Momen paling mencolok Yang Muge terjadi saat tiba-tiba muncul di depan Auer dan menyapu bolanya.
Itulah pertama kalinya dalam pertandingan ini semua orang terkejut dan mata mereka bersinar.
Tapi setelahnya, saat cahaya pudar, dia seperti batu hitam yang diam tergeletak, sama sekali tidak mencolok. Kalau tidak dicari dengan teliti, mungkin sama sekali tidak akan ditemukan.
Tapi jika mengabaikannya karena itu, akan tersandung olehnya.
Bukankah Augsburg sudah membuktikan hal ini?
Yang Muge berdiri di lapangan. Sejak pertahanan itu, lensa close-up siaran TV tak lagi menyorotnya.
Tapi dia tidak peduli dengan hal itu.
Dia hanya ingin menyelesaikan tugas pertahanannya, tidak peduli apakah bisa menjadi pusat perhatian.
Sebagai gelandang bertahan, dia selalu mengingat tugas utamanya.
Bukan mencari sorotan, melainkan bertahan.
Setelah kemelut serangan balik Augsburg nyaris sukses, Schalke 04 mulai menyadari masalah di lini pertahanan dan bermain lebih seimbang, sehingga Yang Muge tidak perlu lagi bertahan sendirian.
Dengan demikian, Yang Muge kembali tersamarkan, atau lebih tepatnya dia sengaja menyembunyikan diri secara taktis.
Ketika seluruh tim mulai serius bertahan, tidak perlu lagi baginya untuk menonjolkan diri.
Serangan balik Augsburg berhasil diredam.
Pada menit ke-66, bek Christian Fuchs membawa Schalke 04 unggul skor.
Ambisi serangan balik Augsburg akhirnya benar-benar dipatahkan.
Selanjutnya pertandingan sepenuhnya dikendalikan oleh ritme Schalke 04.
Augsburg tak lagi mampu mengancam gawang Schalke 04. Lalu bagaimana dengan Yang Muge? Kesempatannya untuk bersinar sudah sirna.
Di menit ke-84, Raúl - rekan sekamar Yang Muge - mengunci kemenangan 3-1 untuk Schalke 04. Di sisa 6 menit terakhir, hasil pertandingan sudah tak lagi diragukan.
Usai perayaan, Raül sengaja memeluk Yang Muge: "Gimana, anak muda, masih gugup?"
Yang Muge tersenyum: "Saya sudah lupa arti gugup."
“Hahaha!” Raúl menepuk bahunya sambil tertawa. “Kamu seorang gelandang bertahan, Yang. Mungkin posisimu tidak glamor, tidak banyak mendapat perhatian, tapi sangat penting. Teruslah bermain seperti ini.”
Yang Muge mengangguk: “Aku akan melakukannya, Raúl. Aku akan terus bermain seperti ini. Aku juga tidak berpikir untuk mencari perhatian.”
……
Akhirnya, Schalke 04 meraih kemenangan 3-1 atas Augsburg yang berada di dasar klasemen liga, setelah melalui pertandingan berliku di kandang sendiri.
Gelar Man of the Match diberikan kepada Huntelaar yang memberikan satu assist dan mencetak satu gol dalam pertandingan ini.
Selain beberapa kali aksi bertahan, tidak ada hal mencolok dari Yang Muge yang bisa diingat setelah pertandingan. Ia bukan favorit media maupun suporter.
Karena itu, wartawan China khawatir setelah pertandingan ini Yang Muge akan kembali ke bangku cadangan, atau bahkan tidak masuk daftar pemain sama sekali.
Dalam konferensi pers pasca pertandingan, wartawan China hanya menanyakan tentang Yang Muge, berharap nama pemuda itu bisa diingat pelatih Stevens.
Tapi mereka jelas meremehkan rasa suka Stevens kepada Yang Muge.
“Yang? Penampilannya bagus, tidak ada yang perlu dikritik. Pertahanan kami hampir sepanjang pertandingan tidak mendapat tekanan, tapi ketika ancaman tiba-tiba datang, dia tetap fokus dan bereaksi cepat. Aku puas dengan performanya.”
Demikian pernyataan Stevens.
Mendengar ucapannya, reaksi pertama para wartawan China bukanlah senang, melainkan saling pandang bingung – karena mereka terkejut, tak menyangka Stevens justru memberikan pujian setinggi itu pada Yang Muge. Mereka semula mengira orang itu paling-paling hanya memuji sekadarnya sebagai basa-basi.
Tak disangka Stevens malah menjelaskan secara detail alasan performa Yang Muge dianggap baik, serta keunggulan spesifiknya.
Ini membuktikan ia tidak sekadar membual pada wartawan China. Juga menunjukkan kekagumannya pada Yang Muge berasal dari hati yang tulus.
Para wartawan China yang cemas ini tak tahu, sesungguhnya dalam pandangan pelatih Schalke 04 Stevens, ia telah menemukan kandidat terbaik untuk pertahanan lini tengah.
Ia tidak membutuhkan tipe gelandang bertahan yang terus menerus nekat menyerang, mengatur serangan, bahkan merebut peran striker tengah.
Ia juga tidak menginginkan gelandang bertahan yang sok pamer teknik dribbling di lini belakang.
Yang ia butuhkan justru sosok seperti Yang Muge yang tekun bekerja tanpa banyak omong, namun mampu menyelesaikan semua tugas yang dipercayakan padanya.
……
Pertandingan Yang Muge telah usai. Bagi media, laga ini sebenarnya tidak punya ruang untuk sensasi – ia tidak mencetak gol maupun memberikan assist, tiga gol Schalke 04 pun hampir tak ada kaitannya dengannya.
Ia hanya menyelesaikan beberapa tugas bertahan selama pertandingan, tapi bukankah ini syarat dasar bagi seorang gelandang bertahan?
Sekalipun media ingin membesar-besarkan, mustahil mencari angle pemberitaan dari hal-hal semacam ini.
Debut Zhou Yi dan debut Sun Pan sama-sama memiliki gimmick dan daya tarik, sehingga mudah untuk dipublikasikan oleh media. Zhou Yi mencetak gol dan assist, sementara Sun Pan sendiri membantu tim lemah mengeliminasi Borussia Dortmund yang kuat.
Apa yang dimiliki Yang Muge?
Kemenangan Schalke 04 atas Augsburg di kandang sendiri sudah hasil yang wajar. Yang Muge hanya melakukan beberapa kali pertahanan sukses selama pertandingan, selain itu tidak ada kontribusi lain.
Yang Muge menjadi teka-teki yang membuat para wartawan pusing tujuh keliling.
Pertandingan ini merupakan penampilan perdana anggota terakhir dari Lima Naga Kecil di kompetisi profesional. Secara teori, momen ini sangat bermakna dan patut diulas secara besar-besaran.
Namun kondisi Yang Muge membuat para jurnalis kesulitan.
Pribadinya sangat rendah hati. Saat diwawancarai usai pertandingan, terlihat jelas sifat pemalu dan introvetnya. Ia enggan membahas performanya sendiri, malah menyebut kemenangan adalah hasil kerja keras tim. Ia hanya senang bisa tampil...
Jawaban seperti itu terlalu biasa!
Kalau orang lain, mungkin sudah berbusa-busa mempromosikan diri sendiri...
Para wartawan China kembali menghentikan rekan setim Yang Muge di area campuran, berharap mendapat ulasan lebih banyak tentangnya.
Namun mayoritas pemain Schalke 04 memberikan penilaian serupa: "Dia orang baik, mudah bergaul. Meski tak banyak bicara, selalu tersenyum..."
Lalu?
Habis.
Habis?!
Iya, cuma segitu!
Akhirnya hanya mendapatkan beberapa tambahan informasi dari mulut Draxler.
Karena Draxler adalah teman baik Yang Muge di Schalke 04.
Beberapa wartawan dengan tuntutan rendah mulai menulis naskah dengan bahan-bahan ini.
Tapi wartawan yang lebih kritis merasa data ini masih kurang memadai.
Meski disebut Lima Naga Kecil, sebelumnya pemahaman mereka tentang Yang Muge paling minim, sebagian besar mengabaikannya. Sebenarnya memang tak ada hal menarik dari Yang Muge untuk diangkat. Karakternya tidak se-menonjol Sun Pan, prestasinya tak sebanding Zhou Yi, bakatnya juga kalah dari He Ying yang sudah terkenal sejak dulu. Bahkan Guo Nu yang bermain di Cesena punya gimmick - dengan tinggi 178 cm tapi bisa menjadi bek tengah utama di Serie A, otot-ototnya yang penuh kekuatan eksplosif cukup membuat media bersensasi.
Apa yang dimiliki Yang Muge?
Tidak ada sama sekali.
Setelah berpikir keras, beberapa wartawan teringat empat naga kecil lainnya. Zhou Yi pernah bilang mereka bertemu adalah teman dekat, mungkinkah bisa mendapatkan detail lebih tentang Yang Muge dari mereka?
Lalu, telepon Zhou Yi pun berdering.
Begitu diangkat, si penelepon mengaku sebagai wartawan. Zhou Yi mengira ini wawancara tentang dirinya, tapi pertanyaan yang muncul semuanya tentang Yang Muge.
Setelah selesai menelepon, Zhou Yi menggerutu di grup: "Aduh, tadi dapat telepon dari wartawan yang cuma nanya-nanya soal Lao Yang. Sepuluh menit full bahas dia, gak ada satu pun yang terkait aku! Pemain inti Borussia Dortmund malah jadi figuran buat Lao Yang!"
Sun Pan tertawa terbahak-bahak di grup: "WKWKWK! Wartawannya jago banget!"
Guo Nu juga ngakak sambil ngepuk lantai: "2333333333!"
Hasilnya sepuluh menit kemudian, Sun Pan kembali bilang di grup: "Goblok, aku juga ditelepon wartawan nanya-nanya soal Lao Yang!"
"Hehe." Zhou Yi mengejek. "Hukum karma datang cepet banget!"
Tak lama kemudian, He Ying tiba-tiba muncul di grup: "Ada apa ini? Aku baru ditelepon wartawan tanya-tanya tentang Lao Yang."
"Kayaknya para wartawan udah kehabisan bahan buat nulis profil Lao Yang, jadi minta bantuan kita." Kata Zhou Yi.
"Bener juga, Lao Yang emang orangnya low profile banget. Sampe-sampe kita aja hampir kelewatan..." Guo Nu menyetujui.
"Lao Guo, pasti sekarang lo dag-dig-dug nunggu telepon wartawan ya?" Zhou Yi tiba-tiba menyasar Guo Nu.
Guo Nu langsung dapat firasat buruk: "Enggak lah!"
"Nah, lo masih bisa ngechat di grup, artinya wartawan gak nelpon lo. Jadi 'Manusia Siluman' paling nggak keliatan di antara kita lima ini bukan Lao Yang, tapi Lao Guo!" Ternyata Zhou Yi langsung nyerang balik.
"Sialan!" Guo Nu mengirim emoticon wajah menangis sambil ketawa. "Gak nyangka kena serang tiba-tiba!"
Baru saja selesai bicara, dia kembali bersemangat di grup: "Teleponku berbunyi!"
"Lao Guo menghela napas lega——akhirnya masih ada yang ingat aku..." kata Sun Pan.
"Jangan senang dulu, Lao Guo, telepon ini yang nelpon aku." Zhou Yi malah berkata.
Guo Nu mengambil ponsel di samping komputer, di kolom nama penelpon tertulis... nama Zhou Yi!
"Goblok!" Dia marah di grup. "Sialan, benar-benar kamu!"
"Wahahahaha!" Sun Pan tertawa sambil memukul lantai, "Kerja bagus, Zhou Yi!"
"Hah!" He Ying juga ikut tertawa.
"Tersentuh tidak?" Zhou Yi meletakkan ponsel, mengetik di komputer. "Lihatlah hanya aku yang baik padamu di dunia ini, hanya aku yang tak melupakanmu. Punya teman sepertiku, ini benar-benar keberuntungan yang kamu dapatkan dari delapan kehidupan sebelumnya!"
"Pergi sana!" Guo Nu baru saja mengirim pesan itu, lalu melanjutkan: "Teleponku berbunyi lagi, jangan-jangan kamu lagi, Zhou Yi?"
"Tidak bisa lihat sendiri? Apa aku orang yang segitu bosannya!" Zhou Yi berkata dengan serius.
"Ya!" Guo Nu menjawab tanpa ragu.
Setelah itu dia sama sekali tidak bersuara lagi.
"Hmm, sepertinya Lao Guo benar-benar sedang diwawancarai wartawan..." Zhou Yi berspekulasi.
Kemudian dia mengobrol santai dengan Sun Pan di grup: "Menurutku Lao Yang harus mentraktir kita makan enak, baru pantas dengan usaha kita memujinya di depan wartawan. Aku hampir menggambarkan Lao Yang sebagai juru selamat sepak bola Tiongkok..."
"Apa Lao Yang akan merasa terbebani?" tanya He Ying.
“Harus memberinya sedikit tekanan!” kata Zhou Yi. “Dia boleh jadi rendah hati sebagai pribadi, tapi soal bermain bola jangan terlalu rendah hati. Kalau tidak, setiap kali Lao Yang selesai bertanding, bukankah kita semua jadi sekretaris layanan pelanggannya?”
“Betul, Lao Yang harusnya membayar gaji kita!” Sun Pan menyetujui. “Lao Zhou, tarifmu menerima wawancara per menit kan 500 euro? Tadi sudah 5000 euro tuh!”
“Iya, aku sampai lupa soal itu...”
Saat mereka sedang asyik mengobrol, Guo Nu muncul kembali di grup: “Wawancaranya selesai. Aku banyak memuji Lao Yang tadi!”
“Hmm, Lao Guo, wawancaramu memang selalu setengah jam ya. Kami cuma butuh sepuluh menit saja.” Zhou Yi mengirim screenshot waktu dua pesan Guo Nu yang persis berselang setengah jam.
Maka tanpa persiapan sama sekali, Guo Nu kembali menjadi bahan ledekan Zhou Yi...
