Zhou Yi kemudian mengobrol santai dengan Mark tentang berbagai hal menarik. Dia tampak sangat ahli menghibur, selalu bisa mengubah hal biasa menjadi kisah menarik. Kata-katanya sering memicu tawa lepas dari Mark.
Berkat Zhou Yi, Mark yang sudah bersantai sepuasnya akhirnya merasa lelah. Untuk pertama kalinya sejak cedera, dia bisa tidur nyenyak.
Esok pagi setelah bangun, operasi panjang telah menantinya. Dia butuh istirahat cukup demi memastikan tubuh dalam kondisi terbaik.
Saat Mark tertidur, Zhou Yi bersama orang tua Wagner dan Kottane meninggalkan kamar pasien.
"Terima kasih banyak, Zhou Yi! Kau anak yang baik dan menyenangkan!" Nyonya Wagner memeluk Zhou Yi.
"Mark adalah sahabatku. Membantu sahabat adalah kewajibanku, Nyonya Wagner," kata Zhou Yi.
"Bagaimanapun juga, kami harus berterima kasih padamu. Tahukah kamu? Cedera saja sudah membuatku sedih, tapi melihat ekspresi Mark saat itu, hatiku seolah hancur berkeping... Anakku itu, dia seperti mayat hidup..." Nyonya Wagner terisak-isak, setiap kali membicarakan ini air matanya tak tertahankan.
Zhou Yi hanya bisa menepuk-nepuk punggungnya perlahan, menghibur: "Jangan menangis, Nyonya. Kamu selalu begitu optimis dan kuat. Di saat seperti ini, kamulah penopang semangat Mark. Kalau kamu terus menangis, akan mempengaruhi perasaannya."
Mendengar ini, Nyonya Wagner melepaskan Zhou Yi, mengusap air mata di wajahnya, lalu menarik napas dalam-dalam dan memaksakan senyum.
Pak Wagner tua yang pendiam di samping hanya memandang mata Zhou Yi, berkata dengan tulus: "Terima kasih, Zhou Yi."
"Sudah lelah ya, Paman Wagner?" Zhou Yi berkata padanya, "Besok kan masih harus bekerja? Istirahatlah lebih awal."
"Kami akan begitu. Kamu juga cepatlah pulang. Bukankah kamu baru kembali dari China?" Nyonya Wagner memperhatikan koper di tangan Schulze.
"Terbang dari Yordania, lebih dekat beberapa jam dibanding dari China," jawab Zhou Yi.
"Terima kasih sudah datang, Zhou Yi. Tapi sekarang pulanglah dan beristirahatlah," Nyonya Wagner mengucap terima kasih sekali lagi.
"Baik, kalau ada perkembangan harap segera kabari saya. Termasuk hasil operasi Mark." Zhou Yi membuat gerakan menelepon dengan tangannya.
“Kami akan.” Setelah berkata demikian, Pasangan Wagner berbalik masuk ke ruang perawatan, mereka tetap ingin menemani di sisi anak mereka.
Saat mereka masuk, Kottane yang selama ini berdiri di samping tanpa bicara berkata pada Zhou Yi: “Bagaimana kamu bisa langsung menyebutkan contoh-contoh cedera itu tanpa berpikir?”
Melihat sepertinya masih ada yang ingin dibicarakan antara Zhou Yi dan Kottane, Schulze yang paham situasi segera maju dan berkata: “Aku akan bawa barangmu ke mobil dulu. Nanti kamu langsung ke basement parkir saja.”
Zhou Yi mengangguk.
Kemudian Schulze berpamitan pada Kottane dan pergi sambil menarik koper.
Baru setelah dia masuk lift, Zhou Yi menoleh ke Kottane: “Kamu kan tahu, sebelumnya aku suporter. Sebagai suporter, harus hafal betul riwayat cedera para bintang sepak bola.”
Dia takkan memberitahu Kottane bahwa dalam perjalanan ke sini tadi dia buru-buru mencari info riwayat cedera pemain di internet...
Kottane menyeringai, tak percaya Zhou Yi punya ingatan sekuat itu.
“Pikirkan waktu itu ototmu cuma keseleo sedikit saja sudah panik setengah mati. Hari ini bagaimana bisa berdiri di depan adikku, dengan muka datar mengucapkan kata-kata motivasi itu?” tanya Kottane.
“Di saat seperti ini, kalau tidak bicara manis, apa harus memeluknya dan menangis bersama?” Zhou Yi tersenyum, lalu menghela nafas, “Sekarang hanya bisa mengucapkan kata-kata penghibur...”
Mendengar itu, Kottane pun terdiam.
"Tidak ada masalah, aku pulang dulu." Zhou Yi berkata pada Kottane. "Kamu juga harus istirahat. Kalau sedang sedih, nangis saja. Jangan selalu pura-pura kuat, itu melelahkan."
"Urusanmu apa!" Kottane melototi Zhou Yi dengan tajam.
"Anggap saja aku ikut campur." Zhou Yi tersenyum menghadapi sikap Kottane yang tidak menghargai. "Kamu selalu bilang aku kekanakan, tapi kadang kamu lebih kekanakan dariku, ha!"
Setelah berkata demikian, ia melambaikan tangan dan berbalik pergi.
Dia takut Kottane akan memukulnya...
Tapi Kottane tidak melakukannya. Sebaliknya, dari belakang Zhou Yi, dia berkata: "Terima kasih."
Zhou Yi terkejut. Ia berhenti berjalan dan menoleh dengan wajah penuh keheranan: "Kalau tidak salah ingat, ini pertama kalinya kamu mengucapkan terima kasih padaku di buku ini?"
"Pasti kamu salah ingat." Kottane berkata dengan ekspresi datar.
"Baiklah..." Zhou Yi mengangkat bahu, lalu berbalik lagi. Kali ini benar-benar pergi.
Kottane memandang punggungnya dari belakang, menggigit bibir bawah sambil memikirkan perkataannya tadi.
Dasar anak kemarin sore baru dua puluh tahunan, sok jadi lelaki dewasa di hadapanku. Hmph!
……
Zhou Yi yang telah menyelesaikan pertandingan timnas mendapat libur tambahan satu hari, tak perlu segera kembali ke latihan.
Jadi keesokan harinya ia tidur sampai hampir siang - bukan karena kelelahan perjalanan, tapi karena terlalu banyak tidur di pesawat ditambah jet lag yang kacau. Setelah pulang, ia tak bisa tidur, bolak-balik di kasur sampai subuh baru terlelap.
Setelah bangun, dia mendapati rumah kosong, Kottane tidak ada di tempat.
Tampaknya masih berada di rumah sakit menjaga adik laki-laki kesayangannya.
Zhou Yi juga tidak menyalakan TV untuk mengikuti berita cedera Mark, dia tidak perlu mendengar kabar cedera Mark dari mulut orang lain lagi.
Dia percaya Mark akan mengalahkan cedera dan kembali, asalkan mendapat perawatan tepat dan aktif mengikuti latihan rehabilitasi, pasti ada hari dimana dia bisa kembali.
Benar, Daisele pernah pensiun karena ruptur ligamen cruciatum anterior.
Tapi orang seperti itu sangat langka, Zhou Yi yakin Mark memiliki dirinya sendiri, tidak mudah depresi karena cedera.
Hari itu, dia tidak pergi kemana-mana, hanya di rumah beristirahat, tidak menyalakan TV maupun membuka halaman berita.
Dia tahu pasti luar sana sedang terjadi perubahan bumi dan langit.
……
Cedera Mark bagi sepak bola Jerman jelas termasuk berita besar yang cukup signifikan.
Karena performa gemilang Mark di musim lalu, media Jerman sudah menganggapnya sebagai harapan lini depan masa depan sepak bola Jerman. Setelah hampir satu musim masa observasi, dia terpilih masuk Timnas Jerman usai musim lalu, ikut serta dalam kualifikasi Euro, mencetak gol pada debut pertandingan pertamanya, hingga kini sudah memiliki tiga gol timnas, momentumnya sedang bagus.
Tiba-tiba mengalami cedera parah.
Itupun cedera pada ligamen cruciatum yang paling mempengaruhi karier pemain.
“Apakah dia masih bisa kembali, dan apakah setelah kembali dia masih akan menjadi Markus Wagner yang dijuluki 'bintang harapan' oleh semua orang?”
Tidak ada yang tahu.
Media Dortmund semakin murung. Sebelumnya, mereka menempatkan Markus bersama Zhou Yi dan Götze sebagai trio bintang harapan hasil binaan tim muda. Mereka memang pernah menjadi rekan setim di tim muda.
Media dan suporter Dortmund berharap Markus bisa bersinar seperti para seniornya di Dortmund, menjadi bintang lapangan di klub ini. Kesetiaannya pada Dortmund tak perlu diragukan.
Bagi mereka, dua tahun terakhir ini bagai permulaan dongeng indah.
Pertama Zhou Yi, lalu Götze, disusul Markus - bakat muda bermunculan silih berganti. Di bawah kepemimpinan pelatih Klopp yang gemar memberi kesempatan pada pemuda, mereka membantu Dortmund meraih gelar Bundesliga musim lalu dan tampil apik di Champions Eropa.
Tapi kini, cedera parah Markus menggelapkan alur kisah dongeng ini...
Akankah dongeng kembali ke realita?
Apakah keindahan itu hanya fatamorgana semu?
Baik suporter maupun media tak ada yang bisa memastikan.
……
Menjelang pukul sepuluh malam, Zhou Yi menerima telepon dari Kottane.
"Operasi berhasil." Suara Kottane di telepon terdengar serak, menampakkan kelelahan yang mendalam.
“Bagus sekali...” Zhou Yi menghela napas lega, lalu bertanya lagi. “Kapan bisa kembali?”
“Perkiraan optimis, sepuluh bulan.” Kottane berkata.
Zhou Yi diam membisu.
Sepuluh bulan itu masih perkiraan optimis, cedera Mark lebih parah dari yang dia bayangkan.
Musim ini pasti hangus. Saat musim berikutnya dimulai, belum diketahui apakah dia sudah memenuhi syarat untuk bermain...
“Terima kasih atas teleponnya.” Setelah lama terdiam, Zhou Yi berterima kasih pada Kottane.
“Sama-sama.” Kottane berkata datar, lalu menutup telepon.
Baru saja telepon putus, dering terdengar lagi. Kali ini dari agen Schulze.
“Ada apa?”
“Operasinya sukses!” Suara Schulze di ujung telepon terdengar bersemangat. “Sekarang tinggal pemulihan. Besok dia akan keluar dari rumah sakit, tapi belum bisa berjalan, hanya bisa menggunakan kursi roda...”
“Aku tahu, Tino. Kakak perempuan Mark baru saja meneleponku.”
“Kurasa juga, tadi waktu meneleponmu sibuk, ha!” Keberhasilan operasi membuat Schulze lega, mood-nya membaik. Sebelumnya dia terus-menerus murung. Mark adalah agen di bawah naungannya, jika terjadi sesuatu, dampaknya akan besar baginya.
“Kamu juga sudah bekerja keras belakangan ini, Tino.” Zhou Yi berterima kasih pada Schulze. Sebagai agen Mark, dia juga sibuk mondar-mandir, sangat lelah. Perlu diketahui bahwa media sangat sulit ditangani, tapi semuanya berhasil dia halau, tidak ada satu pun media yang bisa mengganggu Mark.
“Kamu terlalu sopan, Zhou Yi. Aku juga harus berterima kasih padamu. Ada hal-hal yang hanya bisa kamu lakukan, dan kamu melakukannya dengan sangat baik. Kamulah yang tak tergantikan.”
Pujian Schulze membuat Zhou Yi menggaruk-garuk kepala sambil tersenyum.
Mendengar operasi Mark berjalan lancar, batu di hatinya pun jatuh, ia bisa benar-benar tersenyum lega.
