Gol Augsburg sedikit meredam gegap gempita di Veltins-Arena, membuat suporter Schalke 04 terkejut.
Namun tak lama, mereka melontarkan siulan keras - tentu bukan untuk Schalke 04, melainkan ditujukan ke Augsburg.
Menyaksikan pemain-pemain Augsburg berayun-ayun di kandang sendiri, suporter Schalke 04 murka - kekalahan dari Borussia Dortmund di laga sebelumnya sudah memicu amarah, kini malah imbang di kandang sendiri melawan Augsburg? Augsburg! Peringkat juru kunci liga, berani-berainya kalian pamer di hadapan kami? Hujani mereka dengan siulan!
Maka, di tengah riuh siulan penuh amarah, pertandingan pun dimulai kembali.
Bukan cuma suporter Schalke 04 yang geram, para pemainnya juga terbakar emosi.
Setelah kick-off, mereka menggempur gawang Augsburg bak badai, seolah hendak membalas kekalahan sepuluh kali lipat.
Tapi mereka lupa satu hal: saat menyerbu habis-habisan, ruang kosong di belakang pertahanan mereka begitu luas hingga bisa bikin pemain Augsburg bingung memilih opsi serangan...
Menghadapi tekanan Schalke 04, Augsburg dengan cerdik memilih strategi bertahan dan melakukan serangan balik.
Moril mereka sedang tinggi usai mencetak gol, kepercayaan diri pemain pun melambung, membuat efektivitas serangan balik jauh lebih mematikan dibanding sebelumnya...
Maka, tak lama setelah Schalke 04 menggempur Augsburg, semua menyadari bahwa justru Augsburg yang memiliki ancaman serangan lebih berbahaya. Pasalnya, saat serangan balik mereka dilancarkan, lini belakang Schalke 04 sama sekali minim pemain.
"…Sejak Neuer transfer ke Bayern München, Schalke 04 hingga kini belum menemukan penggantinya. Hal ini secara tak langsung menambah tekanan besar pada pertahanan mereka. Hingga musim ini, Schalke sudah kebobolan 20 gol. Di antara lima besar liga, hanya Werder Bremen yang kebobolan lebih banyak, itu pun hanya selisih satu gol. Lantas berapa level pertahanan normal tim papan atas liga? Borussia Dortmund 9 gol kemasukan, Borussia Mönchengladbach 9 gol, Bayern München bahkan lebih sedikit, hanya 8…"
Saat Marcel Leif masih berbicara, serangan Schalke 04 berhasil dihentikan Augsburg. Huntelaar yang berusaha menerobos ke area penalti dari depan kotak penalti justru dihadang. Augsburg kemudian melancarkan serangan balik kilat, langsung menyerbu separuh lapangan Schalke 04.
Saat itu, kedua bek sayap Schalke 04 bahkan sudah maju menjadi sayap. Lini belakang mereka bagai padang rumput luas yang terbuka lebar untuk dilewati pemain-pemain Augsburg.
Tapi padang rumput yang tampak datar itu tak selalu damai. Bahaya bisa mengintai kapan saja.
Pemain gelandang Augsburg Werner membawa bola melakukan serangan balik, lalu mengoper sepak bola ke penyerang depan Oel.
Oel menoleh ke belakang melihat bola, bersiap menyambut umpan. Tapi begitu baru saja menerima bola, saat menoleh ke depan ia melihat siluet biru melesat!
"Yang!!" teriak Marcel Leif.
Suara gemuruh memenuhi Veltins-Arena, kandang Schalke 04.
Di tengah keriuhan, Yang Muge yang sudah menyergap Oel melakukan sliding tackle tegas. Oel panik mencoba menggeser bola, tapi bola menabrak kaki Yang Muge. Melompati bekas sliding, Oel hanya bisa menatap geram melihat bola dipertahankan pemain nomor 15 Schalke 04 itu...
"Yang Muge, Gol! Sliding tackle cantik!" teriak komentator Duan Xin.
Usai merebut bola, Yang Muge segera bangkit dan mengoper ke Holty yang mundur bertahan. Tapi dia sendiri tidak ikut menyerang, tetap berada di lini belakang sambil waspada mengawasi pemain Augsburg.
"Lao Yang mantap banget slidingnya!"
"Wah! Tackle-nya keren!"
Di grup, semua orang juga sangat senang.
"Ngomong-ngomong, ada yang perhatikan kapan Lao Yang muncul tadi?" tiba-tiba Zhou Yi bertanya, membuat semua tertegun.
"Hah..."
"Sepertinya... benar juga tidak ada yang sadar ya..."
"Kayaknya tiba-tiba muncul di layar TV aja kan?"
Ketiga orang itu serentak membalas.
……
“Yang Muge! Dia seperti tiba-tiba muncul di depan Oel, membuat Oel sama sekali tidak sempat bereaksi!” ujar Marcel Leif.
Bukan hanya Zhou Yi dan Marcel Leif yang menyadari hal ini, Duan Xin juga menyebut kemunculan mendadak Yang Muge: “Di mana Yang Muge sebelumnya? Sudah tidak terlihat, tapi yang penting dia muncul di posisi krusial saat genting dan melakukan pertahanan penting!”
Pemain Augsburg yang tadinya bersiap melakukan serangan balik juga tampak bingung – bagaimana bisa serangan balik yang dijanjikan tiba-tiba hilang?
Sementara pemain Schalke 04 yang tadinya buru-buru mundur bertahan justru lega, mereka berbalik dan melanjutkan serangan.
Di belakang mereka, terhampar separuh lapangan Schalke 04 yang luas. Yang Muge tidak ikut maju, tetap bertahan di belakang.
……
“Eh, kalian tidak merasa Lao Yang ini orang yang eksistensinya kurang terasa?” Zhou Yi kembali bertanya di grup.
“Sepertinya memang begitu...”
“Di grup saja dia jarang bicara...”
“Bukan cuma di grup, di dunia nyata pun dia jarang bicara!” Sun Pan sebagai teman serumah Yang Muge sangat memahami hal ini.
“Kalau begitu apakah Lao Yang tidak kasihan?” tanya Guo Nu.
“Tidak.” Zhou Yi membantah. “Sebaliknya, karakteristik Lao Yang justru menguntungkan dalam pertahanan...”
“Kenapa?” Sun Pan tampak tidak mengerti.
“Karena semua orang secara tidak sadar mengabaikannya, menganggapnya seperti udara, ini memberinya kesempatan untuk mendekati diam-diam, seperti gol tadi.” Zhou Yi menjelaskan di grup.
“Zhou Yi, kenapa penjelasanmu terdengar begitu mistis... Seolah Lao Yang bisa menghilang.” Sun Pan berkata.
“Bisa dibilang begitu, Lao Yang adalah ‘Manusia Siluman’!”
……
Meskipun serangan Schalke 04 berikutnya di lapangan sudah dimulai, perhatian pelatih Stevens sepertinya sudah tidak fokus. Ia menoleh ke asisten pelatih Sep Ehikomen: “Sep, kau lihat?”
“Tackle yang cantik,” kata Ehikomen.
“Bukan, maksudku kejadian sebelum tackle itu.” Stevens menjelaskan. “Kau perhatikan bagaimana Yang bergerak?”
“Uh…” Ehikomen tertegun, mengingat-ingat lalu menggeleng. “Benar-benar tidak ingat…”
“Hmm… Aku juga tidak ada rekaman di memori.” Stevens merenung.
Ia benar-benar tak bisa mengingat di mana Yang Muge berada atau sedang melakukan apa sebelum tiba-tiba muncul di depan Obel.
Singkatnya, ia tiba-tiba muncul di hadapan pemain lawan, melakukan tackle bersih, mengoper bola ke rekan setim. Kini Schalke 04 melancarkan serangan baru, sementara Yang Muge tetap di lini belakang, seolah hiruk-pikuk dan kemewahan area depan tak ada hubungannya dengannya.
Stevens tidak memperhatikan serangan timnya, melainkan memfokuskan pandangannya pada Yang Muge.
Ia menyadari bahwa sebenarnya dirinya kurang mengenal pemain muda yang selalu berada di tim utama ini.
Setelah berpikir seksama, Yang Muge bukanlah figur terkenal di Schalke 04. Tidak ada tindakan atau ucapan yang meninggalkan kesan mendalam. Karakternya? Kabur. Penampilannya pun samar.
Singkatnya, ini adalah sosok yang sangat rendah hati dalam keramaian, nyaris tak menarik perhatian. Bahkan bisa dibilang, keberadaannya tidak terasa - ada atau tidaknya seolah tak berpengaruh.
Wajar saja pemain seperti ini tetap berlatih di tim utama namun jarang turun bertanding.
Bukan tipe orang yang langsung mencuri perhatian dengan kesan luar biasa pada pandangan pertama.
Tapi mungkin justru sifat sederhananya inilah yang membuatku mengabaikannya?
Stevens bertanya dalam hatinya.
……
Augsburg kembali mendapat kesempatan serangan balik. Operan maju mereka kali ini langsung dipotong oleh Yang Muge dengan sundulan udara.
Dengan akurat ia membaca niat operan lawan, bergerak lebih dulu ke jalur operan, lalu melompat tinggi dan memantulkan bola kembali tanpa gangguan sama sekali.
Sebuah pertahanan yang tidak spektakuler, namun efektif.
Di mata yang paham, ini layak dipuji. Tapi bagi penonton biasa, ini hal biasa - dia hanya melakukan tugas wajibnya saja.
Tapi berapa banyak orang yang bahkan tak bisa menjalankan tugas dasar mereka sendiri?
Atau sebenarnya, di dunia saat ini, tidak pernah kekurangan orang yang mencari perhatian, tetapi orang yang benar-benar tekun dan mau bekerja keras jauh lebih sedikit...
Setelah menyundul bola kembali, Yang Muge masih tidak maju. Bahkan tidak melewati garis tengah, tetap bertahan di lini belakang.
Namun di mata pelatih Schalke 04 Stevens, cahaya ketertarikan semakin terlihat jelas.
Awalnya dia hanya ingin memberi kesempatan pada pemuda ini dengan sikap "mengobati kuda mati", tapi ternyata menemukan permata mentah...
Di dunia ini, ada jenis orang tertentu yang tidak mencolok, namun sangat penting.
Jangan-jangan pemuda China yang pendiam dan rendah hati ini termasuk jenis tersebut?
