarikan ke rumah sakit?
Mendengar kalimat itu, Zhou Yi langsung merasa tidak enak.
Cedera seperti apa sampai harus dirawat inap?
Pasti bukan cedera ringan, pasti cedera serius!
"Parah cederanya?" tanyanya.
"Agak..." Schulze ragu-ragu.
Suara bising di latar belakang telepon Schulze membuat Zhou Yi sadar komunikasi lewat telepon tidak efektif. "Kalian di rumah sakit mana? Aku langsung datang ke situ."
“Kamu baru saja kembali dari Yordania……”
“Katakan di rumah sakit mana!” Zhou Yi berkata pada Schulze dengan nada hampir memerintah.
Schulze menghela napas: “Rumah Sakit Negara Bagian Dortmund……”
