Mental Zhou Yi memang sangat baik, karena dia selalu punya prinsip - semua pujian dan pujian untuknya itu masuk akal, sedangkan semua kritik untuknya itu cuma omong kosong!
Sebagai orang normal, mana mungkin dia mempedulikan omong kosong orang lain?
Jadi semua suara yang mengkritiknya, dia abaikan total.
Tapi ini bukan berarti dia tidak rendah hati atau sombong. Dia jelas tahu kelemahannya di mana, makanya sejak debut dia terus berlatih keras, perlahan memperbaiki masalah-masalah ini.
Tapi tahu sendiri itu satu hal, tidak berarti harus menerima kritik orang lain dengan rendah hati.
Ini dua hal yang berbeda.
Saat media dan suporter China masih memperjuangkan Zhou Yi, dirinya sendiri sudah melupakan masalah itu.
Daripada berdebat dan marah dengan media, lebih baik fokus bermain bagus di pertandingan. Itulah balasan terbaik.
……
Setelah pertandingan Champions Eropa berakhir, para pemain Tim Olimpiade Tiongkok juga akan berkumpul kembali.
Menantang lawan terkuat di grup ini, Tim Olimpiade Korea Selatan.
Pertandingan ini akan menentukan apakah Tim China bisa lolos ke Olimpiade London sebagai juara grup.
Pertandingan ini juga menjadi sorotan utama media dan suporter China.
Awalnya performa Tim Olimpiade tidak memberi harapan, sehingga kualifikasi Olimpiade tidak diperhatikan. Tapi setelah menambah empat pemain luar negeri, prestasi tim melesat hingga punya harapan masuk babak final, membuat harapan publik kembali menyala.
Pada 22 Februari waktu Beijing, Tim Olimpiade Tiongkok akan menjamu Tim Olimpiade Korea Selatan di kandang sendiri.
Sebelumnya, Tim China mengumpulkan 7 poin (peringkat kedua grup), sementara Tim Korea mengantongi 8 poin (puncak klasemen).
Menurut aturan kualifikasi Olimpiade, dari tiga grup Asia hanya juara grup yang langsung lolos ke final. Peringkat kedua harus bertanding play-off melawan peringkat kedua grup lain untuk memperebutkan satu kuota.
Meski peringkat kedua belum berarti tersingkir total, tapi harus main pertandingan tambahan lagi risikonya terlalu besar.
Bukankah lebih baik langsung lolos ke Olimpiade London sebagai juara grup?
Tim Olimpiade Korea Selatan juga sangat memahami logika ini: jika mereka kalah dari Tim Olimpiade Tiongkok di kandang lawan, itu sama saja dengan menyerahkan inisiatif. Di pertandingan terakhir fase grup, Korea Selatan akan menjamu Qatar di kandang sendiri sementara China bertandang ke Arab Saudi. Mereka harus mengalahkan Qatar di kandang sendiri sambil berharap China kalah dari Arab Saudi di tandang.
Jadi pertandingan ini pada dasarnya adalah duel maut antara kedua tim.
Jika Korea Selatan mengalahkan China, selisih poin akan melebar menjadi empat angka. Dalam situasi seperti ini, apapun hasil pertandingan terakhir kedua tim, posisi pertama grup Tim Olimpiade Korea Selatan sudah tak tergoyahkan.
Sebelum berangkat ke China, pelatih kepala Tim Olimpiade Korea Selatan Hong Myung-bo menyatakan keyakinannya saat diwawancarai wartawan Korea: "Ini pertandingan tandang, tapi saya percaya pada pemain-pemain saya. Mereka adalah pemain-pemain hebat. Kami akan bertarung sampai detik terakhir di kandang lawan demi meraih kemenangan!"
Pernyataan keberangkatan ini disampaikannya dengan penuh semangat dan keyakinan.
Tentu saja dia punya alasan untuk percaya diri, karena selama ini sepak bola Korea Selatan selalu mendominasi sepak bola Tiongkok, baik di level timnas maupun tim muda.
Meskipun pada Piala Empat Negara Asia Timur 2010, timnas Gao Hongbo pernah mengalahkan Korea Selatan, tapi saat itu mereka hanya mengirim tim cadangan. Orang Korea tidak mengakui bahwa "phobia Korea" sepak bola Tiongkok sudah sembuh...
Pada pertemuan pertama kedua tim Olimpiade ini, China juga kalah dari Korea Selatan di kandang lawan.
Semua faktor inilah yang membuat orang Korea dipenuhi keyakinan.
Meskipun ada empat pemain yang jadi pilar utama di klub Eropa di Timnas Olimpiade Tiongkok, orang Korea sama sekali tidak gentar.
Karena mereka harus melakukan perjalanan jauh dari Eropa untuk bertanding, kondisi dan stamina pemain tidak bisa dijamin.
Ingat bagaimana Timnas Olimpiade Tiongkok kalah dari Korea Selatan di kandang lawan pada leg pertama? Bukankah karena jet lag setelah penerbangan panjang sehingga stamina tidak memadai dan performa tim menurun?
Sebaliknya, pemain Timnas Olimpiade Korea Selatan semuanya berasal dari liga domestik. Ditambah tim ini sudah dibentuk bertahun-tahun dengan chemistry yang solid, ini menjadi keunggulan mereka.
Bukan hanya Hong Myung-bo yang percaya diri, media Korea juga sangat yakin.
Beberapa media bahkan menyerukan kemenangan telak 3-0 di kandang China untuk membalas kekalahan 0-3 di Piala Empat Negara Asia Timur dua tahun lalu.
Media dan suporter China tentu saja super kesal dengan ini.
Karena alasan tertentu, citra Korea di mata banyak lelaki Tiongkok sangat buruk, terutama dalam sepak bola.
Ini bukan hanya karena "phobia Korea".
Negara kecil berani bersikap arogan di depan negara kita!
Banyak orang tidak bisa menerima.
Dulu, meski tidak terima tetap harus diam karena sepak bola Tiongkok memang tak berguna.
Tapi sekarang, Tim Olimpiade yang diperkuat Empat Naga Kecil menunjukkan performa semakin baik, memberi kepercayaan diri.
Sekarang tidak perlu lagi menahan diri.
Menghadapi provokasi media dan suporter Korea, media China juga membalas dengan gencar.
“Suporter China di internet juga melontarkan kritik pedas ke Korea.”
“Selain itu, bagaimana mungkin Sun Pan absen dari keributan seperti ini?”
“Kiper utama Tim Olimpiade Tiongkok ini memang paling suka ikut-ikutan keramaian. Setiap melihat Zhou Yi bercanda dan mengkritik di media, dia selalu iri dan berharap bisa melakukan hal serupa.”
“Kini kesempatan itu datang.”
“Maka menghadapi wartawan, Sun Pan dengan penuh kesombongan menyatakan sikap meremehkan Tim Olimpiade Korea: '3-0? Kalau mereka bisa mencetak gol ke gawangku dalam pertandingan, aku akan siaran langsung makan tai!'”
“Pernyataan ini membuat wartawan China terkejut, mereka balik bertanya: 'Kau serius? Sun Pan?'”
“'Bercanda kan, hahaha!'”
“Namun Sun Pan dengan serius menjawab: 'Tidak main-main! Dan aku juga tidak akan makan tai, karena mereka sama sekali tidak mungkin mencetak gol! Setengah gol pun jangan harap!'”
“Melihat keteguhan Sun Pan, para wartawan pun terpaksa melaporkan ucapannya.”
“Seketika itu, bagai melemparkan batu raksasa ke permukaan danau yang tenang.”
“Media dan suporter China-Korea ramai membahas 'pernyataan heroik' Sun Pan ini.”
“Nama Sun Pan mulai sering muncul di media dan internet kedua negara.”
“Sun Pan malah senang karena akhirnya dia berhasil mencuri perhatian lebih banyak daripada Zhou Yi!”
“Namun Zhou Yi punya pandangan berbeda. Dia bertanya di grup: 'Panpan, ucapanmu terlalu gegabah. Kalau benar kebobolan, apa kau benar-benar akan siaran langsung makan tai?'”
“'Ah, mana mungkin? Aku tidak mungkin kebobolan!' Jawab Sun Pan penuh keyakinan.”
“Jangan kibarkan bendera, Panpan. Lebih baik berhati-hati. Nanti kamu dapat perhatian, tapi semua orang akan bilang: 'Wah goblok, itu orang yang siaran langsung makan tai!' Menurutmu gimana reputasi kayak gitu?” Zhou Yi masih mencoba membujuk Sun Pan.
“Jangan jadi mulut burung gagak!”
……
Saat Sun Pan berdiri di lapangan, dia teringat ucapan Zhou Yi di grup yang membuatnya merasa gelisah.
Dia mengencangkan sarung tangannya, memastikan semuanya terpasang dengan baik.
Gerakan ini memberikannya sedikit rasa aman.
Di belakangnya, tribun penuh suporter China yang terus meneriakkan yel-yel "Semangat Tim China!".
Dia menoleh melihat tribun merah itu – setelah bermain begitu banyak pertandingan untuk Tim Olimpiade Tiongkok, ini pertandingan dengan penonton terbanyak.
“Tim China! Semangat!”
“Tim China! Semangat!”
Teriakan itu serempak, jelas ada yang mengkoordinir.
Berbeda dengan yang biasa dia dengar di televisi – lebih keras, lebih dekat, lebih nyata. Gendang telinganya bergetar, menggelegak di hatinya.
Perasaan ini aneh tapi luar biasa. Tak bisa diungkapkan, dia meletakkan tangan kirinya di dada – bahkan melalui sarung tangan tebal, detak jantungnya terasa kuat.
Peluit berbunyi, sorak tribun meledak. Pertandingan dimulai!
Sun Pan menarik pandangannya kembali ke depan.
"Dia sudah memutuskan, dalam pertandingan ini bahkan harus mengorbankan segalanya, tidak boleh membiarkan orang itu mencetak gol. Bukan hanya untuk menghindari diri sendiri makan tai siaran langsung, tapi juga untuk para suporter merah di belakang."
……
Di awal pertandingan, Tim China langsung melancarkan serangan gencar ke gawang Korea Selatan. Bagaimanapun ini adalah kandang mereka, mereka punya keunggulan ini, ditambah kesombongan orang Korea sebelum pertandingan yang membuat mereka semakin geram.
Suporter di tribun sangat bersemangat, terus bersorak menyemangati Tim China. Mereka ingin melihat performa tim yang berani dan tak kenal takut seperti ini.
Tapi di balik semangat yang membara ini, tersembunyi bahaya.
Formasi Tim China terlalu maju ke depan, ada banyak ruang kosong di belakang mereka...
Korea Selatan hanya perlu melancarkan serangan balik, ancaman ke gawang Tim China bisa langsung terjadi.
Di momen seperti ini, ujiannya adalah fokus kiper Tim China...
Menit ke-23, Korea Selatan melancarkan serangan balik. Dalam waktu singkat mereka sudah berada di depan area penalti besar Tim China.
Pemain Tim Olimpiade Korea Nam Tae-hee tiba-tiba menyarang ke dalam dari sayap, lalu melepaskan tembakan!
Tembakan ini sangat mengejutkan, karena saat menyarang ke dalam, semua orang mengira dia akan mengoper ke samping atau melakukan umpan terobosan, bukan menembak.
Tapi dia benar-benar menembak!
Bola melesat langsung ke sudut jauh gawang.
Saat itu, Sun Pan melompat tinggi, mengulurkan tangannya, menepis bola tembakan Nam Tae-hee melewati mistar gawang!
"Sun Pan! Penyelamatan yang cantik!" teriak komentator Liu Hong dengan semangat.
Sementara di tribun, saat Sun Pan melakukan penyelamatan, terdengar teriakan kaget yang keras. Jelas para suporter Tim China juga ikut kaget, untungnya Sun Pan membuat mereka hanya kaget sesaat...
"Ini penyelamatan krusial pertama Sun Pan di pertandingan ini!" kata Liu Hong. "Dia pernah bersumpah sangat...berat sebelum pertandingan..."
Sebenarnya Liu Hong ingin mengatakan "sangat vulgar", tapi sebagai komentator stasiun TV nasional, ada batasan ketat. Beberapa frasa tidak boleh diucapkan.
"Kami berharap sumpah ini bisa membantunya menjaga gawang tetap bersih!"
……
Setelah mendarat, Sun Pan bangkit dari tanah dan berteriak ke rekan setimnya: "Jangan biarkan dia mudah menembak!! Lebih fokus!"
Sebagai kiper, meski bukan kapten, dia memiliki hak untuk membentak rekan setimnya di lapangan – dan tidak ada yang berani membantah.
Karena dia adalah pertahanan terakhir tim. Dengan kata lain, dia adalah penyelamat sepuluh pemain di depannya. Tanpa penyelamatan luar biasanya di setiap pertandingan, Timnas Olimpiade Tiongkok mustahil bisa sampai di tahap ini.
Rekan setim juga tahu sumpah vulgar yang diucapkan Sun Pan. Mereka tidak punya permusuhan, dan tidak ada alasan sengaja kebobolan hanya untuk mempermalukannya. Lagipula, kebobolan dan kekalahan dalam pertandingan ini juga tidak menguntungkan mereka.
"Lao Guo, saat kamu menyambar harus lebih cepat!" bentak Sun Pan ke Guo Nu.
"B-bangsat, t-tadi itu bukan wilayah pertahanan g-gua..." bata Guo Nu dengan gagap membela diri.
“Baru satu penyelamatan saja, Sun Pan sudah berteriak-teriak seperti itu, membuat Guo Nu merasa dia agak berlebihan.”
Yang Muge mengerti kenapa performa Sun Pan hari ini agak tidak biasa: "Dia khawatir harus makan tai siaran langsung..." katanya pada Guo Nu.
"Ha...ha...ha...hah bukan salah dia sendiri yang ngo...ngocol!" kata Guo Nu.
"Yah, bagaimanapun juga kita juga tidak mau kebobolan," Yang Muge menepuk bahu Guo Nu. "Semangat, tugas kita di pertandingan ini sangat berat."
Dia dan Guo Nu sama-sama pemain bertahan. Agar Sun Pan tidak kebobolan, mereka harus bekerja lebih keras dari biasanya.
"Goblok, dia...dia cari perhatian, kita...kita mati-matian..." Guo Nu melirik ke atas.
Yang Muge tertawa: "Menyuruhnya tidak cari perhatian lebih baik bunuh saja dia."
Dia memang sangat memahami teman serumahnya.
Guo Nu menyeringai. Lao Yang benar-benar tajam mengena...apa karena jaraknya paling dekat dengan Zhou Yi?
