Ketika Zhou Yi pergi ke basis pelatihan sepak bola keesokan harinya, ia dihadang wartawan di depan pintu gerbang basis pelatihan.
Para wartawan yang sudah datang sejak pagi ini sebenarnya sengaja menunggunya, karena pemain lain tidak mungkin mereka hadang. Hanya satu-satunya pemain yang tidak mengendarai mobil, mereka bisa mendekatinya dan mengajukan pertanyaan sebelum ia memasuki pintu gerbang basis pelatihan.
Semua pertanyaan hari ini terkait cedera Markus Wagner, karena semua orang tahu Zhou Yi adalah sahabat baik Mark.
“Aku menyesal dan sedih atas cederanya, tapi tidak putus asa,” kata Zhou Yi. “Kami akan menunggunya, sampai hari ia pulih dari cedera. Lalu aku akan memeluknya sambil tersenyum dan berkata, selamat datang kembali.”
Setelah berkata demikian, Zhou Yi mengangguk ramah pada wartawan dan masuk ke dalam basis pelatihan.
Para wartawan terpana menatap punggungnya yang menjauh, merenungkan makna kata-katanya.
Sebagai sahabat terdekat Mark, sikapnya tidak terlihat berduka secara berlebihan, setiap ucapannya penuh harapan.
"Tapi semua orang bisa memahaminya. Operasi Mark sangat sukses, senyum Zhou Yi pasti karena dia tahu kabar ini."
"Di saat seperti ini, harapan lebih penting daripada apapun."
……
Setelah latihan seharian, Zhou Yi kembali ke rumah. Hanya dia sendiri di dalam rumah. Hannah memang jarang ada di rumah. Hari ini tidak adanya Kottane juga terasa wajar bagi Zhou Yi. Lagipula adik laki-lakinya mengalami luka parah, sudah sewajarnya kakak perempuan menemaninya.
Setelah mandi dan ganti baju, Zhou Yi sibuk memasak makan malam di dapur. Meski keterampilannya masih jauh di bawah Kottane, untuk makan sendirian tak perlu banyak permintaan - yang penting kenyang.
Tepat saat Zhou Yi hendak menggigit daging yang sudah di dekat mulutnya, suara gesekan kunci pintu utama terdengar, lalu pintu terbuka didorong seseorang.
Kottane muncul di hadapannya.
Zhou Yi membeku dalam pose menyuapi diri sendiri, memiringkan kepala melihat Kottane yang tiba-tiba muncul.
"Sampai segitunya rasanya? Tidak bisa ditelan?" tanya Kottane melihat kelakuannya.
"Omong kosong!" Zhou Yi buru-buru menggigit potongan daging di garpu dan mulai mengunyah.
Tapi baru beberapa kali kunyahan, dia langsung meludahkannya: "Bangsat, lupa kasih garam!"
Kottane menghampiri, mengambil piring Zhou Yi, lalu langsung membawanya ke dapur dan menyapu semua isinya ke tempat sampah.
"Hei, apa yang kamu lakukan..." Zhou Yi baru tersadar.
"Aku yang akan masak untukmu." kata Kottane.
Zhou Yi pun diam. Sebenarnya dia cukup menyukai masakan Kottane.
Tak lama kemudian, sepiring steak goreng wangi tersaji di meja makan.
Zhou Yi menggigitnya, dagingnya lembut dan berair...
"Lebih enak daripada sampah yang kamu masak, kan?" tanya Kottane.
"Hmm, kali ini pakai garam!"
Kottane mencibir.
Setelah menelan dagingnya, Zhou Yi tidak melanjutkan makan. Dia meletakkan pisau dan garpu lalu menatap Kottane: "Kenapa pulang? Mark sudah keluar dari rumah sakit?"
Kottane mengangguk, "Aku pulang untuk membereskan barang-barang. Besok pindah kembali ke rumah."
"Tidak tinggal lagi?" Zhou Yi tidak terlalu terkejut. Sebagai lulusan Ilmu Kedokteran Olahraga, tentu Kottane harus merawat adiknya.
"Jangan berkhayal tentang kamarku." kata Kottane. "Hanya sementara tidak tinggal di sini."
"Kembali lagi setelah sepuluh bulan?"
"Mungkin tidak sampai sepuluh bulan."
"Baguslah kalau begitu."
Percakapan berakhir. Zhou Yi menunduk melanjutkan makannya.
Tiba-tiba dia mendengar suara Kottane berdiri. Disangkanya Kottane pergi ke kamar untuk membereskan barang, tapi tiba-tiba terdengar bunyi "dor!" Saat dia mengangkat kepala, sebotol anggur merah sudah tergeletak di hadapannya.
Sementara itu, Kottane mengayunkan dua gelas di tangannya: "Temani aku minum."
Dia tidak menggunakan nada bertanya, melainkan berbicara dengan sikap yang tidak memberi ruang bagi Zhou Yi untuk menolak.
Meski agak terkejut, Zhou Yi tidak menolak: "Baiklah."
Kottane meletakkan dua gelas itu, lalu membuka anggur dan menuangkannya langsung ke dalam gelas tanpa proses aerasi.
Kemudian dia menghabiskan gelasnya sekaligus.
Zhou Yi tertegun, tak menyangka ini akan jadi sesi bersulang...
Kottane yang sudah lebih dulu menghabiskan gelasnya menatap Zhou Yi dengan tajam. Di bawah tatapannya, Zhou Yi pun terpaksa meneguk habis isi gelasnya. Ia mengusap mulutnya: "Sudah satu gelas..."
"Minum lagi." Kottane memotongnya.
"......" Zhou Yi memandangi Kottane sambil mengerlingkan matanya, seolah mulai memahami sesuatu. Ia mengangguk: "Baik, kutemanimu minum!"
Demikianlah mereka terus menerus menghabiskan gelas demi gelas. Kottane sama sekali tidak berbicara selama proses ini.
Zhou Yi bahkan tidak sempat menyentuh dagingnya, seluruh waktunya habis untuk menemani Kottane minum.
Tak lama kemudian, sebotol penuh anggur merah itu habis terkuras.
Saat tetes terakhir anggur dituang ke gelas, kali ini Kottane tidak langsung menenggaknya. Malah sama sekali tidak diminumnya.
"Dia mengangkat gelas anggur, tapi tidak meminumnya, hanya memicingkan mata melihat cairan anggur merah yang bergoyang di dalam gelas. Melalui kaca yang melengkung, wajah Zhou Yi di seberang terlihat terdistorsi dan berubah bentuk, tampak lucu."
Kottane tersenyum, lalu tiba-tiba bertanya: "Apa kau menganggap aku tidak kompeten?"
Zhou Yi heran: "Kenapa tiba-tiba bilang begitu?"
"Karena aku belajar Ilmu Kedokteran Olahraga, tapi tetap saja membuat Mark cedera..."
Zhou Yi mengangkat tangan: "Aku tidak pernah berpikir begitu. Lagi pula, kalau mau mencegah Mark cedera, belajar Ilmu Kedokteran Olahraga tidak ada gunanya. Kau harus belajar teologi, setiap hari berdoa pada Tuhan."
Kottane menangkap nada mengejek dalam perkataan Zhou Yi, lalu tersenyum: "Bukankah kau selalu penasaran kenapa aku yang benci atlet malah belajar Ilmu Kedokteran Olahraga?"
Zhou Yi mengangguk: "Memang aneh. Aku sampai curiga jangan-jangan kau seorang masokis."
"Kamu baru si M!" Kottane melototi Zhou Yi, lalu meletakkan gelasnya sambil menunduk. "Kau tahu kenapa Mark main sepak bola?"
"Kenapa?"
"Sejak kecil tubuh Mark lemah, mudah sakit. Untuk tujuan melatih fisik, dia mulai bermain sepak bola."
Zhou Yi teringat data tubuh Mark pertama kali dilihatnya. Memang secara statistik bukan orang yang kuat secara fisik, makanya dia selalu ditekan Schneider saat itu tanpa bisa bangkit.
Jadi dia yakin kondisi fisik Mark di masa remaja pasti tidak baik.
“Pada saat itu, tubuh Mark terlihat lebih kurus dibandingkan teman-teman sebayanya. Di lapangan, dia sering menjadi sasaran serangan lawan yang menganggapnya sebagai buah persik lunak yang mudah dihancurkan. Karena itu, Mark sering mengalami cedera...”
Kottane menceritakan dengan lancar. Dalam narasinya yang tanpa intonasi yang datar, Zhou Yi seolah bisa membayangkan betapa sulitnya keadaan Markus muda saat itu.
“Aku menasihati Mark untuk tidak terlalu serius mengejar sepakbola, tapi dia malah menjadikan menjadi pemain profesional sebagai mimpinya, seolah melupakan alasan awalnya bermain hanya untuk menjaga kesehatan. Akhirnya kupikir, jika adikku bersikeras menekuni sepakbola profesional, setidaknya aku harus meminimalkan risiko cedera di jalan karirnya... Itulah sebabnya aku memilih jurusan Ilmu Kedokteran Olahraga saat kuliah.”
Zhou Yi terpana mendengarnya, tak menyangka Kottane memilih bidang kedokteran olahraga karena alasan tersebut...
Benar-benar kakak kandung sejati! Kakak yang penuh kasih sayang yang mendalam!
“Aku ingin melindungi adikku, ingin menjauhkan dia dari Cedera, ingin mewujudkan mimpinya... Tapi akhirnya aku tetap gagal mencegah cederanya...”
“Sudah kubilang, kamu cuma seorang fisioterapis, bukan dewa, mana mungkin bisa mencegah dia cedera? Tenang saja, Mark pasti akan sembuh, kembali bermain, dan main sepak bola seperti dulu.” Zhou Yi hampir mengulurkan tangan untuk menepuk punggung Kottane yang sedang emosional, tapi akhirnya tidak berani. Dia hanya menghibur dengan kata-kata.
“Bohong.” Kottane tampak tidak menerima, melirik Zhou Yi. “Setelah ligamen cruciatum anterior robek, bagaimanapun pemulihannya, mustahil bisa kembali persis seperti sebelum cedera.”
“Ini cuma kiasan saja, jangan diambil hati... Tentu gaya bermainnya akan berbeda dari sebelum cedera, tapi selalu ada solusi. Tidak ada aturan sepak bola harus dimainkan dengan cara tertentu. Mungkin setelah pulih, Mark perlu mengubah gaya bermainnya. Itu bukan masalah besar. Lagipula Mark bukan pemain yang mengandalkan tubuh, jadi dia pasti bisa cepat beradaptasi dengan gaya baru.”
Zhou Yi menjelaskan pada Kottane.
Dalam bidang Ilmu Kedokteran Olahraga, Kottane lebih paham daripada Zhou Yi. Tapi dalam hal sepak bola, Zhou Yi jelas lebih ahli. Penjelasan Zhou Yi tak bisa dibantah Kottane.
Akhirnya dia berkata, “Untuk sementara… aku percaya padamu.”
“Hei! Apa maksudmu ‘untuk sementara’? Aku yakin setelah pulih dari cedera, Mark akan lahir kembali dengan penampilan baru di hadapan dunia!” Zhou Yi sangat percaya diri dengan kemampuan temannya.
“Semoga kata-katamu jadi kenyataan.” Kottane tersenyum manis pada Zhou Yi, lalu meneguk habis sisa anggur di gelasnya.
Kemudian dia menopang tubuhnya dengan kedua tangan, bangkit dari kursi, berbalik menuju kamar tidurnya.
"Selamat tinggal, bocah China. Aku tidak akan melihatmu selama beberapa bulan, tapi jangan sok penting—aku takkan merindukanmu."
Setelah berkata demikian, ia melambaikan tangan dan masuk ke kamar tanpa menoleh.
Zhou Yi memandang pintu kamar yang tertutup rapat sambil mengerutkan kening.
Sepertinya dia benar-benar mabuk... Bagaimana mungkin tidak bertemu selama berbulan-bulan? Kan kita masih di klub Borussia Dortmund!
