Suporter China berharap Tim China bisa membalikkan kekalahan di kandang sendiri dan mengalahkan Timnas Irak.
Tapi hasil akhirnya Tim China bermain imbang 1-1 dengan Irak di kandang sendiri, kedua tim berjabat tangan damai.
Hasil ini sulit diterima, jadi setelah pertandingan, suporter di tribun agak kesal - Ini kan di kandang kita, di kandang sendiri saja tidak bisa menang, apalagi nanti di kandang lawan?
Zhou Yi dalam wawancara pasca pertandingan membahas imbang ini: "Kami juga menyesal belum menang, mereka sangat tangguh, Irak adalah lawan yang patut dihormati. Tapi ini bukan berarti kita tidak bisa lolos dari Zona Asia. Menurutku tidak perlu terlalu khawatir, Kualifikasi Piala Dunia adalah proses panjang, dan ini baru babak 20 besar."
“Apa Anda tidak khawatir nanti imbang hari ini justru menjadi titik balik?” tanya seorang wartawan.
“Sama sekali tidak.” Zhou Yi geleng kepala, jawabnya tegas.
Terakhir Zhou Yi melambaikan tangan sambil tersenyum ke wartawan: “Jangan seperti burung ketakutan bunyi panah, angin berdesir dan rerumputan pun dikira musuh.”
Usai bicara, ia pamit pada wartawan dan pergi.
“Pepatah yang digunakan cukup lancar...”
“Lha wong dia anak SMA, kan tadinya mau ikut Ujian Nasional...”
Para wartawan berkomentar.
“Tapi sayangnya tidak bisa menang melawan Irak di kandang sendiri. Kalau saat itu menang, ruang gerak kita di pertandingan berikutnya pasti lebih besar...”
“Sebenarnya menurutku pendapat Zhou Yi juga masuk akal. Dan semua orang tampaknya melupakan satu hal—jangan karena kita jadi juara dua Piala Asia, langsung menganggap tim ini sudah sangat kuat. Nyatanya, tidak ada peningkatan kemampuan yang signifikan. Bagaimana cara kita meraih posisi runner-up Piala Asia, semua paham. Ada faktor keberuntungan, kontribusi Zhou Yi juga sangat besar. Tapi terus bergantung pada Zhou Yi sendirian, mana bisa? Sebenarnya pertandingan ini sudah menunjukkan gejala seperti itu.” Seseorang menganalisis dengan detail, dan semua yang mendengar menganggap argumennya masuk akal.
Lagipula mereka adalah wartawan profesional di lingkaran sepak bola, setidaknya punya kualitas dasar yang diperlukan.
Sebelum Piala Asia, Gao Hongbo menyebut Tim China sebagai Tingkat Tiga Asia. Media langsung menghujannya—bukan karena media menganggap Tim China benar-benar level teratas Asia, tapi mereka merasa sebelum turnamen besar, tidak boleh mengucapkan kata-kata yang meruntuhkan semangat.
Sementara setelah Tim China meraih juara Piala Asia, banyak juga yang berpendapat ini tidak berarti kemampuan sepak bola Tiongkok langsung melesat naik.
"Hasil sebuah pertandingan besar seringkali tidak bisa menjelaskan apa-apa. Menentukan level sepak bola suatu negara merupakan hasil pertimbangan kompleks dari berbagai aspek. Contohnya, tim Yunani menjuarai Euro 2004, tapi apakah itu berarti sepak bola Yunani sudah masuk level top Eropa? Jika setelah juara itu Yunani selalu jadi favorit juara di setiap Euro, baru bisa dikatakan demikian. Kenyataannya tidak, makanya disebut 'Mitos Yunani'. Karena sudah mitos, tentu tidak mungkin sering terjadi."
"Jadi level sepak bola China tidak bisa dinilai dari sekali hasil Piala Asia, tapi harus dilihat dari performa jangka panjang di berbagai turnamen."
"Jika Tim China bisa lolos ke babak final Piala Dunia Brasil, lalu terus absen di setiap babak final Piala Dunia berikutnya, baru bisa dibilang kemampuan tim sepak bola China sudah meningkat."
"Selain itu, masalah yang terlihat jelas dalam pertandingan ini adalah ketergantungan berlebihan pada Zhou Yi."
"Dalam konferensi pers setelah pertandingan, Gao Hongbo ditanya wartawan tentang masalah 'ketergantungan pada Zhou Yi'."
"Zhou Yi adalah pemain inti tim. Pentingnya tentu tidak perlu diragukan. Tapi performa pemain lain juga sama pentingnya. Sepak bola adalah olahraga tim. Kemampuan Tim China saat ini memang belum kuat. Saya selalu bilang level sepak bola kita di Asia pun belum bisa dianggap kuat. Sepak bola China masih punya jalan panjang, pertandingan ini hanya satu langkah saja."
"Demikian jawaban Gao Hongbo terhadap pertanyaan para wartawan."
Dia tidak secara langsung mengakui adanya "sindrom ketergantungan pada Zhou Yi" di timnas pada tingkat tertentu, karena hal itu secara tidak langsung berarti mengakui bahwa pemain lain di timnas tidak sepadan dengan Zhou Yi, yang dapat merusak solidaritas tim.
Sebenarnya dia paham, kemampuan beberapa pemain timnas memang kurang memadai saat harus berkoordinasi dengan Zhou Yi. Ini bukan rahasia, lihat saja perbedaan performa Zhou Yi di Borussia Dortmund dan di timnas.
Di Borussia Dortmund, Zhou Yi didukung oleh rekan setim yang berkualitas, performanya pun seperti ikan di air. Namun di timnas, dia harus memikul tanggung jawab utama, sehingga wajar jika terlihat kesulitan.
Zhou Yi adalah gelandang organisasi, bukan pemain penyerang. Dia membutuhkan kombinasi bagus dari rekan setim, hal ini bukan tidak diketahui oleh Gao Hongbo. Tapi seperti perempuan ahli masak tanpa bahan, pemain berbakat dalam negeri memang terbatas.
Tentu dia juga memantau Tim Olimpiade Tiongkok. Namun tugas Tim Olimpiade saat ini sama beratnya dengan timnas. Mustahil menarik beberapa pemain muda Tim Olimpiade ke timnas, karena pasti akan membuat Bralović marah...
Perlu diketahui bahwa fase grup final Kualifikasi Zona Asia Olimpiade sudah dimulai. Pertandingan perdana Tim Olimpiade gagal dimulai dengan baik, kalah 1-2 dari Tim Olimpiade Korea di kandang lawan. Tekanan pada Bralović juga sangat besar.
Untuk bisa memanggil pemain Tim Olimpiade yang bermain di Eropa, Bralović bahkan menggunakan koneksinya di Eropa, berharap klub-klub tersebut mau melepas pemainnya.
Karena pertandingan Tim Olimpiade Tiongkok secara teknis tidak termasuk pertandingan internasional level A dan tidak memiliki hari pertandingan timnas khusus, jadwal pertandingannya bertabrakan dengan liga Eropa.
Contohnya, pertandingan melawan Korea Selatan dimulai pukul 19:00 waktu Beijing pada 21 September, sementara pertandingan La Liga babak 5 antara Atletico Madrid vs Sporting Gijón di kandang juga berlangsung pada tanggal 21 September malam waktu Beijing - situasi yang sangat merepotkan...
Pasalnya, kiper utama Tim Olimpiade Sun Pan juga merupakan kiper utama Atletico Madrid.
Kiper yang dipinjamkan Atletico Madrid musim panas ini menunjukkan performa gemilang selama pertandingan pemanasan musim panas, berhasil menggeser Asenjo dan menjadi kiper utama. Oleh karena itu Atletico Madrid enggan melepas Sun Pan untuk kembali berpartisipasi.
Jika bukan karena hubungan Blažević di peta sepakbola Eropa yang masih cukup baik, mungkin Asosiasi Sepak Bola Tiongkok (AST) akan bermasalah hukum dengan klub Atletico Madrid.
Situasi serupa juga dialami Guo Nu. Musim ini, sebagai bagian dari transfer Nagatomo Yuto ke Inter Milan, Guo Nu ditransfer ke Cesena. Awalnya ia hanya pemain pengganti di pertandingan liga pertama, namun mulai pertandingan kedua ia masuk starting lineup. Setelah tampil konsisten dalam dua pertandingan, performanya telah memukau pejabat klub, pelatih, dan suporter Cesena.
Pemain yang seolah-olah tidak diinginkan Inter Milan ini justru menemukan kesempatan bermain reguler di Cesena.
Sedangkan pertandingan Serie A giornata keempat antara Cesena vs Lazio di kandang sendiri, waktu pertandingannya juga jatuh pada malam 21 September waktu Beijing. Sayangnya Guo Nu harus mengikuti pertandingan Tim Olimpiade Tiongkok sehingga akan absen dari laga Serie A ini.
Pada akhirnya Cesena tanpa Guo Nu kalah 1-2 dari Lazio di kandang sendiri, membuktikan secara tidak langsung betapa pentingnya peran Guo Nu dalam tim ini.
Situasi He Ying sedikit berbeda dengan dua rekan sebelumnya, namun hanya karena jadwal pertandingan Valladolid (tempatnya bermain) tidak bentrok dengan jadwal Timnas Olimpiade Tiongkok. Sejak dipinjamkan dari Barcelona Youth Team ke Valladolid musim ini, performanya di Liga Segunda División Spanyol kurang mendapat sorotan. Namun lingkungan yang low-profile ini justru tampak menguntungkan bagi permainannya.
Dalam lima laga Liga Segunda yang telah dimainkan, ia tampil sebagai starter tiga kali dan pemain cadangan dua kali, sudah mencetak dua gol. Dua kesempatan sebagai cadangan itu terjadi pada dua laga pertama liga, artinya sejak itu ia selalu menjadi starter selama tiga laga berturut-turut.
Yang Muge belum pernah bermain untuk Schalke 04 dan masih menjadi figur pinggiran di tim utama, sehingga dampak hal ini terhadapnya paling minimal.
Lalu mengapa Tim Olimpiade Tiongkok yang memiliki dua pemain inti di klub La Liga dan Serie A, satu pemain inti Liga Segunda Spanyol, plus satu pemain tim utama Bundesliga, bisa kalah dari Tim Olimpiade Korea di kandang lawan?
Blazević setelah pertandingan menyatakan bahwa perjalanan beruntun menyebabkan kondisi fisik dan performa pemain inti tim tidak dalam keadaan optimal, ditambah kesulitan bertanding di kandang lawan, sehingga kekalahan Tim Olimpiade Tiongkok adalah hal yang wajar. Namun ia merasa bangga karena tim masih berhasil mencetak satu gol tandang.
Patut dicatat bahwa pencetak satu-satunya gol untuk Tim China adalah He Ying.
……
Setelah menyelesaikan pertandingan melawan Irak, Zhou Yi meninggalkan China dan kembali ke Borussia Dortmund.
Pertandingan berikutnya Timnas akan dilaksanakan sebulan kemudian pada 11 November melawan Irak di kandang lawan, disusul empat hari kemudian bertandang ke Singapura.
Setelah dua pertandingan ini, Tim China hanya menyisakan satu laga melawan Yordania. Namun mungkin pada saat itu, prospek Timnas untuk lolos ke babak 10 besar sudah cukup jelas...
Kembali ke Dortmund, Zhou Yi membantu Borussia Dortmund mengalahkan Werder Bremen 2-0 di tandang.
Media China berkomentar bahwa Zhou Yi di Dortmund adalah versi "supercharged" dibandingkan Zhou Yi di Timnas.
Ini adalah fakta.
Di bawah kepemimpinan Zhou Yi, Borussia Dortmund meraih tiga kemenangan beruntun sejak pekan ketujuh liga, mengumpulkan 18 poin liga dan melesat dari peringkat 9 ke posisi runner-up.
Saat ini, hanya Bayern München dengan 22 poin yang berada di atas mereka.
