Komentator Inggris berpendapat bahwa tubuh Zhou Yi merupakan hambatan terbesar dalam perkembangan kariernya di Liga Premier. Postur tubuhnya yang kecil, bahkan jika bergabung dengan Arsenal dan bermain di tim utama, tidak akan mampu beradaptasi dengan gaya permainan kasar Liga Premier. Dia akan sering terjebak dalam siklus cedera.
Oleh karena itu, dia merasa tidak ada yang perlu disesali dari keputusan Arsenal yang tidak merekrut Zhou Yi. Sebaliknya, Wenger justru melakukan transaksi bagus.
Perlu diketahui bahwa di tim utama Arsenal sebenarnya ada gelandang berbakat setara Zhou Yi, Jack Wilshere. Namun bahkan pemain sekelas Wilshere pun kerap dilanda cedera, apalagi Zhou Yi.
Song sendiri juga cukup puas dengan performanya.
Sebelum pertandingan, Wenger dengan serius memberi tahu mereka bahwa inti Dortmund adalah Zhou Yi. "Dia sangat penting. Cukup dengan membatasi permainannya, performa Dortmund akan turun separuh."
Song awalnya mengira ini adalah karakter yang sangat hebat.
Ternyata begitu mudah ditaklukkan, membuat penilaiannya terhadap Zhou Yi merosot tajam.
Awalnya dia sangat menghormati, mengingat Wenger saja begitu khawatir.
Siapa sangka... Mungkin Wenger juga bisa melakukan kesalahan penilaian...
……
Saat Zhou Yi terjatuh untuk ketiga kalinya akibat benturan dengan Song, wasit utama meniup peluit dan menjatuhkan pelanggaran untuk Song.
Kali ini Song tampak merasa tidak adil. Dia melakukan gerakan menyelam ke wasit sambil protes: "Ini jelas-jelas dia yang diving, Pak Wasit! Saya hanya melakukan benturan wajar!"
“Tapi wasit utama tidak menghiraukan protesnya, lalu Song menoleh ke Zhou Yi dan berkata: ‘Hei, bocah, cuma diving satu-satunya trik yang kau punya?’” Mendengar ini, Zhou Yi yang semula hendak bangun justru menatapnya.
“Ada masalah?” Song menyeringai melihat tatapan Zhou Yi. “Kurasa dengan fisikmu yang begini, lebih baik jangan main sepak bola. Aku tidak mau melukaimu, anak kecil.”
Zhou Yi tetap menatapnya tanpa bicara, lalu bangkit dan berjalan melewati Song sambil terus mengunci pandangan.
Song tak mau kalah dan balas menatap tajam sambil berteriak: “Apa? Apa maksudmu menatapku begitu?”
Zhou Yi meliriknya sebentar sebelum mengalihkan pandangan dan berlari meninggalkan Song yang masih mengomel di belakangnya.
……
“Song sedang mengatakan sesuatu ke Zhou Yi, tampaknya terjadi ketegangan verbal antara mereka…” komentar Marcel Leif.
Seluruh interaksi Zhou Yi dan Song terekam kamera dan disiarkan ke seluruh penonton.
“Alexander Song mungkin sedang mencela diving Zhou Yi... Tapi lucu sekali, lihat gerakannya tadi yang jelas pelanggaran. Wasit sudah memberi hukuman, dia masih saja mengganggu Zhou Yi... Mungkin dia ingin memancing emosi Zhou Yi?” He Ping berspekulasi.
“Zhou Yi bukan tipe yang mudah terpancing emosi,” sahut teman komentator Zhang Lu.
“Lihat reaksi Zhou Yi tadi, dia tidak membalas omongan hanya menatap orang itu. Sepertinya memang begitu...”
“Zhou Yi sebagai pemain punya ketenangan dan kedewasaan yang melebihi usianya……”
Kalau Kottane bisa mendengar apa yang dikomentarkan dua komentator China ini, mungkin akan melirik ke atas – mana ada ketenangan dan kedewasaan melebihi usia di bocah itu? Jelas-jelas masih sangat kekanakan!
Markus yang menonton di rumah melihat Zhou Yi terus menerus dilanggar Song, marah: “Song itu jelas mau menghancurkan karier orang! Lihat gerakan pertahanannya, kalau Zhou Yi tidak menghindar cepat, mungkin sudah ditandu keluar!”
Baru saja mengalami cedera sendiri, dia sekarang sangat sensitif terhadap pelanggaran yang berpotensi menyebabkan cedera. Dia tidak ingin Zhou Yi mengikuti jejaknya.
“Jangan berdiri.” Kottane di sampingnya berkata dingin.
“Tapi pemain kulit hitam itu sepertinya benar-benar menguasai Zhou Yi…” Nyonya Wagner khawatir. “Tubuh Zhou Yi memang tidak termasuk yang sangat kuat, itu satu-satunya kelemahannya…”
Karena Markus baru beberapa hari lalu menjalani operasi dan masih harus menggunakan kursi roda, tidak praktis pergi ke stadion, jadi seluruh keluarga Wagner menonton siaran langsung pertandingan ini di rumah melalui televisi.
“Tidak, Zhou Yi pasti punya cara menghadapinya!” Markus berkata tegas. “Aku percaya padanya, Song itu bukan lawannya!”
……
Sebenarnya Zhou Yi tidak asing dengan gaya bermain Song, lagipula dia sudah tiga malam bertanding melawan Arsenal di ruang virtual.
Namun ada beberapa hal di dunia nyata yang tidak bisa disimulasikan oleh ruang virtual FIFAOL3.
Seperti halnya umpatan dan kata-kata kasar.
Beberapa pemain sering kali suka mengeluarkan kata-kata kasar selama pertandingan, memprovokasi lawan, membuat mereka marah hingga kehilangan kendali dan kemampuan bertanding.
Contoh paling terkenal mungkin adalah insiden di Final Piala Dunia 2006, ketika timnas Prancis dan timnas Italia bertarung sengit hingga perpanjangan waktu.
Kedua tim hampir memasuki babak adu penalti.
Bek tengah Italia Materazzi yang menjaga Zidane tiba-tiba mengatakan sesuatu kepadanya.
Ekspresi wajah Zidane awalnya terlihat normal, bahkan seperti sedang tersenyum. Namun setelah mendengar perkataan tersebut, wajahnya berubah drastis lalu ia tiba-tiba menghantam Materazzi dengan kepala hingga bek Italia itu terjatuh.
Pelanggaran sengaja ini membuat Zidane menerima kartu merah langsung. Prancis yang kehilangan satu pemain akhirnya kalah dalam adu penalti dan gagal menjadi juara.
Konflik antara Materazzi dan Zidane menjadi sorotan utama, dengan berbagai versi spekulasi tentang apa yang sebenarnya dikatakan Materazzi hingga membuat Zidane begitu murka.
Provokasi Materazzi terhadap Zidane pada akhirnya menentukan kepemilikan gelar Piala Dunia.
Jadi, omongan sampah seperti ini sebagai strategi dan taktik pertahanan memang sering digunakan. Tapi dalam pertandingan sepak bola, peran omongan sampah belum sepenting di pertandingan basket, mengingat lapangan basket lebih kecil dan interaksi antar pemain kedua tim lebih intens, memudahkan saling menyemprot omongan sampah secara langsung.
Konon, legenda basket Michael Jordan adalah ahli dalam omongan sampah...
Zhou Yi tahu Song ingin memancing emosinya, tapi jika dia langsung terpancing, bukankah itu malah mempermalukan diri sendiri? Kau suruh marah ya langsung marah?
Tapi kalau bilang dia sama sekali tak tersinggung dengan provokasi Song, itu juga tidak mungkin. Kalau tidak, dia takkan menatap Song, melainkan langsung lari menghindar.
Tak ada orang yang bisa tetap gembira setelah direndahkan dan dihina.
Zhou Yi pun tak mampu.
Secara fisik, dia memang bukan tandingan Song, tapi bukan berarti dia tak punya cara menghadapi Song.
Karena sepak bola tidak hanya mengandalkan fisik...
……
Borussia Dortmund kembali melancarkan serangan. Kali ini saat Zhou Yi mencapai lingkaran tengah, Sven Bender dari belakang mengoper bola ke depannya.
Zhou Yi mengangkat kaki untuk menghentikan bola, lalu berpura-pura akan mengoper. Tapi sepertinya dia melakukan kesalahan karena ujung kakinya menyentuh bola terlebih dahulu, mendorong bola maju sekitar dua meter.
Song mempercepat langkah untuk merebut bola.
Zhou Yi tentu tak rela kehilangan penguasaan bola, maka dia pun berlari mengejar bola.
Namun dari pertarungan sebelumnya antara dia dan Song, dalam duel mengandalkan fisik murni seperti ini, Zhou Yi sulit mendapatkan keuntungan.
Zhou Yi lebih dekat ke bola dibanding Song, sehingga dia sampai ke bola sedikit lebih dulu, tapi benar-benar hanya selisih tipis... karena seketika Song sudah menyusul dengan cepat.
Zhou Yi mengayunkan kakinya ke arah bola, seolah ingin menendang bola keluar sebelum Song tiba. Ini pilihan mayoritas pemain saat menghadapi pressing seperti ini - membersihkan bola terlebih dahulu agar kepemilikan tidak hilang.
Melihat ayunan kaki Zhou Yi, Song mempercepat lari ke depan Zhou Yi, berusaha mencegat operan ini.
Tapi ketika dia melintas di depan Zhou Yi, bola sama sekali tidak mengenai tubuhnya.
Apakah gagal mencegat?
Tidak!
Ternyata dia sama sekali tidak menendang bola!
Song menoleh melihat bola yang masih berada di belakang Zhou Yi, tubuhnya terus melaju ke depan karena inersia... Tak percaya Zhou Yi ternyata melakukan tipuan!
Biasanya jika pemain ingin melakukan tipuan tendangan, mereka akan berhenti di tempat agar mudah melanjutkan kontrol bola setelah gerakan tipu. Tapi tadi Zhou Yi jelas-jelas tidak mengurangi kecepatan sama sekali saat mendekati bola, gerakannya persis seperti ingin menendang bola sejauh mungkin.
Siapa sangka ini bisa jadi gerakan tipuan?!
Song hanya bisa melaju melewati Zhou Yi dengan frustasi, menghembuskan angin dan sobekan rumput...
"Wow! Bagus! Zhou Yi!" Marcel Leif berteriak kagum.
"Zhou Yi Zhou Yi Zhou Yi!! Lepasan yang indah!" He Ping semakin bersemangat.
Zhou Yi yang berhasil melepaskan diri dari Song segera membalikkan badan dan merebut bola, lalu menggiring maju!
"Bagus, serang Zhou Yi!!" Mark di depan televisi ingin bangkit memberi semangat, tapi teringat kakak perempuannya, pantatnya hanya terangkat sedikit lalu kembali duduk.
Aksi pelepasan diri Zhou Yi ini sangat berbahaya bagi Arsenal.
Dalam formasi 433 yang digunakan Arsenal di pertandingan ini, Alexander Song adalah satu-satunya pemain bertahan di lini tengah. Tiga penyerang Van Persie, Walcott, Gervinho tidak perlu disebutkan. Dari tiga gelandang lainnya, Arteta adalah pengatur serangan yang kemampuan bertahannya mungkin setara Zhou Yi, sementara Benayoun juga lebih kuat di serangan daripada bertahan.
Setelah melewati satu-satunya pemain bertahan Arsenal di lini tengah, Zhou Yi langsung menyerbu area tengah!
Arsenal benar-benar tidak menyangka Song yang sebelumnya bisa menekan Zhou Yi dengan ketat, ternyata begitu mudah dilewati...
Mereka seperti lebah yang tertarik madu, berkerumun mengepung Zhou Yi.
Akibatnya pertahanan di posisi lain menjadi melemah...
Saat Arteta menyambarnya, Zhou Yi langsung mengoper bola ke Shinji Kagawa yang berlari di belakangnya.
Shinji Kagawa menyambut bola, lalu berbalik, melakukan penyesuaian posisi menghadap gawang Arsenal, kemudian langsung melepaskan tembakan!
"Kagawaaa——!" Komentator stasiun TV Jepang menjerit panjang, berharap suaranya bisa memberikan kekuatan tambahan bagi Shinji Kagawa untuk memasukkan bola ini!
Sayangnya, tembakan Shinji Kagawa menghantam paha bek tengah Arsenal Koscielny yang maju menghadang, memantul tinggi dan keluar lapangan!
"Ah, sayang sekali!" Marcel Leif menyangga kepala kedua tangannya. Zhou Yi telah menciptakan peluang bagus untuk Shinji Kagawa, sayangnya belum bisa dimanfaatkan.
Zhou Yi sudah melakukan yang terbaik, tapi jelas dia tak bisa mengerjakan tugas rekan setimnya juga. Sungguh disayangkan...
