Ketika Götze mengoper ke Lewandowski, Alexander Song bangkit dari tanah.
Lalu dia menyaksikan Lewandowski menyarangkan bola ke gawang Arsenal.
Sekali lagi dia menjadi pendamping terbaik gol Dortmund...
Tatapannya tertuju ke Zhou Yi, mata berapi-api penuh amarah.
Dua kebobolan membuatnya dua kali jadi bahan tertawaan!
Dendam ini...harus terbalaskan!
……
Di siaran TV, gol yang baru saja terjadi diputar ulang berkali-kali, mulai dari momen Zhou Yi mengelabui Song. Bahkan akhirnya hanya slow motion gerakan Zhou Yi mengelabui Song yang diputar ulang.
Bola menggelinding di depannya, semua orang akan mengira Zhou Yi ingin menghindari bola lalu menyodok sambil berbalik untuk maju.
Alexander Song juga berpikir demikian, jadi pilihannya sebenarnya tak bisa disalahkan. Semua yang dilakukannya sudah benar.
Hanya saja Zhou Yi lebih licik dari yang dia bayangkan...
Dia tidak benar-benar menghindari bola, melainkan menggunakan kaki kiri untuk mengalihkan bola ke kanan, bersisian dengan sliding tackle Song.
Kunci gerakan ini terletak pada ketidaktampakannya, sangat tersamar. Sama seperti umpan indah ke Robert Lewandowski sebelumnya, tanpa tanda-tanda. Jadi sulit diantisipasi.
Seolah awalnya dia benar-benar berniat menyodok bola ke depan, hanya mengubah keputusan setelah melihat sliding tackle Song.
Ini tentu membuat Song yang menjaga tak siap menghadapi.
Dibandingkan Alexander Song yang garang dan selalu ingin melukai Zhou Yi, Zhou Yi justru jarang melakukan gerakan agresif. Cara dia menghadapi Song sangat tersamar dan cerdik, seolah...
"Zhou Yi seperti ahli tai chi! Setiap pukulan keras Song dinetralisirnya dengan gerakan lembut. Empat ons mengangkat seribu kati, itulah gaya bermain Zhou Yi!" He Ping tepat menganalisis.
Ya, lihat assist pertama yang dia berikan ke Robert Lewandowski, dan gerakan-gerakannya menghindari Song. Amplitudonya tidak besar, sepintas tidak terasa kekuatannya, tapi memancarkan kecerdikan khas orang China.
Dia benar-benar seperti jagoan Tai Chi yang bertarung dengan Song. Saat lengan bajunya berkibar-kibar, rasanya dia tidak mengeluarkan tenaga, tapi terus menjatuhkan lawannya seperti anjing jatuh ke kubangan.
……
Pertandingan dilanjutkan. Sekarang Arsenal sudah tertinggal di kandang lawan. Masalah yang mereka hadapi agak rumit - berusaha menyamakan skor sebelum pertandingan berakhir, atau menerima kekalahan tipis satu gol?
Jika ini babak penyisihan, mungkin Arsenal akan menerima hasil ini. Lagi pula hanya kalah satu gol dengan gol tandang. Kembali ke kandang sendiri, mereka hanya perlu menang 1-0 untuk lolos. Tapi ini fase grup, setiap kemenangan menentukan apakah bisa lolos grup dan sebagai juara atau runner-up.
Dari situasi grup ini, Borussia Dortmund kemungkinan besar akan menjadi rival utama Arsenal untuk juara grup - Wenger tidak percaya omong kosong para pakar yang bilang Dortmund akan tampil lebih buruk di musim kedua Champions League karena sudah dipelajari lawan.
Selama ini dia menganggap Borussia Dortmund sebagai musuh bebuyutan utama Arsenal di fase grup, baru kemudian Marseille.
Jadi hasil pertandingan melawan Dortmund akan menentukan peringkat Arsenal saat lolos dari grup.
Jika ingin jadi juara grup, harus mengalahkan Dortmund.
Kalah di kandang lawan melawan Borussia Dortmund, ruang gerak Arsenal semakin menyempit...
Jadi mereka harus berusaha untuk bermain imbang di kandang lawan.
Tapi jika mereka menyerang karena alasan ini, ingat bagaimana gol kemasukan tadi?
Serangan balik Borussia Dortmund sangat berbahaya.
Jadi sekarang Arsenal berada dalam situasi yang cukup rumit.
Sementara masalah yang dihadapi pemain Arsenal Alexandre Song sendiri sangat sederhana - apapun perubahan kondisinya, saat ini hanya ada satu ide di kepalanya: harus menghentikan Zhou Yi!
Tapi tidak mudah baginya untuk melaksanakan niat itu...
Zhou Yi sekarang hampir tidak kesulitan menghadapinya.
Contohnya saat menerima umpan dari rekan setim di area garis tengah, setelah mengontrol bola dan berbalik, seolah meramal masa depan, dia cepat-cepat menggunakan kaki yang sama untuk menggeser bola ke sisi dalam. Begitu bola berpindah, sliding tackle Song datang... Hasilnya jelas meleset, Song yang tergeletak hanya bisa menatap Zhou Yi membawa bola pergi.
Contoh lain ketika rekan setim mengoper ke Zhou Yi, saat menerima bola posisi tubuhnya condong ke belakang - posisi yang kurang menguntungkan untuk gerakan lanjutan. Jadi Song bisa dengan percaya diri memberi pressing.
Tapi Zhou Yi sama sekali tidak berniat mengontrol bola. Langsung mencolek umpan rekan setim melewati celah kaki Song, memberikan bola ke Großkreutz yang datang mendukung... Sementara Song mengalami "penghinaan melalui selangkangan" versi sepak bola.
"Masih banyak adegan pertarungan serupa antara kedua belah pihak. Zhou Yi praktis sudah tidak melakukan kontak fisik dengan Song lagi."
"Lagipula Song sendiri bukan tipe pemain yang mengandalkan kecepatan. Dia tidak mungkin bisa menyergap Zhou Yi dan menjatuhkannya sebelum Zhou Yi sempat menyambut bola."
"Berulang kali, setiap Zhou Yi mempermainkan Song hingga berputar-putar, tribun Westfalenstadion bergema dengan tawa nakal dan siulan penonton yang sangat sesuai dengan momen."
"Ketika Song masih bersikap arogan dulu, suporter Borussia Dortmund membencinya setengah mati. Tribun selatan dipenuhi dengan berbagai umpatan kasar untuknya."
"Kini suporter Borussia Dortmund akhirnya bisa tertawa lepas."
"Di tengah gelak tawa mereka, Alexander Song semakin terlihat kikuk."
"Alexandre Song yang bertugas menjaga Zhou Yi memang sedang mengalami tekanan besar..." He Ping bahkan mengolok-olok Song, bagai menambahkan bensin ke api.
……
"Dominasi mutlak Zhou Yi atas Alexander Song ini tiba-tiba berhenti di menit ke-78 pertandingan."
"Saat Zhou Yi kembali mengelak dari hadangan Song dengan gerakan lincah, bek asal Kamerun itu berbalik dan merangkul pinggang Zhou Yi dengan kedua tangan, lalu membantingnya ke tanah seperti gerakan gulat."
"Peluit wasit utama berbunyi. Dia berlari ke arah Alexander Song yang melakukan pelanggaran, lalu mengeluarkan...kartu kuning!"
"Kartu kuning! Alexander Song mendapat kartu kuning! Ini adalah kartu kedua baginya di pertandingan ini! Dia harus diusir keluar lapangan!" teriak Marcel Leif dengan nada agak senang melihat kesulitan lawan.
"Song akhirnya tak bisa menahan diri lagi, mengajukan kartu kuning kedua!" He Ping terus mengolok-olok Song.
Pemain Arsenal mengerubungi wasit utama, berharap wasit bisa memberikan keringanan. Tapi bagaimana mungkin keputusan wasit mudah diubah? Apalagi pelanggaran Song tadi persis seperti gerakan judo atau gulat.
Kalau pelanggaran seperti ini tidak diberi kartu kuning, bukankah pemain bisa bertindak semaunya selama pertandingan?
Jadi kartu kuning untuk Song tidak bisa dihindari.
Sementara rekan setim masih membela Song, ia justru berdiri di luar dengan sikap acuh tak acuh.
Sampai Zhou Yi memanggilnya: "Hei, Pria Berotot."
Song menoleh dan melihat Zhou Yi menunjuk pelipisnya sendiri.
"Bagikan sedikit pengalaman hidupku. Sepak bola bukan cuma soal otot, tapi juga harus gunakan otak. Selamat tinggal, Pria Berotot." Ujarnya dalam Bahasa Inggris.
……
"Apa dia sedang menasihati Song untuk tenang?" tanya Mark di depan televisi. Begitu selesai bertanya, suara kakak perempuannya terdengar dari belakang.
"Cuma memberitahu si idiot berotot itu untuk main pakai otak."
Mark menoleh dan melihat Kottane sedang asyik membaca bukunya, seolah ucapan tadi bukan darinya.
……
Bagaimanapun permohonan pemain Arsenal untuk Song, wasit tetap menunjukkan kartu merah. Orang Kamerun malang itu pun harus meninggalkan lapangan...
Sedangkan kartu merahnya menjadi tanda perubahan bagi Arsenal. Karena Song adalah satu-satunya gelandang Arsenal yang bisa bertahan dalam pertandingan ini, kepergiannya berarti Arsenal kehilangan kekuatan pertahanan di lini tengah.
Kartu merah ini juga memaksa Wenger membuat keputusan akhir - lupakan serangan, fokus pada pertahanan.
Dia menarik Gervinho keluar dan memasukkan pemain gelandang muda Francis Coquelin.
Harapannya untuk memperkuat pertahanan, sementara seluruh tim menarik formasi ke belakang untuk mengonsolidasi pertahanan.
Meski Arsenal menarik diri, Dortmund tidak melakukan tekanan penuh untuk mencetak lebih banyak gol.
Sebagai pengendali ritme permainan Dortmund, Zhou Yi menyadari dengan tetap hadirnya Van Persie dan Walcott di lapangan, Arsenal masih memiliki kemampuan serangan balik cepat yang mematikan. Jika Dortmund terlalu agresif menyerang, itu justru akan memberi kesempatan emas bagi Arsenal seperti gol kedua Dortmund.
Zhou Yi tidak ingin situasi terbalik terjadi pada timnya.
Dia memimpin Dortmund bermain penguasaan bola. Tak peduli seberapa dalam Arsenal bertahan, Dortmund tidak terburu-buru menyerang massal, melainkan bermain sabar di lini tengah.
Waktu pun berlalu detik demi detik dalam permainan penguasaan ini.
Akhirnya ketika wasit utama membunyikan peluit tanda berakhirnya pertandingan penuh, Borussia Dortmund mengalahkan tim unggulan grup mereka Arsenal dengan skor 2:1 di kandang sendiri, memberikan awal yang baik untuk perjalanan Liga Champions musim baru mereka.
Adapun apa itu tembok rookie?
Maaf, dalam pertandingan ini baik dari Zhou Yi maupun seluruh tim Borussia Dortmund, tidak terlihat sedikitpun tanda-tanda akan menabrak tembok itu...
