Pertandingan melawan Arsenal menjadi laga Champions Eropa pertama di Westfalenstadion pada Musim baru.
Dua hari sebelum pertandingan, seluruh stadion telah dipasangi dekorasi Champions Eropa, mengubahnya menjadi arena bergengsi tersebut.
Media lokal juga memberitakan kedatangan tim lawan Arsenal ke Dortmund.
Namun Zhou Yi tampaknya tidak terlalu memperhatikan lawan Champions Eropa-nya, dia lebih khawatir dengan cedera Mark.
Sebelum pertandingan melawan Arsenal, dia mengunjungi rumah Mark untuk menengoknya.
Setelah operasi, Mark terlihat emosinya masih baik. Dia berkata pada Zhou Yi: "Aku akan menyemangatimu di depan televisi, Zhou Yi!"
"Kalau begitu kamu harus hati-hati, jangan terlalu semangat sampai melompat, Ha!" Zhou Yi tertawa.
"Jika diperlukan, aku akan mengikatnya di sofa." Kottane di samping berkata dingin.
Mark membelakangi kakak perempuannya, menjulurkan lidah pada Zhou Yi.
Zhou Yi tersenyum lebar.
Hubungan kakak-beradik ini sungguh harmonis.
……
Setelah makan malam, Zhou Yi berpamitan pada keluarga Wagner. Nyonya Wagner berulang kali berterima kasih atas kunjungan Zhou Yi, tapi Zhou Yi mengatakan mengunjungi teman adalah hal yang wajar.
Terakhir Zhou Yi dan Mark berpelukan perpisahan. Kottane hanya memperhatikan dari samping, tidak berbicara. Sampai Zhou Yi pergi pun dia tidak mengucapkan terima kasih atau selamat tinggal.
Zhou Yi dijemput agennya Schulze. Semua orang kembali ke dalam rumah.
Nyonya Wagner menggerutu tentang sikap Kottane: "Dia mau pergi, kamu tidak mengucapkan selamat tinggal, hanya memperhatikan dari samping."
Kottane tidak membantah ibunya. Dia berbalik ke Mark: "Aku akan membantumu naik ke lantai atas."
Saat menaiki tangga, Mark berbisik pada kakaknya: "Sebenarnya Zhou Yi orangnya baik, Kak. Jangan selalu bermuka masam padanya..."
Dia berharap kakaknya bisa rukun dengan teman baiknya, mempererat hubungan, bukan seperti musuh yang selalu bertengkar setiap bertemu.
Kottane membuka mulut, tapi tak tahu bagaimana menjawab adik laki-lakinya, lalu menutup mulutnya lagi. Lebih baik membungkus diri dengan es dan topeng agar tak perlu menjelaskan.
Karena menjelaskannya adalah hal yang merepotkan.
Bagaimana dia bisa menerangkan pada adiknya bahwa sebenarnya dia telah tinggal serumah dengan Zhou Yi selama dua tahun, bahkan memasak untuknya sendiri. Saat berdua, mereka masih bisa mengobrol. Sebenarnya hubungan mereka mungkin tidak seekstra yang dibayangkan sang adik...
Tapi saat ada orang lain, Kottane secara kebiasaan bersikap dingin seperti es pada Zhou Yi. Bahkan dia sendiri tak tahu mengapa. Pokoknya di depan orang lain, dia merasa agak tak nyaman...
……
Pertandingan kandang Borussia Dortmund melawan Arsenal digelar malam hari waktu setempat. Sebelum pertandingan dimulai, Westfalenstadion sudah penuh sesak.
Tribun selatan kembali menjadi dinding kuning-hitam, suporter terus menyanyi kencang memanaskan atmosfer pertandingan.
Lagu tema ikonik Champions Eropa bergema, kedua tim masuk ke lapangan dipimpin wasit utama.
Zhou Yi ada di antara mereka.
Ini adalah musim keduanya di Champions Eropa.
Bagi seluruh Eropa, dia bukan lagi pemuda tak dikenal. Banyak lawan yang mempelajari dan menyasarnya. Mungkin dia tak bisa lagi bermain sesuka hati, dia harus belajar bertarung melawan lawan-lawan sulit itu.
Sama seperti istilah tembok rookie, mungkin ada fenomena serupa di Champions Eropa.
Sebenarnya pandangan ini telah beredar di media sejak hasil undian grup Champions Eropa Borussia Dortmund diumumkan.
Namun tidak hanya menyasar Zhou Yi, tapi seluruh tim Dortmund.
Para pakar berpendapat performa gemilang Dortmund di Champions musim lalu karena mereka merupakan wajah baru di Eropa - lawan-lawannya tidak familiar dengan taktik Klopp sehingga kewalahan.
Tapi musim ini, kondisi tersebut tidak akan terulang. Prestasi spektakuler Dortmund musim lalu membuat hampir semua tim Champions Eropa akan mempelajari mereka, membuat pencapaian seperti musim lalu semakin sulit.
Sekilas argumen ini terdengar masuk akal. Tapi setelah dianalisis dingin, omongan para ahli adalah sampah.
Karena sebelum Champions musim lalu, para ahli juga meremehkan Dortmund dengan alasan kurangnya pengalaman.
Nyatanya Dortmund tampil gemilang. Kini mereka berbelit-belit dengan alasan "wajah baru". Padahal alasan yang sama (kekurangan pengalaman) sebelumnya digunakan untuk merendahkan mereka...
Bukankah ini omong kosong belaka?
Pada Zhou Yi juga berlaku prinsip yang sama.
Jika Zhou Yi tampil gemilang di musim perdananya di Champions Eropa, orang bilang itu karena tak ada yang mengenalnya. Lalu jika performanya buruk, apakah alasannya akan karena kurangnya pengalaman di Champions Eropa?
Sebenarnya, para pendukung yang benar-benar memahami Zhou Yi seharusnya tidak memiliki kekhawatiran semacam ini.
Karena jawaban atas pertanyaan ini sudah jelas sejak lama.
Saat Zhou Yi bersinar di musim perdananya di liga, banyak yang meramalkan musim kedua akan menjadi "tembok rookie"-nya, dengan performa yang pasti mengecewakan dibanding musim debut.
Nyatanya?
Musim lalu, jumlah assist dan gol Zhou Yi mencapai rekor tertinggi, sekaligus membantu Borussia Dortmund meraih gelar liga.
Performa gemilang ini membuat tak ada lagi yang berani menyebut-nyebut "tembok rookie" pasca musim.
Tak disangka, orang-orang ini seperti lupa sejarah dan kembali mengulang omongan basi di ajang Champions Eropa...
Zhou Yi sendiri mungkin tak ambil pusing, tapi para pendukungnya geram dan kesal - bukankah ini bentuk penghinaan telanjang? Apakah Zhou Yi kami mudah layu seperti bunga yang hanya mekar sekali?
……
Setelah pertandingan dimulai, Arsenal menggunakan taktik penguasaan bola. Mereka tidak terburu-buru menyerang, mengingat ini pertandingan kandang lawan dan perlu berhati-hati terhadap serangan balik cepat Borussia Dortmund. Meski barisan penyerang Dortmund tidak memiliki pemain dengan kecepatan mutlak, kemampuan berlari setiap pemain sangat baik ditambah organisasi umpan Zhou Yi, membuat serangan balik cepat mereka melalui kombinasi umpan dan pergerakan tetap sangat berbahaya.
Menghadapi Arsenal yang bermain solid, Dortmund juga tidak panik dan bermain hati-hati.
Untuk menghadapi Zhou Yi, Arsenal telah menyiapkan strategi khusus.
Mereka tidak menugaskan pemain khusus untuk menjaga terus-menerus, melainkan menggunakan sistem pertahanan zona.
Ketika Zhou Yi berada di posisi gelandang bertahan, Robin van Persie dan Theo Walcott akan "mengawasi"-nya. Jika Zhou Yi maju ke area tengah, gelandang Arsenal seperti Alexandre Song - gelandang bertahan Kamerun yang dijuluki "penerus Vieira" dengan kemampuan bertahan luar biasa - akan menghadangnya.
Jika Zhou Yi terus menerobos hingga masuk ke area penalti, lebih banyak pemain Arsenal akan dikerahkan untuk menghentikannya.
Setelah pertandingan dimulai, Zhou Yi memang menghadapi tekanan berat saat mencoba maju.
Jika dia hanya melakukan umpan panjang dari lini belakang, baik Van Persie maupun Walcott tidak terlalu ketat dalam mengawalnya, mengingat mereka bukan tipe pemain yang ahli dalam bertahan.
Namun dalam situasi Arsenal bermain dengan stabil, efektivitas umpan panjang Zhou Yi terbatas. Umpan silang lebih sering hanya digunakan sebagai sarana transfer bola. Untuk mengancam gawang lawan, hanya bisa dilakukan melalui serangan balik.
Tapi taktik Arsenal dalam pertandingan ini tidak akan memberikan banyak kesempatan serangan balik ke Borussia Dortmund.
Jadi jika ingin lebih mendekati area penalti Arsenal dan bergerak maju, Alexandre Song segera akan muncul di samping Zhou Yi.
Alexandre Song adalah bek dengan gaya bertahan sangat kasar, bahkan sering melakukan banyak pelanggaran. Gaya bertahannya banyak dikritik, tapi para suporter Arsenal justru menyukainya karena selalu bisa menjauhkan ancaman dari gawang tim mereka.
Siapa yang tidak suka memiliki bek seperti itu di timnya?
Tapi sebagai lawan, tentu tidak menyukainya.
Satu menit sebelumnya, Zhou Yi tidak puas hanya melakukan transfer bola dengan umpan panjang dari lini belakang, dan berencana untuk bergerak maju.
Tapi sebelum dia mencapai Zona 30 Meter Arsenal, dia sudah dihadang oleh Alexandre Song.
Begitu Zhou Yi mengontrol bola, sebelum sempat mengoper, Song sudah menabraknya seperti mobil.
Meskipun setelah beberapa musim latihan, kekuatan otot Zhou Yi sudah meningkat signifikan dibanding awal karirnya, tetap saja tidak cukup menghadapi benturan kali ini...
Dia terjatuh, peluit wasit utama berbunyi.
"Song melakukan pelanggaran, tapi dia berhasil menghentikan serangan Borussia Dortmund. Tabrakan yang tidak terlalu keras ini juga tidak pantas membuat wasit utama memberi Song kartu kuning."
"Mendapatkan keuntungan maksimal dengan biaya minimal."
Suara siulan keras menggema di Westfalenstadion menyambut pelanggaran Song ini.
Di tengah siulan, Song kembali ke posisinya sementara Zhou Yi bangkit dari tanah.
Zhou Yi tidak terkejut dengan situasi ini. Dalam simulasi pertandingan, dia sudah merasakan keunggulan fisik Song.
Lima menit kemudian, dia kembali dikalahkan oleh fisik Song. Kali ini saat membawa bola maju, Song menyodok dengan kekuatan tubuhnya dan merebut bola...
Kali ini, Song bahkan tidak melakukan pelanggaran.
……
"Song! Tackle gemilang! Lihat, lihat tubuhnya! Haha!" Komentator Sky Sports Inggris tertawa.
Sebenarnya berat badan Song tidak jauh berbeda dengan Zhou Yi, tinggi badan juga tidak lebih mencolok.
Tapi otot-otot kencang Song seolah menyimpan kekuatan eksplosif. Gerakan bertahannya selalu terlihat agresif, seolah setiap langkahnya ingin melukai lawan.
Pertahanan ofensif seperti ini secara alami membuat lawan takut, memberi kesempatan bagi Song untuk melakukan tackle.
Seperti tadi, Zhou Yi yang terbiasa berhenti sejenak saat melihat Song mendekat, langsung didesak dan direbut bolanya.
"Jika Zhou Yi memaksa mempertahankan penguasaan bola itu, dia mungkin akan cedera karena hadangan Song. Pertandingan baru berjalan kurang dari dua puluh menit. Jika harus keluar karena cedera seperti ini, bukankah sangat merugikan?"
"Lagipula saat itu Borussia Dortmund sudah menyerang hingga Zona 30 Meter lawan. Meski kehilangan bola, ini tidak terlalu mengancam bagi Dortmund."
"Benar saja, setelah Song merebut bola, saat mencoba mengoper ke depan ternyata tidak ada opsi bagus. Akhirnya dia mengoper mundur ke Arteta untuk mengatur serangan, sementara pemain Dortmund sudah mundur bertahan."
"Zhou Yi juga berlari kembali ke posisi bertahan."
"Namun menurut komentator Inggris, Zhou Yi yang dua kali dikalahkan Song membuktikan kelemahannya."
"Sebagai gelandang playmaker, fisik Zhou Yi terlalu lemah. Ketika menghadapi pertahanan keras, mudah kehilangan bola. Bagi gelandang bertahan, kehilangan bola sangat berbahaya... Jadi sebenarnya tidak aneh jika Arsenal dulu tidak memilihnya. Arsenal punya banyak gelandang teknikal. Teknik individu Zhou Yi juga tidak menonjol, ditambah fisiknya biasa saja. Meski naik ke tim utama Arsenal, mungkin hanya jadi pemain pengganti..."
