Keesokan harinya di Kualifikasi Zona Asia Olimpiade, Tim Olimpiade Tiongkok menghadapi tantangan Tim Olimpiade Qatar di kandang sendiri.
Empat dari Lima Naga Kecil tampil sebagai starter.
Di kandang sendiri, keempat naga kecil bermain gemilang memimpin Tim Olimpiade Tiongkok mengalahkan Qatar 1-0.
Setelah meraih kemenangan dalam dua pertandingan beruntun, Tim Olimpiade Tiongkok mengumpulkan 6 poin dan berada di peringkat kedua, hanya tertinggal 1 poin dari Korea Selatan yang memiliki 7 poin - Tim Olimpiade Korea Selatan bermain imbang 1-1 melawan Qatar di kandang lawan pada matchday sebelumnya.
Dengan demikian, kesenjangan antara kedua tim tidak terlalu mencolok lagi.
Aturan Kualifikasi Olimpiade adalah juara grup dari tiga grup langsung lolos ke Olimpiade, sementara tiga runner-up grup akan bertanding lagi untuk memperebutkan satu tiket tersisa berdasarkan performa terbaik.
Jika China ingin lolos ke babak final Olimpiade, minimal harus menjadi runner-up grup mereka sendiri.
Namun dalam hati Empat Naga Kecil, posisi runner-up grup sama sekali bukan target. Bagi mereka berempat, jika akhirnya harus bertanding lagi melawan runner-up dua grup lain, itu hanya buang-buang waktu.
Mereka sendiri juga tidak punya cukup waktu dan tenaga untuk sering bolak-balik dari Eropa ke Asia untuk bertanding.
Jadi sebenarnya hanya ada satu pilihan: menjadi juara grup dan langsung ke London. Bagaimana dengan Korea Selatan?
Biarkan mereka berebut tiket terakhir dengan runner-up dua grup lainnya.
Pada 22 Februari tahun depan, Tim Olimpiade Tiongkok akan menjamu Tim Olimpiade Korea Selatan di kandang sendiri, pertandingan yang akan menentukan siapa penguasa grup ini.
Asalkan Tim China bisa mengalahkan Korea Selatan, mereka bisa menyalip posisi.
……
Usai pertandingan timnas, Empat Naga Kecil kembali dari dalam negeri ke klub masing-masing untuk mempersiapkan liga.
Di sisi lain, Borussia Dortmund tempat Zhou Yi berada, setelah memenangkan Derbi Ruhr, peringkat liga mereka juga naik ke posisi pertama.
Karena pada pekan yang sama, Bayern München kalah 2-3 di kandang lawan melawan Mainz.
Sekarang kedua tim terpaut selisih tiga poin penuh.
Sebenarnya dari sudut pandang lain, bisa dianggap bahwa Schalke 04 mengantar rival bebuyutan mereka ke puncak klasemen liga.
Di atas meja pelatih Schalke 04 Stevens tergeletak koran lokal "Gelsenkirchen", yang memuat liputan Derbi Ruhr yang baru saja berakhir di halaman utama.
Foto pendamping menunjukkan ekspresi frustrasi pemain Schalke 04 setelah kebobolan, dengan latar belakang pemain Borussia Dortmund yang sedang merayakan kegembiraan.
Judulnya cukup mengejutkan: "Kekalahan Telak!"
Subjudulnya berbunyi "Gelandang kami terjepit total, tak mampu melawan balik!"
Stevens menyilangkan tangan menopang dagu, pandangannya tertuju pada foto kecil lain di koran tersebut.
Foto kecil di samping artikel utama itu menampilkan close-up Zhou Yi.
Artikel di sebelah foto menulis: \"...Sebagai inti gelandang Borussia Dortmund, Zhou Yi sama sekali tidak mengalami kesulitan berarti dalam pertandingan. Lini tengah kami benar-benar tidak bisa membendungnya. Menurutku ini adalah penyebab utama kekalahan dalam pertandingan ini... Jones bermain keras dalam pertandingan, tapi sepertinya selain kerja keras dia tidak memberikan apa-apa. Kartu kuning di babak pertama menghancurkan penampilannya di babak kedua, terlalu ceroboh... Tentu saja, Zhou Yi adalah pemain yang sangat hebat, tapi apakah dia benar-benar tak terkalahkan? Aku tidak percaya begitu, hanya saja kita belum menemukan cara yang tepat untuk menghadapinya...\"
……
Setelah kembali ke Schalke, hal pertama yang dilakukan Yang Muge adalah menelepon Zhou Yi: \"Zhou Yi, kurasa mungkin lebih baik aku meninggalkan Schalke 04.\"
Zhou Yi tidak terkejut, hanya berkata setengah bercanda: \"Sayang sekali, kita tidak bisa mengadakan derbi China di Ruhr.\" Kemudian melanjutkan, \"Tapi sebenarnya aku tidak terlalu menyarankanmu untuk pergi sekarang.\"
\"Hah?\" Suara Yang Muge di telepon terdengar terkejut. Sebelumnya Zhou Yi selalu menyarankannya untuk mencari kesempatan pinjaman demi mendapatkan jam main yang stabil, tapi saat itu dia tidak bisa memutuskan.
Kini ketika akhirnya dia memantapkan hati, tak disangka Zhou Yi justru tidak menyarankannya pergi.
\"Kenapa?\" tanyanya.
Zhou Yi dengan sabar menjelaskan melalui telepon. \"Kalau bukan karena Derbi Ruhr ini, Lao Yang, sungguh akan kusarankan kamu mencari pinjaman di masa istirahat musim dingin. Tapi setelah Derbi Ruhr, banyak hal berubah. Kelemahan lini tengah Schalke 04 terbuka lebar. Kamu tahu apa itu, Lao Yang?\"
“Pertahanan?” Yang Muge menebak.
“Bingo. Alasan Schalke 04 kalah dari Borussia Dortmund kemarin kan karena gagal mengawasiku di lini tengah?” Zhou Yi berkata dengan sok percaya diri, tapi Yang Muge tidak mengejeknya karena itu fakta. “Ini sebenarnya kesempatanmu, Lao Yang. Semua orang sudah menyadari masalah pertahanan lini tengah kalian, sedangkan kamulah yang bertugas di sana. Menurutmu ini bukan kesempatan? Menurutku selama pelatih Stevens masih waras, pasti dia yang akan memanggilmu. Tak perlu kau datang duluan.”
……
Mendengar analisis Zhou Yi yang begitu yakin, Yang Muge masih ragu. Dia merasa segalanya tidak akan sesederhana itu——Derbi Ruhr, Schalke 04 kalah, lalu langsung dapat kesempatan?
Apakah berarti seperti yang pernah dikatakan Zhou Yi dulu, dia harus berharap Schalke 04 kalah?
Tapi keesokan harinya, saat kembali ke latihan tim, pelatih kepala Stevens memanggilnya sendiri ke kantor!
Mendengar panggilan pelatih kepala, Yang Muge langsung membeku.
Tak disangka Zhou Yi benar-benar cenayang, prediksinya tepat seperti kenyataan...
Tapi apakah pasti urusan pertandingan? Yang Muge tidak yakin.
Dengan berbagai spekulasi di kepala, dia mengetuk pintu Stevens.
Begitu masuk, pelatih kepala yang duduk di belakang meja memberi isyarat: “Duduklah, nak.”
Yang Muge duduk di kursi, menatap sang pelatih.
“Bagaimana? Lelah? Aku tahu, Tiongkok itu sangat jauh.”
Melihat pelatih berbicara dengan ramah padanya, Yang Muge justru teringat perkataan Zhou Yi kemarin.
Perhatian ini bisa dianggap... sebagai bentuk penghargaan, ya?
“Setelah istirahat kemarin, tidak lelah lagi, Bapak.” Jawab Yang Muge sopan.
“Kudengar kalian menang di dua pertandingan. Posisimu di Tim Olimpiade Tiongkok apa?”
“Juga sebagai gelandang bertahan.”
“Bertahan?”
“Selain bertahan, juga bertugas membantu mengatur serangan...”
Stevens tampak sangat tertarik dengan gaya bermain Yang Muge di Tim Olimpiade, menanyakan detail. Yang Muge pun menjawab semua pertanyaan pelatih dengan lengkap.
Setelah sesi tanya jawab, mereka berbicara sebentar sebelum Stevens mempersilakan Yang Muge pergi.
Dari awal hingga akhir, tidak ada penyebutan tentang Schalke 04 atau janji promosi ke tim utama.
Seolah hanya sekadar rasa penasaran belaka.
……
Namun jelang pertandingan Liga putaran ke-15 antara Schalke 04 vs Augsburg di kandang sendiri, Yang Muge mendengar namanya masuk dalam starting line-up...
Dengan perasaan terkejut dan senang, ia menelepon Zhou Yi: “Zhou Yi! Aku jadi starter!”
“Bukannya itu bagus, Lao Yang. Rebut kesempatan ini!” Tertawa Zhou Yi di telepon.
Mendengar itu, Yang Muge teringat nasihat Hao Junmin.
“Jika kesempatan datang, harus kau rebut.”
“Ya, Zhou Yi, aku pasti akan menangkapnya!” Yang Muge berkata.
Malam itu, kabar tentang Yang Muge yang menjadi starter di grup langsung menyebar, semua anggota grup mengucapkan selamat padanya.
Namun Yang Muge sama sekali tidak merespons mereka, dia bahkan tidak membuka aplikasi.
“Mungkin Lao Yang tidur lebih awal karena gugup, jadi tidak online...” Guo Nu berspekulasi.
“Omong kosong! Kalau benar gugup, harusnya malah susah tidur!” Sun Pan membantah spekulasi Guo Nu.
“Kalau dia tidak bisa tidur, kenapa tidak buka grup?”
“Entahlah...”
……
Sebenarnya, Yang Muge memang agak gugup sehingga tidak bisa tidur, tapi dia juga tidak berminat untuk online dan mengobrol dengan teman-temannya.
Dia bolak-balik di tempat tidur selama lama sebelum akhirnya tertidur.
Keesokan harinya saat bangun, Raúl yang satu kamar dengannya tersenyum: “Anak muda, tidurmu tidak nyenyak tadi malam?”
“Eh...”
“Gerakanmu bolak-balik cukup berisik.”
Yang Muge buru-buru meminta maaf: “Maaf, Raúl, aku mengganggumu...”
“Gugup?” Raúl menggelengkan kepala sambil tersenyum, lalu bertanya.
Yang Muge menggaruk kepalanya.
“Pertandingan profesional pertama dalam hidupmu, wajar saja merasa gugup.” Raúl melambaikan tangan, “Aku juga gugup sebelum pertandingan profesional pertamaku dulu.”
Yang Muge memandang Raúl dengan terkejut. Dia sangat familiar dengan kisah sang legenda. Dulu saat menghadapi Zaragoza, Raúl terpilih dalam starting line-up untuk pertama kalinya mewakili tim utama Real Madrid.
Bahkan sebelum pertandingan, ketika mendengar kabar dari Valdano bahwa dirinya akan menjadi pemain utama, Raúl tetap menunjukkan sikap percaya diri dan tenang.
Tapi semua itu hanya informasi yang dia baca dari berbagai sumber. Dia bukan Valdano maupun Raul Gonzalez sendiri, jadi detail sebenarnya dari kejadian waktu itu tetap tidak diketahui.
Mungkin semua cerita itu hanya karangan orang belaka?
Yang Muge sendiri pun tidak tahu.
"Benar, saat itu aku tetap tenang. Tapi malam sebelum pertandingan, aku gelisah seperti kamu! Terima kasih sudah mengingatkanku pada masa muda, haha!" Raúl tertawa lepas.
Yang Muge ikut tersenyum. Entah apakah Raúl benar-benar mengalami kegelisahan yang sama, tapi kini dia sangat berterima kasih karena kata-kata sang legenda telah meredakan ketegangannya.
"Terima kasih, Raúl. Sekarang aku merasa lebih baik."
"Sama-sama, pemuda. Pertandingan hari ini adalah titik awal kariermu. Semoga perjalananmu lancar!"
