Seperti yang dikatakan Zhou Yi, berapa pun strategi di luar lapangan atau perang mulut sebelum pertandingan, sebenarnya tidak ada gunanya.
Kemenangan atau kekalahan dalam pertandingan sepak bola tetap bergantung pada pertandingan itu sendiri.
Meski begitu, strategi di luar lapangan dan perang mulut mungkin bisa mempengaruhi performa pemain di lapangan.
Misalnya, jika penyesuaian hotel tempat Tim China menginap oleh Qatar membuat pemain China lebih lelah, maka mereka tidak bisa tampil 100% dalam pertandingan.
Tapi tampaknya Qatar benar-benar hanya tidak ingin Tim China tinggal di hotel keberuntungan mereka. Hotel yang sekarang disediakan untuk Tim China sebenarnya lebih baik dari segi fasilitas dan lokasi dibanding yang sebelumnya...
……
Pertandingan Tim China vs Singapura akan dimulai pukul 22:15 waktu Beijing pada 11 November. Bagi suporter dalam negeri, ini waktu mulai yang cukup ideal karena mereka tidak perlu begadang. Pertandingan akan berakhir sekitar tengah malam, pas untuk langsung tidur.
Tapi tentu saja, berapa banyak yang masih punya mood untuk tidur setelah itu itu cerita lain.
Pukul 22:00 waktu Beijing setara dengan pukul 19:00 waktu setempat Qatar, dengan selisih waktu 5 jam antara kedua wilayah.
Untuk negara-negara beriklim gurun tropis seperti Qatar dan negara-negara Timur Tengah lainnya, selain periode Desember hingga Februari yang merupakan musim dingin dengan cuaca sejuk, suhu siang hari di waktu lain sangat tinggi bisa mencapai lebih dari 40 derajat dengan kelembaban udara tinggi sehingga terasa sangat pengap di musim panas. Oleh karena itu, pertandingan sepak bola tidak akan dijadwalkan pada sore hari di waktu-waktu seperti ini.
Situasi seperti di Liga Premier yang memiliki kick-off jam 1 siang lebih, hampir mustahil terjadi di liga Qatar.
Satu-satunya keuntungan daerah ini adalah meski suhu siang hari sangat tinggi, namun karena permukaan tanah didominasi kerikil, perbedaan suhu siang-malam cukup besar. Pagi dan sore masih cukup sejuk dengan angin laut yang membuat suhu terasa tidak terlalu panas.
Pertandingan antara Tim China dan Irak ini dijadwalkan pada periode waktu tersebut.
Di langit barat, dekat cakrawala masih tersisa semburat merah cahaya matahari terbenam.
Burung laut sesekali terbang melintas di atas lapangan.
Di tribun duduk banyak suporter berbaju jubah putih khas Arab. Tidak banyak yang benar-benar berasal dari Irak, sebagian besar sebenarnya warga Qatar.
Zhou Yi tidak asing dengan pemandangan ini. Saat Piala Asia, hampir setiap pertandingan memiliki panorama serupa.
Selain suporter Qatar dan Irak, di tribun selatan juga terdapat banyak orang China yang mengibarkan bendera merah lima bintang dan mengenakan pakaian merah. Mereka sulit disebut sebagai suporter sejati, tetapi mereka semua adalah warga China - karyawan perusahaan milik China dan pelajar yang berada di Qatar. Banyak dari mereka mungkin biasanya tidak pernah menonton sepak bola sama sekali, tetapi tujuan mereka datang bukan untuk menonton pertandingan, melainkan untuk mendukung Tim China. Di luar negeri, olahraga dalam kadar tertentu bisa mewakili tanah air.
Setelah pertandingan dimulai, Irak melancarkan serangan gencar ke gawang Tim China dengan harapan bisa segera mencetak gol.
Di kandang lawan saja mereka hampir mengalahkan Tim China, apalagi sekarang bermain di kandang sendiri, target pasti adalah kemenangan.
Menyasar pola pikir Irak ini, Gao Hongbo menyusun strategi bertahan dan melakukan serangan balik.
Pada babak pertama, taktik Gao Hongbo berhasil separuhnya karena Irak gagal mencetak gol.
Namun Tim China juga belum mampu mengancam gawang Irak.
Kedua tim bermain imbang 0-0.
Saat jeda babak pertama, komentator tamu Gong Lei di studio siaran domestik China menganalisis performa Tim China di babak pertama, menganggap mereka terlalu fokus pada pertahanan sehingga kurang optimal dalam mengembangkan serangan. Tapi ini bukan masalah besar, mengingat hasil imbang di kandang lawan pun sudah cukup baik untuk Tim China.
“……Jika bisa menang tentu lebih baik, tapi menurut saya untuk Tim China, yang terpenting sekarang adalah jangan terlalu banyak berpikir. Yang ditakutkan justru overthinking, begitu pikiran terlalu banyak, jadi bingung cara main……”
Pendapat Gong Lei disetujui oleh komentator Liu Hong.
“Betul, dulu kami selalu overthinking. Sebenarnya sepak bola lebih baik disederhanakan……”
“Ya, keseragaman pikiran.”
Liu Hong berpikir sejenak, lalu merasa ada yang janggal: “Eh, Pak Gong. Tapi kita juga punya banyak contoh karena terlalu takut kalah akhirnya benar-benar kalah. Kalau pertandingan ini terlalu defensif, apakah akhirnya malah kalah lagi?”
Gong Lei seperti tertekan, setelah bergumam beberapa kali akhirnya menemukan jawaban: “Begini… Tim China bukan cuma bertahan, tetap akan ada serangan balik. Tapi prioritas tetap bertahan, kecuali ada kesempatan serangan balik bagus, Tim China tidak akan menyerang sembarangan. Soal timing serangan balik ini… Saya yakin Zhou Yi pasti bisa menguasainya dengan baik.”
Liu Hong juga menyambung: “Benar, saya percaya Zhou Yi tidak akan mengecewakan kita—kapan dia pernah mengecewakan?”
……
Faktanya Gong Lei tidak salah, saat jeda babak pertama, Gao Hongbo juga menekankan bahwa di babak kedua Tim China harus tetap main bertahan-balik, jangan gegabah menyerang, kalau tidak ruang kosong di belakang mudah dimanfaatkan lawan.
Tapi kapan harus maju untuk serangan balik?
Dia tidak menjelaskan detail, hanya berkata ke semua pemain: “Zhou Yi yang memutuskan.”
Dia sepenuhnya percaya pada penilaian Zhou Yi terhadap situasi, sekaligus merupakan bentuk pendelegasian wewenang. Sebenarnya, terhadap kejadian di lapangan, pelatih di pinggir lapangan pasti tidak lebih paham daripada pemain di lapangan. Namun pelatih memiliki keunggulan yaitu posisi mereka di pinggir lapangan yang memungkinkan pengamatan menyeluruh dengan perspektif makro. Meski tidak berada di garis depan, mereka bisa mengarahkan pertandingan. Sementara pemain, meski berada di garis depan, seringkali tidak memahami kondisi menyeluruh karena "terlalu dekat dengan situasi".
Namun masalah seperti ini sama sekali tidak ada pada Zhou Yi, karena dia bahkan memiliki sudut pandang yang melebihi pelatih - dia memiliki "perspektif Tuhan"! Dengan ini dia bisa memahami kondisi di garis depan, merasakan perubahan situasi pertandingan secara real-time, sekaligus memiliki wawasan strategis yang lebih baik daripada pelatih.
Oleh karena itu, keputusan yang dibuatnya di lapangan sebenarnya lebih baik daripada keputusan pelatih. Asalkan pelatih bersedia mendelegasikan wewenang.
Gao Hongbo termasuk yang mau mendelegasikan wewenang. Sebenarnya awalnya dia tidak berniat demikian, namun setelah mengamati langsung latihan dan pertandingan Zhou Yi, dia menemukan bahwa pemahaman Zhou Yi terhadap situasi lapangan mencapai tingkat yang mengagumkan. Semua orang tahu situasi pertandingan berubah setiap detik dengan 22 pemain yang terus bergerak.
Tapi Zhou Yi mampu menguasai semuanya.
Setelah menemukan keunikan Zhou Yi ini, Gao Hongbo menyadari bahwa Zhou Yi sepenuhnya mampu menjadi pusat komando bergerak di lapangan, sehingga tidak perlu lagi dia berteriak-teriak memberi instruksi dari pinggir lapangan.
Begitulah, dia perlahan melepas kendali, sementara para pemain Tim China pun mulai terbiasa dengan pengaturan dimana urusan di lapangan harus mengikuti instruksi Zhou Yi.
Bagi Zhou Yi sendiri, sebenarnya ia cukup menyukai pengaturan seperti ini dari pelatih. Karena hal ini akan menyederhanakan segalanya, mengubah yang kompleks menjadi sederhana bukanlah hal mudah. Jika berhasil dilakukan, hasilnya akan sangat besar. Meski kemampuan pemain lain di timnas tidak setara dengan rekan setimnya di Borussia Dortmund, Zhou Yi tidak merasa bermain untuk timnas sebagai hal yang menyiksa. Ini karena di timnas ia memiliki hak istimewa seperti itu, sementara di Dortmund tidak.
Sebab pelatih Borussia Dortmund, Klopp, tidak akan bertindak seperti Gao Hongbo. Ia ingin mengendalikan segalanya, hanya mengizinkan pemain berekspresi bebas dalam batasan prosedur yang ditetapkannya, bukan kebebasan mutlak.
Ini juga merupakan hasil dari perbedaan sistem yang dianut.
Tentu saja, sebenarnya pendekatan seperti ini menuntut rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri yang tinggi dari pemain itu sendiri.
Orang yang tidak bertanggung jawab tidak mau memikul tugas seperti ini, karena ini sekaligus merupakan tekanan besar. Jika ada masalah, sebelumnya yang bertanggung jawab adalah pelatih, sekarang pemain yang mengambil keputusanlah yang harus bertanggung jawab.
Orang yang kurang percaya diri juga tidak akan mampu menjalankan tugas ini. Mereka yang ragu-ragu akan menyia-nyiakan kesempatan emas, bahkan mungkin membawa bahaya bagi tim sendiri.
Kebetulan, Zhou Yi adalah sosok yang memiliki baik rasa tanggung jawab maupun kepercayaan diri.
……
“Babak kedua pertandingan dimulai dengan kedua tim bertukar sisi lapangan, Irak masih melancarkan serangan gencar ke gawang Tim China, bahkan lebih agresif dibanding babak pertama. Karena mereka sadar, waktu yang tersisa hanya 45 menit.”
“Menghadapi Irak yang penuh semangat juang, Tim China di bawah pimpinan Zhou Yi bermain tenang tanpa terburu-buru, seolah mereka benar-benar berniat pulang dengan skor imbang dari kandang lawan.”
“Bahkan saat menguasai bola, mereka tak terburu-buru mengirim umpan ke depan, melainkan saling mengoper bolak-balik sambil maju perlahan, membiarkan pemain Irak berlari kencang mundur bertahan bagai tak terlihat.”
“Duan Xin awalnya masih menyesali kesempatan serangan balik Tim China yang terbuang berkali-kali, namun akhirnya juga diam.”
“Setelah beberapa kali sprint mundur bertahan, pihak Irak menyadari Tim China sama sekali tidak berniat melakukan serangan balik cepat. Mereka santai mengoper sementara kita kelelahan, ini sangat menyebalkan.”
“Maka saat Tim China kembali menguasai bola, mereka tak lagi terburu-buru mundur, melainkan bertahan di lini tengah dan depan untuk merebut bola dan langsung melakukan serangan balik.”
“Tapi saat Irak melakukan ini, Zhou Yi tiba-tiba mengirim umpan silang panjang ke Hao Junmin yang berada di sayap depan!”
“Serangan balik Tim China!!” Liu Hong akhirnya bisa berteriak setelah menahan diri cukup lama.
Babak 241 Hotel Keberuntungan Kedua
Saat Zhou Yi mengoper bola ke sayap, masih banyak yang tidak menyadari ke siapa arah operannya. Hingga mereka melihat Hao Junmin muncul dalam penglihatan.
Pemain sayap ini menghentikan bola Zhou Yi dengan kaki, lalu membawa bola menerobos ke arah gawang Irak.
Saat itu, di lini belakang Irak hanya tersisa dua bek tengah selain kiper.
Setelah melewati pemain Irak pertama yang menghadang dengan skill teknisnya, Hao Junmin sudah mencapai tepi area penalti Irak.
Tanpa ragu, ia langsung melepaskan tembakan!
Bola yang menyentuh pemain Irak kedua yang berusaha menutup tembakan itu sedikit berubah arah. Meski perubahannya tak besar, cukup untuk mengelak dari jari-jari kiper Irak dan menyusur sisi dalam tiang gawang jauh sebelum masuk!
"Gol! Gol!!! Hao Junmin! Tim China unggul 1-0 di kandang lawan!" teriak Liu Hong penuh semangat. "Ini kabar yang sangat bagus!"
Hao Junmin juga antusias. Usai mencetak gol, ia berlari ke bawah tribun sambil melambaikan tangan ke suporter China yang merespons dengan sorak-sorai dan tepuk tangan.
Ketika berbalik, Zhou Yi dan kawan-kawan sudah berlari menghampiri.
Mereka berpelukan membentuk kerumunan.
Pemain-pemain Irak menjadi backdrop sempurna untuk perayaan mereka.
Komentator stasiun TV Qatar terdiam sesaat, gagal melaporkan kondisi pertandingan secara real-time.
Sungguh tak terduga, meski Irak mendominasi, justru Tim China yang lebih dulu mencetak gol...
Namun, ketidaksangkaan ini hanyalah ilusi komentator Qatar. Pada kenyataannya, dengan gaya permainan Irak seperti ini, kebobolan gol mereka hanyalah masalah waktu...
……
Gao Hongbo di pinggir lapangan juga bergembira dan merayakan gol bersama asistennya, mereka saling tepuk tangan merayakan.
Gol Tim China ini dicetak melalui serangan balik defensif yang khas. Seluruh proses gol hanya melibatkan dua orang: Zhou Yi yang melakukan operan, dan Hao Junmin yang melakukan tembakan.
Apa artinya ini?
Ini menunjukkan pengaturannya benar - memberikan keputusan serangan balik kepada Zhou Yi, sekaligus memposisikan Hao Junmin di area depan sebagai penyerang balik.
Serangan balik defensif tidak membutuhkan banyak pasukan, jadi tidak perlu khawatir serangan balik lawan saat menyerang.
Mengandalkan kemampuan individu.
Meski Hao Junmin jarang bermain di Jerman dan kembali ke China, setidaknya ia telah berlatih selama satu setengah musim di klub Bundesliga. Dalam konsep sepak bola dan kesadaran taktis, dialah yang paling dekat levelnya dengan Zhou Yi di timnas saat ini.
Jadi jika tidak bisa terlalu mengandalkan Zhou Yi, tugas Hao Junmin bisa ditingkatkan secukupnya.
Dari gol ini terlihat eksekusi strategi ini cukup baik.
……
Setelah mencetak gol, Tim China kembali ke formasi bertahan. Mereka tidak memaksakan diri untuk mencetak gol lagi meski sedang momentum bagus. Ini tetap kandang Irak, dan siapa tahu trik apa yang akan dilakukan orang Timur Tengah di kandang sendiri.
Karena itu Tim China bermain sangat hati-hati.
Setelah mencetak gol, mereka langsung mundur bertahan, kembali ke formasi sebelum mencetak gol, seolah-olah tak pernah mencetak gol sama sekali, masih ingin meraih imbang di kandang lawan.
Tapi Irak tahu, skor sudah berubah, pertandingan selanjutnya pun akan berbeda!
Sekarang mereka tak punya pilihan selain terus menggempur gawang Tim China, sama sekali tak peduli dengan ruang kosong di belakang. Jika kesempatan mencetak gol lagi diberikan ke Tim China... maka tamatlah, tapi jika takut akan hal ini lalu ragu menyerang, hasilnya sama saja!
Bagi kedua tim yang sedang bertanding, masing-masing adalah lawan yang harus dikalahkan. Jika Irak ingin membalikkan keadaan, mereka harus mengalahkan Tim China di kandang sendiri, persis seperti keinginan Tim China sebelumnya untuk mengalahkan Irak di kandang sendiri.
……
Serangan gencar Irak memberikan tekanan besar pada Tim China. Di menit ke-80, bek kanan Zhang Linpeng mendapat kartu merah karena pelanggaran dan langsung diusir dari lapangan.
Situasi tiba-tiba berubah sangat merugikan bagi Tim China.
Sementara suporter Irak dan Qatar di tribun bersorak gembira, seolah melihat harapan Irak menyamakan skor bahkan mengalahkan Tim China - masih tersisa 10 menit pertandingan, mungkin mereka pikir Irak bisa mencetak dua gol sekaligus.
Pemikiran ini bukan tanpa alasan, tim mana pun yang tiba-tiba kehilangan satu pemain pasti akan mengalami gejolak emosional.
Tapi kondisi ini kurang berlaku untuk pertandingan kali ini...
Karena saat Irak memanfaatkan situasi Tim China yang kehilangan satu pemain untuk menyerang habis-habisan, mereka justru kembali dikunci oleh serangan balik Tim China.
Kali ini serangan tetap hanya melibatkan dua pemain, pola yang sama dengan gol Hao Junmin sebelumnya. Pengumpannya dilakukan Zhou Yi, namun yang menerima dan menembak berganti menjadi Gao Lin.
Kali ini Zhou Yi tidak mengoper bola ke sayap, melainkan langsung mengirim umpan panjang ke jantung pertahanan Irak. Karena tekanan Irak yang terlalu maju, area inti mereka justru kosong. Bahkan saat Gao Lin menerima bola di sana, beberapa orang mengira dia offside. Namun sebenarnya saat Zhou Yi mengoper, posisi Gao Lin sah.
Setelah mengontrol bola, Gao Lin berbalik dan menggiring maju. Hanya beberapa langkah, dia sudah memasuki area penalti. Kemudian menghadapi kiper Irak yang keluar, dia memilih melakukan chip shot.
Bola melayang di atas kepala kiper dan mendarap sempurna di gawang Irak.
Di menit ke-82, Tim China unggul 2:0 di kandang lawan, hampir mengunci kemenangan!
"Gol!!! Gol!!! Gol!!! Gol!!! Gol!!! Gol!!!" Liu Hong berseru penuh semangat, jauh lebih heboh dibanding gol pertama. Karena meski gol pertama sudah ada, kekhawatiran akan imbang tetap mengganggu. Namun gol kedua ini seperti melepas batu dari dada semua orang - kemenangan dalam pertandingan ini sudah di tangan!
Di pinggir lapangan, Gao Hongbo juga merasa pertandingan sudah aman. Dia tepuk tangan kuat-kuat. Pelatih yang biasanya pemalu itu kini tersenyum lebar dengan gerakan yang ekspresif.
Semua pemain Tim China berduyun-duyun berlari ke Gao Lin, bahkan kiper Yang Zhi.
"Bagaimana, Lao Fu. Apakah kondisi Zhou Yi muncul terlalu cepat?" tanya Gao Hongbo kepada Fu Bo di sampingnya.
Fu Bo tersenyum tanpa bicara.
Dia salah perkiraan.
Tapi dia sangat-sangat senang karena perkiraannya meleset.
……
Gol Gao Lin ini benar-benar membunuh ketegangan pertandingan. Pemain Irak kehilangan semangat setelah kebobolan. Jika dihitung dengan injury time, sebenarnya masih ada 10 menit tersisa. Tapi mencetak dua gol dalam 10 menit terakhir hampir mustahil, mencetak satu gol saja sudah bagus. Bahkan jika mereka mencetak dua gol dan menyamakan skor, itu tidak berarti apa-apa bagi Irak.
Karena hasil imbang di kandang lawan sebenarnya sudah menjadi target minimal Tim China yang bisa diterima, tapi tidak bagi Irak.
Jadi begitu memikirkan ini, pihak Irak kehilangan motivasi untuk terus bertarung.
Tim China tetap mempertahankan formasi pertahanan mengerut di bawah pimpinan Zhou Yi, sambil mencari kesempatan serangan balik. Mereka tidak menjadi sombong meskipun sudah hampir mengunci kemenangan, tetap tidak memberi kesempatan ke Irak.
Akhirnya, Tim China menang 2-0 di kandang Irak, meraih kemenangan krusial dalam pertandingan penting ini.
Dengan kemenangan ini Tim China mendapatkan tiga poin, total poin mereka di grup menjadi delapan. Sebelum pertandingan Yordania vs Singapura selesai, mereka sementara menduduki puncak klasemen. Tapi akhirnya akan tersalip Yordania yang diprediksi menang mudah atas Singapura di kandang sendiri.
Meskipun demikian, Tim China telah meraih hasil terbaik dengan menggeser Irak ke bawah. Jika Irak masih ingin lolos dari grup ini dan maju ke Babak 10 Besar, mereka harus memenangkan dua pertandingan tersisa di fase grup, terutama pertandingan melawan Yordania yang harus dimenangkan agar ada harapan.
Namun itu sudah menjadi masalah Irak, dan tidak terkait dengan Tim China.
Selanjutnya Tim China bisa menghadapi Singapura - tim terlemah di grup ini - dengan mental yang lebih santai dalam pertandingan tandang.
Jika mereka bisa memenangkan pertandingan itu, poin mereka akan mencapai 11, sambil menunggu hasil pertandingan antara Irak dan Yordania.
Jika Yordania bisa mengalahkan Irak di kandang sendiri, maka selisih 4 poin antara Tim China (11 poin) dan Irak (7 poin) akan membuat Tim China lolos grup satu babak lebih awal ke Babak 10 Besar. Pertandingan terakhir melawan Yordania menjadi tidak relevan, dan kedua tim akan lolos bersama dalam atmosfer persahabatan.
Jika Irak mengalahkan Yordania di tandang, poin mereka akan menjadi 7. Dengan sisa satu pertandingan, selisih 4 poin dari Tim China membuat mereka tidak mungkin mengancam posisi Tim China. Yordania tetap menjadi kompetitor langsung Irak untuk lolos grup.
Bahkan jika Tim China kalah dari Yordania di kandang sendiri pada pertandingan terakhir, dan Irak mengalahkan Singapura, Tim China tetap akan lolos sebagai runner-up grup.
Jadi selama bisa mengalahkan Singapura di pertandingan berikutnya, Tim China sudah dianggap memastikan kualifikasi ke Babak 10 Besar lebih awal!
Nasib, sudah berada di genggaman Tim China sendiri!
Situasi seperti ini, sebelumnya sangat sulit terjadi pada Tim China...
Suporter China langsung terkejut oleh kebahagiaan ini, belum menyadari bahwa sebenarnya kondisi sudah sangat menguntungkan mereka.
Setelah pertandingan, semua orang mulai menghitung poin di internet, baru menyadari Tim China hanya selangkah lagi menuju Babak 10 Besar Kualifikasi Zona Asia!
Sejak Piala Dunia 2002, Tim China tidak pernah lagi bisa lolos ke babak 10 Besar Kualifikasi Zona Asia. Hal ini sulit dipercaya - negara sebesar China di Asia, bahkan tidak mampu mencapai babak final kualifikasi, sungguh memalukan!
Dulu suporter China tidak pernah membayangkan gagal masuk 10 Besar. Saat itu kami hanya khawatir bagaimana tim bisa lolos Asia menuju dunia.
Dibanding masa lalu, sekarang sekadar masuk 10 Besar saja sudah begitu sulit, seolah ada kemunduran.
Tentu ini kemunduran, tapi kemunduran yang masih bisa ikut 10 Besar tetap lebih baik daripada kemunduran yang bahkan tidak layak ikut 10 Besar.
……
Setelah pertandingan, Zhou Yi yang diwawancarai oleh wartawan dari berbagai negara di area campuran terlihat sangat gembira. Sambil tersenyum dia berkata: "Sebelum pertandingan saya sudah bilang Qatar adalah tempat keberuntungan kita, lihat kan saya tidak salah? Kami memenangkan pertandingan krusial di sini, ini sangat penting bagi kami. Dan sebelumnya saya juga menyesal tidak bisa menginap di 'hotel keberuntungan' kami, tapi sekarang saya menemukan hotel yang kami tempati kali ini juga sama-sama 'hotel keberuntungan'. Ini bagus sekali, sekarang kami punya dua 'hotel keberuntungan' di Doha! Pilihannya jadi lebih banyak!"
Wartawan China yang mendengar perkataan Zhou Yi pun tertawa. Mereka semua paham maksud di balik pernyataannya.
Taktik kotor yang dilakukan Qatar sebelum pertandingan sudah jelas bagi siapa pun yang berakal sehat. Tapi tanpa bukti konkret, sulit untuk mengomentarinya selain sekadar mengutuk di media sendiri, yang sama sekali tidak berpengaruh pada lawan.
Tapi sekarang berbeda. Setelah Tim China mengalahkan Irak, Zhou Yi sengaja membangkitkan kembali isu "hotel keberuntungan". Di mata wartawan China, ini seperti tamparan telanjang.
Kalian pikir dengan menutup "hotel keberuntungan" kami, Irak bisa mengalahkan Tim China?
Naive！
Kami tetap bisa menemukan "hotel keberuntungan" yang baru!
Lain kali coba tutup semua hotel di Qatar dengan alasan renovasi!
Seperti diduga, wajah wartawan media Qatar yang mendengar ini menjadi kecanggungan...
